Bab 4

7.8K 1.2K 151
                                        


Yunho segera menoleh kepada Changmin. Entah bagaimana pria itu tahu bahwa ia baru saja terkejut karena melihat user id si beauty blogger. Yang jelas Yunho tidak ingin bereaksi apa pun. Ia meletakkan ponsel, dan berdeham seraya menatap ke arah lain.

Hapal dengan tingkah Changmin, Yunho tahu pria itu akan menertawakannya. Sial sekali, kenapa asistennya amat kurang ajar. Dan beberapa pegawai bersikap sama, demi apa saja andai mereka tidak kompeten Yunho tidak segan untuk memecat.

Menjilat bibirnya, Yunho memejamkan mata, dan ia langsung membuka kedua matanya tatkala bayangan si cantik beauty blogger muncul. Sial, kenapa ia jadi membayangkan wajah gadis itu. Mungkin karena Changmin yang sengaja mengungkit bahwa gadis itu lah yang ia skorsing.

"Kau menghindar Bos, dia sudah memberi review bagus, apa kau tidak berniat untuk mencabut skorsingnya? Aku kasihan dengan orang-orang korban kearogananmu!"

Mendelik, Yunho kembali menatap Changmin. Pria itu sungguh amat berani berkata demikian. Tapi Yunho tak mau berkomentar. Ia memang terkenal arogan, bukan?

"Dia mengatakan mendapat gratis produk kita, aku rasa itu cukup untuk membayar reviewnya!"

Changmin menggeleng, bosnya memang keras kepala. Sudah jelas Changmin melihat Yunho kagum pada Jaejoong tapi pria itu terus mengelak. Jujur, Changmin sendiri merasa tertarik dengan gadis itu. Mungkin jika Junsu bersedia mengenalkan secara resmi, Changmin tak berpikir dua kali untuk melakukan pendekatan.

Tidak ada alasan untuk menolak pesona Jaejoong. Sebagai pria, Changmin mengakui gadis itu multi talent. Dan semestinya perusahaan mereka harus menjaga gadis seperti Jaejoong. Well, Jaejoong bermanfaat sangat banyak andai Yunho menyadari.

"Kau tidak tertarik padanya, Bos? Aku lihat kau sangat menikmati videonya."

Sebelah alis Yunho terangkat, ia tertarik dengan seorang gadis seperti Jaejoong? Lupakan. Apa pria itu lupa bahwa gadis yang mendekatinya bahkan lebih cantik dari Jaejoong. Mulai dari model standar hingga top model. Beberapa artis dan girl band yang pernah bekerja sama dengan perusahaan mereka.

"Dia cantik, tapi tidak memenuhi levelku."

Memutar matanya, Changmin bingung bagaimana level pria itu sebenarnya. Sebagai asisten selama beberapa tahun terakhir pria angkuh itu, Changmin tak pernah melihatnya berkencan.

"Kau harus berkencan, Bos!" ujarnya dengan dramatis.

Menatap lamat Changmin, Yunho tidak suka jika para bawahannya mulai mengatur kehidupan pribadi atau memasuki kehidupan pribadinya. Tapi Changmin, ah pria itu memang tak pernah bisa membedakan antara pribadi dan pekerjaan, sama halnya dengan Junsu serta Yoochun.

Astaga, ia dibuat pening dengan kedua orang mantan kekasih itu. Sekarang ketika yang satu sudah menemukan pengganti, yang satu masih betah dengan posisi yang sama.

"Jangan cerewet Min, lama-lama kau sama seperti ibuku!" sahutnya dengan tegas.

"Hmm, kami hanya ingin melihat kau menggandeng seseorang, sungguh!"

Mengabaikan ucapan Changmin, Yunho berdiri dari kursinya. Ia mengambil ponsel yang ada di atas meja dan melirik Changmin. "Aku akan ke kantin, kau bisa istirahat jika kerjaanmu sudah selesai."

Ia melangkah dengan cepat keluar ruangan. Menghela napas, Yunho bergegas berjalan menuju lift.

Sampai di area kantin, Yunho menatap beberapa meja yang di tempati beberapa karyawan. Mereka segera menunduk lantas berlari secepat mungkin dari area ini.

Sudah jelas-jelas ini masih jam kerja, tapi mereka bersantai dengan mengemil beberapa makanan ringan serta mengobrol. Andai ada Changmin, ia akan menyuruh pria itu untuk mencari tahu siapa saja pegawai nakal tadi.

Menuju ke meja pelayan, kening Yunho mengkerut karena ada seorang gadis yang dengan santai bermain dengan ponsel. Jika ia lihat-lihat gadis itu sedang menunggu sesuatu.

Yunho berdeham, mencoba menegur gadis yang amat berani ini. Tapi nihil, tak ada respon dari si gadis. Yunho mendekat, ia menatap lamat gadis itu dan terkejut saat menyadari bahwa si gadis adalah beauty blogger yang ia tonton barusan.

