OSPEK DAYS

29 2 0
                                    

Alarm hp Anggi bunyi. Anggi menjulurkan tangannya. Meraih jamnya, menekan tombol off. Lalu menaikkan selimutnya sampai kepala. Masih setengah lima, nanti aja kalau udah jam lima, batinnya. Wait, perasaan gue pasang dua alarm deh, tadi gue udah matiin alarm, berarti...

"UDAH SETENGAH ENAM!!!"

Anggi panik masuk ke kamar mandi, menyiapkan sarapan, dan memasukkan perlengkapan ospek dengan selang waktu sepuluh menit.

Sebelum meninggalkan kos—yang sudah ditempatinya selama dua minggu itu—ia berhenti sebentar. "Kayak ada yang ngeganjel deh, tapi apa ya?" Anggi bergegas masuk lagi, keluar menenteng botol 1,5 liter. "Apa lagi ya? Kok masih ngeganjel sih? Udah ah, hampir jam enam."

Tidak butuh waktu lama Anggi sampai kampus. Hanya sepuluh menit ia habiskan untuk sampai di tempat ospek yang berseberangan dengan kosannya. Tapi karena ada tembok kampusnya Anggi harus berjalan memutar agar sampai di kampus.

Panitia berpakaian serba hitam yang berjaga di pintu masuk menyambut maba dengan tatapan sinis. Dih, galak bener SPK—nya, batin Anggi. SPK ialah akronim dari Sie Penegak Kedisiplinan. Mereka inilah yang bertanggung jawab atas kedisiplinan panitia dan peserta ospek.

Setelah mencari, Anggi menemukan dan langsung menuju ke kelompoknya sesuai arahan panitia yang dia temui. Anggi bergegas duduk lalu sebuah tangan menjulur padanya. Ia berkenalan dengan teman barunya.

"Hai, gue Anggi. Nama lo siapa?" Anggi mengulurkan tangan.

"Gue Hana. Lo freshman?"

"Iya, kalo lo?"

"Gue angkatan tahun lalu, sih. Berhenti setahun buat belajar biar bisa masuk sini."

Anggi manggut-manggut.

"Lo prodi apa?" tanya Hana lebih lanjut.

"Gue dari sastra Inggris."

"Wah, samaan nih. Lo jalur apa?"

"Gue undangan, Han."

"Wuih, hebat bener lo," Hana menjempolkan ibu jari tangannya.

"Adek-adek maba, sekarang kita ke tempat upacaranya, ya. Baris yang rapi, dua-dua," panitia menyuruh para maba bersiap untuk upacara.

Ketika berdiri, tas Anggi jebol. "Yah, barang-barang gue! Aduh, gimana nih? Kenapa sih di saat begini malah sial??"

"Sini, biar gue bantu," Hana berbalik ke belakang, namun urung ada SPK yang menyuruhnya cepat menyambung barisan.

"Aduh, ini tas kenapa bisa jebol sih?"

Anggi buru-buru membereskan tasnya dan berlari menyusul barisan tanpa melihat depannya. Tragedi terjadi. Awal dari semua kisahnya.

Anggi merasa menabrak seseorang. Ia yang sebelumnya memejamkan mata karena takut lalu membukanya. Bertambahlah tingkat ketakutannya. Yang ditabraknya seseorang serba hitam. Anjir, gue nabrak SPK! Tamat lo, Anggi!

Si SPK tidak bereaksi sedikitpun melihat Anggi yang kerepotan dengan barang bawaannya. Ia hanya memerhatikan Anggi memunguti satu persatu barangnya. "Maaf—"

"Cepet susul barisan." Si SPK hanya mengucapkan tiga kata saja. Anggi tanpa babibu menuruti perintahnya. Gerakannya dipercepat memunguti barangnya.

"Tunggu," Anggi berhenti, menoleh ke arah suara. "Sini lo."

Sungkan Anggi mendekat. "Kenapa ya, Kak? Saya salah apa ya?"

"Pake nih," Si SPK itu memberikan sebuah benda ungu yang dilipat. Tanpa mengatakan apapun lagi ia berjalan.

Anggi memandangi lipatan itu dan membukanya. Sebuah tas! Ia cepat-cepat memasukkan barangnya dan berlari sekuat tenaga menuju tempat yang rombongannya tuju.

Pelangi Sehabis HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang