Anggi hari ini bangun agak siang. Setelah ospek memang para maba punya jeda libur panjang. Ada yang pulang kampung, ada juga yang curi start sebelum kuliah mulai. Kalo curi hati dia? Impossible.
Anggi seperti biasa mandi dulu sebelum memulai aktivitas. Katanya sih biar segar, semangat juga nambah. Selesai mandi, Anggi menaruh handuk di jemuran di balkon kamar kosnya.
Anggi berniat untuk berbenah. Gue nggak sempet sih gara-gara ospek, mending sekarang aja. Anggi memulainya dengan mengelap seluruh perabotan yang ada di kamar, lalu memasukkan baju yang ada di koper yang belum sempat ia tata. Menyusun buku-buku yang dianggapnya penting di atas meja belajar, sisanya ia letakkan di rak buku.
Kamar kosnya itu memang sangat luas, maklum lah ya kosan elit. Semua sudah ada, mulai dari tempat tidur plus kasur empuk, meja belajar, kamar mandi dalam, rak buku mini pun ada. Nggak usah tanya deh biaya per bulan atau tahunnya.
Ketika membongkar isi kardus terakhir, ia melihat sebuah album kecil sampul navy blue dengan foto keluarga di dalam sampulnya. Anngi membukanya.
Halaman pertama ada foto dirinya versi kecil berusia tiga tahun. Mengenakan baju kuning dan topi putih mungil. Waktu itu dia ada di kebun bunga di daerah Bandung. Di halaman selanjutnya ada potretnya dengan Papa yang menggendongnya dan Mama yang menyuapinya. Ia terlihat sangat belepotan. Bubur kacang merah mengotori baju ungunya. Anggi membuka halaman acak. Di halaman terakhir ada dirinya yang memegang penghargaan dari sekolahnya karena berhasil meraih nilai ujian nasional tertinggi. Saat akan menutup albumnya, Anggi melihat sebuah kertas kecil yang ditaruh rapi di albumnya.
Our sweetheart Princess Pelangi,
Congratulation, you got the invitation from the college. You didn't have to work hard to get the university, but don't forget, always study hard to reach all your dreams. We believe in you. We believe you can be a succes person. Keep spirit, we wait for you.
With love,
Papa Mama
Anggi hampir saja menitikkan air matanya. Ia ingat perpisahannya dengan kedua orang tuanya saat ia pergi mengikuti program student exchange. SMA Anggi menyelenggarakan program itu untuk sepuluh anak dengan misi mengenalkan budaya Indonesia ke Belarus. Sebulan Anggi harus berpisah dengan Papa Mama. Sebulan juga ia harus merasakan dinginnya udara tanpa pelukan orang tuanya. Hanya rajutan syal Mama yang setia menemaninya. Anggi kali ini lagi-lagi harus berpisah dari orang tuanya. Bukan untuk sebulan, tapi empat tahun. Atau bisa jadi lebih. Gue harus kuat, ada Mama Papa yang nungguin gue balik ke mereka dengan kesuksesan yang gue bawa. Gue harus kuat.
Anggi menempatkan album itu di meja belajarnya. Anggi sengaja menaruhnya di sana, agar saat ia diserang penyakit bernama mager, ia ingat kedua orang tuanya yang selalu mendoakannya.
I miss you. I miss you always.
###
Ojan sedang sendirian di kamar. Ia juga bangun siang, sama seperti Anggi. Setelah enam hari memasang muka galak, akhirnya ia bebas menjadi dirinya lagi. Padahal sih tampangnya nggak jauh beda, ngapain capek-capek. Hm.
Ia memutuskan untuk berbenah kamarnya, yang sekaligus kamar Radit. Ojan mulai mengambili tisu-tisu yang ada di pojokan tempat tidur Radit. Ini anak jorok banget, gila. Dengan jijik ia membuangnya di trash bag hitam. Bergidik. Belum sempat menyingkir dari sana, ada seekor kecoa terbang dengan gagahnya.
"ANJIR!!"
"Ada apaan, Jan?" Mario, anak kamar sebelah datang mendengar teriakan Ojan.
"Eh, nggak papa kok." Ojan sudah mengantongi kecoa tersebut dengan kresek kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Sehabis Hujan
Teen FictionNamanya Pelangi. Biasa dipanggil Anggi. Cewek yang menarik. Kenapa menarik? Entahlah. Dia di mata gue orangnya ceria, spiritful. Gue sayang dia. - Hujan Gue ketemu dia pertama kali pas nggak sengaja nabrak dia waktu ospek. Gue kira dia orangnya ding...