SPK's TIME

19 1 0
                                    

Anggi terbangun sendiri sebelum kedua alarmnya berbunyi. Masih jam 4, pagi amat gue bangun. Anggi merasa tangannya nyeri, ia melihat perban terlilit menutup lukanya. Anggi mengingat-ingat kejadian semalam. Berarti Kak SPK yang—astaga! Apa dia yang bawa gue ke sini? Pipi Anggi merona. Tapi bisa jadi orang lain, sih. Tapi masa iya? Ah mending gue mandi dulu lah biar nggak telat ke kampus.

Anggi sampai di kampus pertama kali. Ia segera mencari si SPK penolongnya, tapi ia tidak kunjung menemukan walau batang hidungnya saja.

Hari-hari ospek berjalan mulus, bahkan menurut Anggi menyenangkan. Ia sangat menikmati kegiatan yang panitia kampusnya susun. Euforia maba membuatnya melupakan si SPK sesaat.

Anggi memasuki gerbang kampus. Matanya menangkap pemandangan yang dicarinya selama enam hari ospek. Itu dia Kak SPK! Anggi berjalan mendekatinya tetapi Si SPK justru membelakanginya. Yah, gagal deh.

"Sama-sama." Anggi mendengar suara itu. Suara yang dimiliki malaikat serba hitamnya. Anggi menoleh, tatapan mereka bertemu. Si SPK bahkan belum sempat mendengar Anggi mengucapkan apapun dari mulut mungilnya. Ia seolah tahu apa yang akan Anggi ucapkan lewat pancaran matanya. Tak lama si SPK kembali menjalankan tugasnya, memerhatikan siapapun yang masuk dari gerbang utama. Jadi emang beneran dia? Anggi berjalan riang menuju tempat ospek.

"Anggi," Hana melambaikan tangan, menunjuk sebelahnya yang kosong. Anggi duduk tergesa sampai menubruk Hana. "Pelan-pelan dong, Nggi. Aduh."

"Iya sorry, Han," dengan tampang watados—wajah tanpa dosa—Anggi minta maaf. Senyum lebar diperlihatkan pada Hana. "Hehe."

"Nggi, lo kenapa? Luka lo nggak tambah infeksi kan?" tanya Hana heran.

"Ye, Hana, amit-amit deh, lo tau siapa yang gue temuin pagi ini?"

"Siapa?"

"Yang ngobatin luka gue!"

"Ya siapa?"

"Dugaan gue bener, si Kak SPK yang pertama kali nolong gue!"

"Seriously?"

"Iya! Lo tau, pas gue mau bilang makasih dia malah balik badan, terus tau-tau bilang 'sama-sama', gitu! Gue belum sempet buka mulut, loh!" Anggi bersemangat menceritakan kejadian menyenangkan yang dia alami tadi.

"Peka juga dia ya," Hana terpana dengan cerita Anggi itu. "Ih, lo kok beruntung banget sih, dapet cowok begitu? Buat gue aja kenapa?"

"Enak lo ngomong dapet, gue kan nggak tau dia udah punya cewek apa belum. Namanya dia aja belum tau."

"Lo belum tau namanya?" Pertanyaan Hana dijawab gelengan polos dari Anggi. Hana menepuk jidatnya. "Astaga! Kalo gue jadi lo gue bakal kepoin dia dari pemandu kelompok kita."

"Dih, nggak mau, entar gue dikira suka lagi sama dia. Lagian dia juga udah tau kalo gue mau bilang makasih ke dia."

"Lo tau kan pepatah bilang 'malu bertanya sesat di jalan'? Nah ini, lo sekarang lagi tersesat karena gak tau namanya."

"Lo dah macam dosen aja deh, Han."

Ospek hari keenam. Anggi melewati ospek hari terakhir ini dengan ceria. Semua kegiatan ia jalani dengan senyuman.

Saat riuh memenuhi lapangan, tiba-tiba salah satu orang SPK naik ke panggung. Mau ngapain ya? Eh itu kan dia. Anggi melihat si penolongnya di atas panggung. Mukanya lebih sangar daripada yang ia lihat sebelumnya.

"Semua Sie. Penegak Kedisiplinan maju!" Para maba kaget si SPK berteriak di depan mikrofon. Panitia serba hitam berkumpul di panggung.

"Bagi nama berikut yang saya panggil harap maju ke panggung. Pelangi dari kelompok empat."

Pelangi Sehabis HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang