Mata Zifah melotot tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Amar ada dihadapannya tengah makan di meja makan rumah keluarganya bersama Andra suami dari sepupunya. Kebetulan macam apa yang sedang terjadi.
"MasyaAllah... Amar.. Kamu ngapain di sini?"
Pria itu tersenyum menanggapi pertanyaan Zifah. Sepertinya pria itu pun tak kalah kaget dengannya tapi mengapa ia terlihat santai-santai saja.
"Lo kenal Amar, Fah?" tanya Zelda menengahi pertemuan penuh kejutan antara Nazifah dan Amar.
Zifah mengangguk dengan mata masih tertuju pada Amar, "Amar klien kantor gue, Da, kita satu building juga." jelas Zifah.
"MasyaAllah.. Siapa yang nyangka Neng bisa kenal sama Amar." sahut Andra yang akhirnya berkomentar. Zifah menatap Andra.
"Mas Andra temennya Amar?"
"Amar adik tingkat Mas waktu kuliah." jelas Andra yang mau tak mau membuat Zifah menggelengkan kepalanya tak percaya. Begitu kecil kah dunia ini sampai Zifah bisa menemukan pria yang bayangannya saja masih belum hilang dari benaknya.
"Kamu udah makan?" tanya Amar pada Zifah yang kontan membuat Zelda dan Andra beradu pandang.
"Belum."
"Kalo gitu ayo makan sama-sama." ajak Amar seolah pria itulah tuan rumahnya. Zifah mengangguk lalu mengambil piring serta lauk pauknya dan tak lama bergabung dengan Andra, Amar dan Zelda yang tengah menggendong Valdo. Zifah pun duduk di samping Zelda.
"Enak nggak Mar masakannya?" tanya Andra. Amar menelan kunyahannya sebelum menjawab.
"Enak, pakai jasa katering ya?" terka Amar.
Zelda dan Andra tertawa berbarengan. "Zifah sama Ibunya yang masak, dari nyampe rumah kemarin siang sampai pagi tadi dia yang paling sibuk masak " jelas Zelda. Amar tersenyum dengan mata menatap Zifah.
"Saya udah pernah bilang kan masakan kamu juara?" tanya Amar memastikan bahwa sebelumnya ia pernah memuji masakan Zifah saat wanita itu memasakkan nasi goreng setelah Amar mengantar wanita itu sampai kontrakannya.
Zifah tak tahu bagaimana rupanya sekarang. Pasti pipinya merah tak karuan.
"Udah kenal lama sama Neng, Mar?" tanya Andra seolah Zifah tak ada ditengah-tengah mereka.
"Hampir lima tahunan, sejak Zifah masuk Dwilingga kayaknya."
Zifah membenarkan dengan anggukkan kepalanya karena mulutnya asik mengunyah nasi dan rendang yang disuapnya.
"Kamu tahu nggak, Zifah ini anaknya Pak Nurahman dan Bu Sarah, yang punya acara ini kakak Zifah yang nomor tiga, Zifah anak bungsu dari lima bersaudara." jelas Andra bak petugas sensus kependudukan.
"Saya bener nggak tahu kalau kamu orang Bandung." hanya itu komentar Amar seolah informasi yang Andra jabarkan sudah Amar ketahui sebelumnya.
"Kamu nggak nanya." sahut Zifah sekenanya. Amar tersenyum lalu melanjutkan makannya.
"Neng dicariin Oma di depan, oh.. Ada tamu, siapa Mas?" suara Nurahman bapak Zifah menginterupsi acara makan siangnya. Zifah menghentikan aktifitas makannya lalu meneguk air mineral dari gelas yang diambilnya.
"Namanya Amar, temen kuliah Andra yang nanti jadi Qori dan mimpin doa, Om." jawab Andra. Zifah yang mendengarnya lagi-lagi menatap Amar tak percaya.
"Mimpin doa? Kamu Ustadz, Mar?"
"Lho? Neng kok main manggil Amar-amar aja, udah kenal memangnya?" tanya Nurahman yang lebih dulu mengulurkan tangannya di depan Amar. Pria itu menyambutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unconfident Love
Genç Kız EdebiyatıZifah betah menjomblo sedangkan Amar terpaksa menjomblo. Zifah yang sulit percaya orang lain sedangkan Amar yang begitu percaya pada siapa saja. Zifah yang rumit dengan dramanya sedangkan Amar yang bertumpu para realitanya. Zifah yang menolak dilam...