12| Afiliasi Semesta (4)

17 7 0
                                    

Rapat terbatas sedang digelar saat itu. Presiden mengundang para menteri untuk hadir dalam rapat. Salah satunya adalah Lira, dia merupakan salah satu Tetua dan sekaligus memegang jabatan sebagai menteri pertahanan Ozmorasia.

"Kenapa bukan Adam?"

Adam tidak menginginkan dirinya ada dalam pemerintahan, berurusan dengan hal-hal yang berbau politik bukan keahliannya, belum lagi politik hanya membuat banyak orang sakit kepala, jadi dia pikir selagi Lira ada, dia adalah orang yang paling tepat untuk mengurusi persoalan-persoalan di masyarakat.

Layar tiga dimensi menampilkan potongan-potongan video amatir yang merekam detik-detik penyerangan yang terjadi di zona pertanian, beberapa rekaman cctv menampilkan penyerangan di tembok barat yang mana disana adalah salah satu bagian dari markas militer Sentani yang tersebar di beberapa daerah di Ozmorasia.

Para menteri yang menghadiri rapat memperhatikan cuplikan-cuplikan video yang ada, dan mereka semua sepertinya cemas dengan semua hal yang terjadi belakangan.

Presiden bertanya banyak tentang hal yang terjadi, para menteri saling adu argumen terkait kerusuhan-kerusuhan, tentang orang-orang yang mulai berdatangan ke depan istana negara membawa spanduk-spanduk bertuliskan "Tuhan meninggalkan manusia", mereka juga membahas mengenai resiko berkurangnya bahan pangan karena penyerangan di sektor pertanian, dan banyak lagi.

"Kalau hal ini tidak segera kita atasi dan cari tahu penyebabnya, masyarakat akan panik dengan kemungkinan terjadinya penyerangan berikutnya," kata salah satu menteri,"selanjutnya pelan-pelan tapi pasti masyarakat akan melakukan urbanisasi kecil-kecilan ke zona pusat. Kita tidak bisa membiarkan ini terjadi. Karena kalau tidak umat manusia akan mengalami chaos, bisa terjadi perang saudara, dan bisa jadi bukan monster-monster itu yang menghancurkan kita, tapi justru kita sendiri."

"Bagaimana menteri pertahanan kita melihat hal ini?" kata menteri yang lain,"kau mungkin mengetahui sesuatu terkait dengan penyerangan dan bagaimana hal ini bisa terjadi?"

"Pertama-tama harus kita akui," kata Lira,"ini adalah kali pertama penyerangan dilakukan didalam dinding sejak awal tahun peralihan," (dalam sejarah menyebutkan tahun peralihan adalah awal mula munculnya Beschemer pertama, tahun dimana hukum-hukum alam dan fisika dipatahkan, hari itu seperti sedang terjadi benturan antara sains dan metafisika, tahun ketika dinding dibangun) "dan ini jelas adalah hal yang sangat-sangat mengejutkan untuk kita semua. Para Beschemer sudah banyak berjuang mati-matian untuk melindungi manusia dari kepunahan. Kami sudah mencoba menghabisi para Devorator diluar sana, dan itu semua belum cukup."

Ruangan jadi hening.

"jumlah kami terbatas dan terus berkurang setiap tahunnya. Aku tidak ingin menambah kepanikan di ruangan ini, tapi harus aku katakan pada kalian. Setelah IO menghilang kekuatan magis dari dinding sepertinya melemah. Kalau itu benar, maka ini akan menjadi hal buruk untuk seluruh umat manusia. Dan juga ada hal lain lagi setelah IO menghilang."

"Apa itu?" Tanya Presiden yang menyimak dengan serius setiap kata yang keluar dari mulut Lira.

"Kami para Beschemer,"lanjut Lira,"kami berspekulasi kalau tahun ini adalah tahun terakhir untuk para Beschemer, sebab tidak ada satupun IO yang bisa kutemui, mereka semua lenyap. Dan aku tidak mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya ...,"

"dan juga musuh macam apa yang sedang kita hadapi saat ini? Semuanya masih dalam bayang-bayang."

°°°

Beberapa minggu kemudian, pelatihan Matthew dan Joana berlangsung seperti biasa. Namun kali ini Matthew dan Joana mulai belajar menggunakan senjata, latihan mereka kurang lebih sama seperti pelatihan di militer, bedanya setiap tengah hari mereka mesti melawan salah satu Beschemer dengan segala kekuatan yang mereka punya, berlatih habis-habisan hingga babak belur setiap kali mereka selesai. Baru beberapa minggu tapi rasanya pelatihan itu seperti bertahun-tahun disiksa di neraka.