"Apa yang sedang kau lakukan di jam kerja?" tegurnya dengan suara yang meninggi.

Gadis itu, segera menoleh kepadanya. Menatap dengan gaya menantang yang membuat Yunho seolah geram. "Memangnya kenapa? Kau juga berada di sini saat jam kerja!"

Demi apa saja, Yunho tak habis pikir dengan gadis ini. Apa gadis yang bernama Jaejoong ini tidak tahu siapa dirinya? Ia terkekeh, dan menatap Jaejoong yang mulai mendengarkan lagu dari ponselnya.

"Apa kau tidak bekerja Nona?" tanyanya lagi dengan serius.

Jaejoong menoleh, sedikit terganggu dengan pertanyaan pria asing yang mencoba mengulik tentangnya. "Bukan urusanmu!"

Menjilat bibirnya, Yunho menatap ke arah lain. Kenapa gadis ini kurang ajar sekali. Rasanya ia salah hanya memberi skorsing pada Jaejoong. Lebih baik ia memecat pegawai seperti gadis ini.

"Kau tidak takut dipecat?"

Mendengar kata itu, Jaejoong mendongak, bersedekap Jaejoong mulai terganggu dengan pertanyaan pria itu. "Asalkan tidak ada yang memberitahu bahwa aku ke kantin, maka semua baik-baik saja. Sebenarnya atasanku tidak ketat hanya saja CEO kita lah yang sangat berlebihan. Kau pasti sering dengar tentang pria itu kan? Karena kau dan aku berada di kantin, kita bisa menjaga rahasia masing-masing seperti yang lainnya yang ada..."

Kalimat Jaejoong terhenti ketika menyadari tidak ada satu pun pegawai yang ada di kantin ini. Jaejoong ingat ketika masuk ada beberapa orang di dalam. Mengerjap, Jaejoong lantas menatap pria yang ada di depannya. "Mereka sudah kembali. Jadi yang tersisa di sini hanya aku dan kau," ujarnya dengan cuek.

Well, menyimpulkan kata Jaejoong, Yunho tahu gadis itu takut di pecat. Ia menatap kepada sang penjaga kantin, yang langsung menunduk saat melihatnya. Gadis itu memberikan sebuah jus kepada Jaejoong serta cemilan ringan, kentang goreng.

"Berikan aku jus yang sama dengan Nona ini!" ujarnya dengan penuh perintah.

Si gadis penjaga kantin bergegas ke area belakang, membuatkan jus untuknya. Ia menghela napas  dan menoleh ke samping. Tetapi, tidak ada Jaejoong yang tadi ada di sebelahnya. Membalik badan, ia menemukan gadis itu ada di sebuah meja di pojokkan. Duduk dengan santai menikmati jus serta kentang goreng beserta musik yang diputarnya.

Yunho menggeram, gadis ini benar-benar sangat menantangnya. Jaejoong tidak tahun siapa dirinya padahal sudah menumpahkan jus stoberi ke jasnya tempo hari. Ia akan memberi sedikit gadis itu pelajaran hari ini.

Memutuskan mendekat pada Jaejoong, Yunho menarik kursi di depan gadis itu. Sorot mata Jaejoong mengikuti pergerakannya. Bersedekap ketika ia sudah duduk di depan Jaejoong, Yunho menatap lamat Jaejoong yang terlihat tak masalah ia duduk di sini.

"Jika CEO yang arogan itu menghampirimu, kau akan melakukan apa?" tanpa tedeng aling-aling ia mengajukan pertanyaan ini.

Jaejoong menautkan kening. Bingung dengan pertanyaan pria di depannya. Jujur, Jaejoong sendiri tidak berpikir ke arah sana. Mengendikkan bahu, Jaejoong menjawab dengan tenang, "Entah lah, yang jelas ketika aku sudah bukan pegawai di sini lagi, aku bisa memakinya dengan keras! Setidaknya dia harus tahu bahwa dirinya terlalu arogan kepada pegawai. Kau mungkin sama seperti aku, yang tidak sempat menikmati sarapan dan harus mencuri jam kerja diam-diam untuk sarapan. Jika tidak perutku tidak kompromi dan aku bisa tidak konsentrasi dalam bekerja, benarkan?"

"Jadi kau tidak keberatan jika dipecat?"

Jaejoong mengangguk dengan cepat, "Aku yakin banyak perusahaan yang baik dan bersedia menampungku, lagi pula apa kau dengar kabar bahwa CEO kita itu selain arogan juga dikatakan pria tanpa cinta!"

.
.
.

Eyd ga beraturan, typo dimana" -bow- no edit.

Masih sempetin upd ya, karena emang ga ada yang dikerjain ketimbang boring juga sih.

Thank for voted dan komentar.

.
.
.

When CEO Fallin' LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang