10| Afiliasi Semesta (2)

25 8 7
                                    

Bukit itu adalah tempat favorit Matthew dan Joana, sejak kecil mereka biasa pergi kesana. Mereka lebih sering menghabiskan waktu berdua ketimbang bersama teman-teman lain yang seusia mereka. Di puncaknya, ada satu pohon rindang besar, kau bisa melihatnya dari distrik kalau kau menghadap ke arah timur--Tidak terlalu jauh--Tempat yang indah, tapi jarang dikunjungi orang karena akses kesana agak menguras tenaga.

"Ayo cepat perempuan." Kata Matthew.

"Iya... Iya..., santai dong." Sahut Joana.

Matthew sampai ke puncak duluan dengan napas tersengal-sengal--dia naik ke bukit itu setengah berlari.

Joana kewalahan mengikuti langkahnya, dia berhenti saat akan sampai kepuncak, dan memegangi lututnya. Matthew kembali turun menyusul Joana,"hei, kau mau kugendong, Nenek?" Katanya bercanda.

Joana terkekeh, "boleh saja pak tua, tapi sebaiknya kau gandeng saja aku, oke?"

Matthew mengulurkan tangannya, "baiklah." katanya. Kemudian uluran tangan itu disambut baik oleh Joana, tapi tetiba Matthew menarik tangan Joana, dan tanpa pikir panjang dia menggendong Joana di punggungnya.

"Astaga Matthew, kau nakal sekali." Katanya sambil sesekali menjitak kepala Matthew dan tertawa-tawa.

"Hei," Matthew menggerutu,"aduh, sakit lah!"

"Biar kapok."

Sesampainya di atas, Matthew seperti orang yang baru saja terkena asma."sok jago sih." Ujar Joana.

°°°

Dari atas bukit itu, kau bisa melihat banyak hal: Zona pusat dengan segala kemegahannya bisa kau saksikan dari kejauhan, gedung-gedung tinggi mengkilap bagai kristal yang dipahat oleh cahaya matahari sore; hutan hijau luas di perbatasan zona bawah; dan zona bawah itu sendiri dengan segala hiruk pikuk kehidupan didalamnya. Kau juga bisa melihat IO yang beterbangan di negeri ini, kalau kau beruntung tentunya.

"Ini, aku bawa air, kalau kau haus." Matthew mengambil botol minum di tasnya, mereka berdua duduk bersandar dibawah pohon.

Joana mengambil botol minum itu, meminumnya hingga hampir setengah dia habiskan. "Hei, aku juga mau lah."

"Oh, yeah sorry." kata Joana cengar-cengir,"thanks."

"So, hmm." Kata Matthew,"kau punya cerita bagus hari ini?"

Joana melirik ke atas seolah di atas kepalanya ada tumpukan buku novel atau cerpen yang bisa dia kisahkan kepada Matthew,"oh iya, ada."

Kemudian Joana cerita panjang lebar soal harinya. Dia bercerita tentang si Peter, dia dimarahi habis-habisan oleh ibu suri karena melumuri kursi plastik dengan lem, mungkin maksud dia ingin mengerjai si John, tapi sialnya kursi itu malah diduduki oleh ibu suri dan tidak bisa copot meskipun dia berusaha, dan itu membuat ibu suri ditertawai anak-anak di panti sampai kemudian dia marah besar dan semua anak berlarian. Dia sepertinya berniat memukuli siapapun pelakunya. Dan karena ketakutan akhirnya si Peter mengakui kalau dia yang melakukannya.

Dan Peter pun berakhir dengan sikat dan sabun pembersih lantai.

Peter itu teman sekamar Matthew, dia sangat menggangu terutama kalau sudah urusannya dengan Joana, ia banyak tanya soal Joana kepada Matthew soal apa makanan favoritnya, warna kesukaannya, atau apapun yang dia pikir bisa membuatnya dekat dengan Joana, tapi oh ayolah....

Setelah dia lulus SMA, Peter belum bekerja, orang-orang menganggapnya "tidak memberikan kesan awal yang bagus". Peter memang kacau, sih, bayangkan saja setiap pagi Matthew harus melihat segumpal daging tergeletak mendengkur bertelanjang dada dengan kondisi tempat tidurnya yang seperti habis diguncang gempa raksasa kemudian disusul tsunami dan angin topan--benar-benar bencana.

Kalau orang normal yang tinggal dengannya, pasti dia sudah berdoa pada tuhan untuk mencabut nyawanya saja. Dan yah, tentu saja Matthew berbeda, mungkin dia memang malaikat baik hati yang dikirim tuhan untuk menemani Peter dalam kehidupannya yang sia-sia itu.