Hari itu Matthew sedang membersihkan pistolnya sebelum latihan, dia banyak belajar soal menggunakan senjata api. Sementara untuk Joana, senjata-senjata tradisional seperti pedang dan crossbow sangat berguna untuknya.

Delmar Wilkinson, siang itu dia baru kembali dari patroli.
"hei Matthew," kata Delmar,"ayo ikut aku."

"Kemana?"
"Sudahlah, ayo ikut saja."

Matthew bangkit berdiri, menyarungi pistol dua tangannya di paha."baiklah."

Delmar menunduk mempersilahkan Matthew."ayo, pegangan yang kuat."

"Apa?"
"Sudah, lakukan saja, cepat."

Sophia yang sibuk makan permen dikejauhan, dadah-dadah kepada Matthew yang mau pergi bersama Delmar,"hati-hati di jalan ya." Serunya.

Matthew melingkarkan tangan di leher Delmar seperti bocah minta digendong.
"Sudah." Kata Matthew.

Delmar melebarkan sayapnya,"Kau siap?"

Matthew mengangguk.

Sekonyong-konyong Delmar melesat dengan kecepatan tinggi, Matthew buru-buru menguatkan pegangannya pada Delmar.

"jangan dicekik!" Pekik Delmar. Matthew tidak bisa berkata-kata sangking cepatnya mereka berdua terbang ke langit.

Joana yang melihat mereka berdua pergi langsung menghampiri Sophia,"mau kemana mereka berdua?"

"Paling mereka keluar dinding."
"Apa?!" Joana terbelalak,"bukankah itu berbahaya? Kami berdua bahkan tidak pernah memikirkan hal itu akan terjadi, sedekat ini saja dengan dinding sudah cukup membuatku merinding setiap hari."

"Tenang saja Joana." Jawab Sophia,"dia aman bersama Delmar. Atau kau mau ikut juga?"

Joana menatap ke langit, melihat Matthew dan Delmar yang melesat dengan cepatnya.

°°°

"BISA KITA PELAN-PELAN?!" Teriak Matthew.
"APA?" Sahut Delmar,"AKU TIDAK DENGAR."
"Aku bilang, "PELAN-PELAN!"."
"BAIKLAH!" Jawab Delmar.

Bukannya menurunkan kecepatan, dia malah mengepakkan sayap besarnya lebih cepat lagi hingga tekanan anginnya menjadi sangat kuat dan pegangan Matthew hampir terlepas dari Delmar.

Sesampainya mereka di puncak dinding, Matthew baru tahu kalau dinding itu ternyata luar biasa tebalnya, hampir mustahil untuk dijebol dari luar dan juga dinding ini sangat kokoh sekali seolah dia tidak bisa di runtuhkan.

Angin diatas sana sangat kencang, kalau kau tidak siap dengan kakimu, kau akan dengan sangat mudah dihempaskan dari atas sini.

Matthew melihat-lihat pemandangan dari atas sana. Melihat seluruh zona dalam satu pandangan, baru kali ini dia melihat negerinya seperti ini.

"Matthew," panggil Delmar,"sini, ikut aku."

Dia mengikutinya berjalan ke sisi yang lain, jantungnya berdegup, "luar dinding," pikirnya.

"Inilah yang ingin aku tunjukkan padamu," kata Delmar."kami--maksudku kita--sudah berusaha sekuat tenaga untuk menyingkirkan monster-monster itu dari bumi ini. Tapi mereka seolah terus berkembang biak dan tidak ada habisnya."

"Kau pernah bertarung langsung dengan mereka," kata Matthew,"seperti apa wujud mereka?"

"Mereka seperti," jawab Delmar,"jelmaan dari rasa takut, dan kematian."

Matthew hanya menatap Delmar sambil menelan ludah.

"Dan kau harus belajar mengatasi rasa takut dan kematian itu sendiri." Kata Delmar sembari berjalan ke arah Matthew dengan tatapan membunuh.

"Maksudnya?"

Belum siap. Matthew belum siap untuk segala kemungkinan yang terjadi saat itu tapi tiba-tiba Delmar menarik baju Matthew dan melemparnya keluar dinding. Matthew terjun bebas, terhempas begitu saja tanpa ia sempat menyadari hal yang sedang terjadi.

Delmar ikut terjun setelahnya. Matthew benar-benar seperti sedang menghadapi malaikat pencabut nyawa.

"KAU BERNIAT MEMBUNUHKU?!"[]

BESCHEMERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang