"Sumpek banget tuh muka, kenapa lo?"
Amar mengalihkan pandangannya dari MacBook yang sedang menjadi pusat perhatiannya sejak tadi. Melihat siapa yang datang dan bersuara lalu kembali menatap laptopnya tanpa berniat menjawab pertanyaan Ramzi.
"Sialan nih bujang lapuk, gue nanya serius juga." Sewot Ramzi karena dicuekin. Amar menghela napas lalu menatap Ramzi lagi.
"Udah lo kelarin laporan lapangan untuk Matsuzima?"tanya Amar serius. Ramzi nyengir karena Managernya ternyata sedang tidak dalam mood asiknya. Tak lama Ramzi sudah ngacir keluar dari ruangan Amar.
Usai ruangannya yang kembali sunyi Amar menghela napas sambil memijit batang hidung. Baru saja ia perang melawan Divisi Finance yang komplain karena Laporan lapangan yang selalu terlambat sampai di tangan mereka. Sudah berkali-kali ia mengingatkan Ramzi dan anak buah lainnya untuk selalu kerja sesuai SOP (Standard Operating Procedure) tapi emang dasar laki. Disuruh kerja serius malah asik browsing-lah, nge game-lah, Video Call ama istri dan anak. Apa dia perlu cari karyawan bergender perempuan agar divisinya selamat dari amukan bos besar?
Amar bangkit dari mejanya dan berjalan keluar dari ruangan menuju kubikel para staf. Hanya jajaran Manager saja yang diberi ruangan khusus, ukurannya tidak terlalu besar tapi cukup menampung para staf untuk disemprot kalo kerjaan tidak berjalan mulus.
"Mardi! Kopi satu kayak biasa!" teriak Amar dari depan ruangannya. Mardi staf OB muncul dengan cengiran di wajahnya. Mengangguk sekali lalu kembali ngacir munuju pantry. Amar melarikan pandangannya ke arah kubikel Ramzi and the gank. Ramzi ; Supervisor-nya terlihat serius memeriksa laporan dari lapangan. Irwan, Doni dan Jamal seperti biasa sibuk koordinasi dengan bagian Dokumen untuk penerimaan order. Rangga dan Nawir yang menginput data sambil ngemil kripik kentang. Sedangkan 3 koordinator lapangan sekaligus teknisi yang sedang berada di Garasi dan Gudang.
Amar tersenyum melihat para stafnya yang hari ini tumben terlihat serius. Perusahaannya bekerja adalah perusahaan yang bergerak di bidang rental dan servis transport dan alat berat. Berdiri sekitar 10 tahun lalu. Menyediakan jasa sewa crane, truck crane, forklif truk, trailer dan lainnya.
Amar bekerja sejak ditarik dari perusahaannya dahulu yang bergerak di jasa bongkar muat untuk kargo pelabuhan. Amar yang awalnya ditempatkan sebagai staf administrasi yang menginput data, lalu pindah ke lapangan menjadi korlap (Koordinator Lapangan) untuk garasi trailer, lalu dipindahkan lagi menjadi staf bagian keuangan dan kini ia bisa bernapas lega karena bos besar akhirnya memberikan jabatan sebagai Manager untuk Divisi Logistik dan Transport. Lega? Jelas.. siapa yang tidak lega jika pencapaiannya selama hampir tujuh tahun membuahkan hasil.
"Pak.. kopinya." Mardi menyerahkan cangkir kopi pada Amar.
"Makasih ya."
Amar meraih kursi di kubikel kosong yang terletak di belakang Nawir. Mengambil beberapa lembar keripik kentang milik pria bertubuh gempal itu.
"Wir.."
"Yes, Bos!" sahut pria itu tanpa mengalihkan pandangannya dari monitor.
"Menurut lo kita perlu staf cewek nggak?" tanya Amar sambil mengunyah keripik yang diambilnya dari Nawir.
"Cewek? Yakin betah?" tanya Nawir balik seolah divisinya sudah putus asa mendapatkan karyawan perempuan untuk ditempatnya di bagian administrasi. Lima atau enam bulan lalu ia pernah meminta karyawan perempuan pada HRD tapi baru dua hari bekerja sudah nangis minta resign. Apa lagi alasannya kalau bukan karena tak kuat jadi bahan godaan oleh staf dan supir.
"Menurut lo kita butuh nggak?" tegas Amar
Nawir memutar kursinya sambil memeluk kaleng keripik kentangnya. "Buat apa dulu? Buat pencerah mata atau buat kestabilan kerjaan kita?" Nawir membuat Amar berpikir. Ini yang atasan siapa sebenarnya?
![](https://img.wattpad.com/cover/117936675-288-k446977.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Unconfident Love
ChickLitZifah betah menjomblo sedangkan Amar terpaksa menjomblo. Zifah yang sulit percaya orang lain sedangkan Amar yang begitu percaya pada siapa saja. Zifah yang rumit dengan dramanya sedangkan Amar yang bertumpu para realitanya. Zifah yang menolak dilam...