Peter bisa dibilang teman Matthew yang juga paling setia, dia bisa melakukan apa saja demi seorang Matthew walaupun terkadang ada maksudnya sih. Intinya Peter sangat loyal pada Matthew.

"Aku sebenarnya sudah pernah mengajaknya untuk bekerja di tambang bersama, ketimbang dia menganggur di panti, mengurusi anak-anak dengan tidak niat, ya kan?" kata Matthew,"tapi dia malah tidak mau, katanya dia takut lubang-lubang itu tidak muat dengan tubuhnya."

Joana tertawa. Matthew mengangkat bahunya.

"Bagaimana denganmu di tempat kerja?"

"Yah, kau tahu seperti biasa. Berurusan dengan pemecah batu dan tentu saja dengan batu-batu. Tidak ada yang terlalu menarik. Kecuali alasanku hari ini mengajakmu kesini."

"Apa?"

Matthew mengambil sesuatu dari tasnya, dia mengeluarkan kotak makanan."tada ...."

"Apa ini?" Tanya Joana.
"Sudah buka saja."

Sekonyong-konyong Joana membuka kotak itu, dia kegirangan seperti habis menang undian berhadiah 1 juta dolar.
"Daging!" Serunya, "sudah lama sekali kita tidak makan daging. Eh, tunggu, kau dapat uang dari mana?"

"Kan aku kerja Joana," jawab Matthew,"aku dapat lebih bulan ini. Tadi saat pulang aku sempatkan mampir ke restoran di sebelah sana itu, makanan mereka kan enak-enak."

Makanan yang dibeli Matthew itu adalah resep turun temurun dari sebuah benua di Asia, sejak ratusan tahun lalu resep itu masih bertahan sampai detik ini dan katanya sebelum masa peperangan makanan ini yang paling enak di dunia dan posisi itu masih dipegang loh.

"Ini enak sekali." kata Matthew. Mereka makan berdua.

"Aku juga punya sesuatu untukmu." kata Joana. Dia mengambil tas kecilnya dan mengeluarkan sebuah apel.

Matthew sangat suka apel, sangking sukanya, sepertinya dia tidak bisa hidup tanpa apel, kalau selama hidupnya hanya ada apel, dia akan dengan senang hati menghabiskan seluruh hidupnya hanya bersama apel.

Lihat, girang sekali wajahnya bukan!

Angin menyibakkan rambut mereka, matahari semakin beranjak pergi namun kendati, keindahan negeri itu tak kunjung  padam. Lampu-lampu kota mulai menyala, gemerlap tempat yang benar-benar menghipnotis pengamatnya.

Joana berdiri menatap kota,"entah kenapa aku sangat ingin pergi kesana," katanya,"tempat itu seperti memanggil ku untuk selalu datang, rasanya seperti ada tujuan yang belum aku ketahui, Matthew."

"Bilang saja kau ingin melihat hari kenaikan secara langsung, iya kan?"

Joana manyun,"iya, itu juga sih. Tapi entahlah, aku hanya merasa ada tujuan hidupku yang belum aku temukan."

Terjadi jeda diantara mereka.

"Bagaimana denganmu, Matt?" Lanjut Joana,"apa tujuan hidupmu?"

"Aku?"

Matthew berpikir untuk mengungkapkan perasaannya hari itu, tapi ia ragu, dia sangat ingin melindungi Joana, ingin terus bersamanya hingga akhir. Tapi Matthew berpikir rasanya tidak tepat mengungkapkan perasaannya saat ini, dia takut nantinya akan terjadi perubahan dan perbedaan diantara mereka. Dan dia tidak menginginkan hal itu terjadi.

"Aku," jawab Matthew,"aku ingin melindungi orang-orang. Terutama orang-orang yang aku sayangi keberadaannya."

IO terbang perlahan ke arah bukit, berpendar indah kala itu. Matthew dan Joana terpana melihatnya, kehadirannya menenangkan jiwamu, cahaya lembutnya membawa kesejukan. IO itu memutari tempat Matthew dan Joana berdiri.

"Berjanjilah untuk saling melindungi," kata Joana.

Mereka berdua bersalaman, kemudian IO itu melesat pergi.

"Kita juga harus pulang." Kata Matthew
"Ya, tentu. Sebelum malam. Nanti kita malah kena marah juga sama Ibu Suri."[]

BESCHEMERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang