CUTE GUY

14 0 0
                                    

"Nggi."

"Hm?"

"Nggiiii."

"Hmmmm."

"Woy, jawab 'iya' kek, apa gitu, ham hem ham hem aja," Hana mengerutkan dahinya. Bibirnya manyun.

Hana malam ini menginap di kosan Anggi. Ia bosan sendirian di kosnya, lalu menghubungi Anggi. Gayung bersambut, Anggi bersedia menampung Hana.

"Lo sama Kak Ojan udah sejauh apa sih?"

Demi mendengar pernyataan itu, Anggi menyemprotkan minuman dari dalam mulutnya.  "Maksud lo apaan sih?"

"Jiah, dia nyemprot, huahahahahaha."

"Lo sih, ngapain coba nanya-nanya begitu." Anggi mengelap mulut dan lantai yang basah.

"Nggak usah pura-pura nggak tau deh. Lo udah pacaran, kan, sama Kak Ojan?"

"Mana mungkin," Anggi menenggak minumnya, "lagian saingan gue banyak kali. Apa lagi ada Ody. Orangnya tajir, ramah, cantik, siapa, sih, yang nggak mau sama dia? Gue sebagai rakyat biasa merhatiin dia dari jauh aja, deh."

"Lo jangan rendah diri dulu, dong. Siapa tau dia udah bosen sama lingkungannya yang dipenuhi dengan para bidadari, terus dia lari ke Putri Kodok." Tangan Hana asal mencomot makanan dengan jumlah banyak dan memakannya sekaligus.

"Anjir, dikata gue kodok," Anggi menoyor kepala Hana, "emang gue apaan kalau bosen terus lari ke gue. Dikira pelarian. Nggak mau ah."

"Gak usah noyor kepala gue deh. Ini kepala masih dipake kok," protes Hana. "Gue rasa dia emang ada rasa deh sama lo."

"Rasa kasihan kali." Anggi cuek, asal menanggapi omongan temannya itu.

"Lo kok minder banget sih," gemas, Hana melempar kembali bantal Anggi. "Gini ini, gue paling gemes sama sifat orang kaya lo. Pengen gue bawa tukang permak jeans biar dipermak habis-habisan."

"Tapi, Na, gue ngerasa aneh deh sama Kak Ojan."

"Aneh gimana?"

"Ya, gimana ya, gue ngerasa nyaman sama dia, dalam artian gue ni udah ketemu sama orang yang gue cari selama ini."

"Cie udah nyaman—" mulut Hana tersumpal jajanan.

"Dengerin dulu! Gue tuh ngerasa kaya gue punya seorang kakak yang siap melindungi gue kapanpun."

"Tapi kan lo anak tunggal," Hana heran dengan pernyataan Anggi, menggaruk kepalanya.

"Maka dari itu." Anggi menghela napas berat.

"Mending sekarang kita tidur aja, udah jam berapa juga ini," Hana beringsut menggulung dirinya di kasur Anggi.

"Nggak bisa tidur gue, Han."

"Lo masih kepikiran kejadian lo sama Kak Ojan yang terakhir itu?"

Hana yang melihat Anggi pulang pagi setelah kejadian itu pun sangat khawatir dan memeluk erat sahabat barunya itu. Ia menyuruh Anggi membersihkan badan menyediakan semangkuk bubur ayam hangat yang dibelinya di depan kos. Anggi menceritakan semua kejadian menurut versinya dan terisak ketakutan. Hana memeluknya lagi dengan hangat. Ia menemani Anggi sampai tertidur kembali.

"Iya, gue takut banget waktu itu. Nggak pernah ada kejadian kaya gitu sebelumnya selama gue hidup 16 tahun ini," Anggi menerawang langit-langit kamar kosnya.

"Tapi dia hebat lho Nggi, bisa bertahan ngelawan banyak orang, ya kan? Lo liat di sana banyak kan orangnya?"

"Iya, bener juga lo, Han," Anggi mengangguk. Setuju dengan pendapat Hana, "waktu nolong gue dia dihadang preman yang kira-kira jumlahnya 10 orang aja dia menang."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pelangi Sehabis HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang