Pria Dingin

979 48 5
                                    

Ibu yakin, suatu saat kau pasti bisa seperti kakakmu." Ucap ibu. Dia mengusap kening Kyuhyun yang tengah tertidur. Kyuhyun yang sebenarnya belum tidur membuka matanya setelah ibu keluar dari kamar. Kyuhyun memandang foto dia dan Donghae, kakaknya, yang ada di atas meja di samping tempat tidurnya. Perlahan air matanya menetes. Kyuhyun teringat saat kedua kakinya masih bisa tegak berdiri.

Kaki Kyuhyun tiba-tiba mengalami kelumpuhan saat dia berumur 15 tahun. Dokter tidak bisa mendeteksi penyakit apa sebenarnya yang menyerang Kyuhyun. Tidak ada masalah sedikitpun dengan kaki Kyuhyun bahkan peredaran darah dan saraf-sarafnya normal. 10 tahun kini berlalu, Kyuhyun sudah terbiasa dengan keadaannya. Tapi tidak dengan ibu. Donghae tumbuh menjadi laki-laki tampan dan sekarang sukses menjadi atlet sepak bola. Ibu tidak ikhlas dengan kenyataan yang menimpa Kyuhyun. Dia ingin Kyuhyun bisa seperti Donghae. Dulu mereka sama-sama sekolah sepak bola sejak sekolah dasar. Bahkan, prestasi Kyuhyun di dunia sepak bola lebih cemerlang daripada Donghae. Kini jangankan berlari di lapangan, berdiri saja Kyuhyun tidak mampu.

Sarapan di meja yang dikelilingi kekakuan. "Kyuhyunah, hari ini kita ke RS lagi ya nak. Kau sudah 3 bulan tidak menjalani terapimu." Ucap ibu memecah hening. "Tidak." ucap Kyuhyun dingin. "Kemarin dokter menelpon ibu. Mereka bilang terapimu jangan terhenti. Kakimu harus tetap dilatih." ucap ibu. Kyuhyun meletakan sumpitnya di atas meja dan meninggalkan makanannya lantas memutar kursi rodanya. "Kau mau pergi kemana?" tanya Donghae, "Ibu sedang bicara denganmu." lanjutnya. "Aku sudah kenyang." Jawab Kyuhyun sambil pergi meninggalkan meja makan. Donghae berusaha mencegah Kyuhyun pergi, tapi ibu melarang Donghae. "Eomma, ini keterlaluan. Semakin lama dia semakin tidak mau mendengarkan kita. Padahal kita cuma ingin dia sembuh!" ucap Donghae. "Bagi kita, kita sudah mencoba memberi yang terbaik untuknya. Tapi baginya, kita hanya semakin memberikan tekanan." ucap ibu berusaha mengerti Kyuhyun. "Dia pasti lelah, kita biarkan saja dulu dia. Perlahan kita bujuk lagi nanti." lanjut ibu. "Ah, aku ada kenalan seorang terapis. Dia biasa menangani para atlet. Sekarang kompetisi sedang libur, aku rasa bisa memanggil dia kesini. Jadi kita tidak perlu membujuk Kyuhyun untuk pergi ke RS. Bagaimana bu?" tanya Donghae. Ibupun mengangguk menyetujui ide Donghae.
...
"Duduklah. Inilah rumahku, maaf tadi aku tidak bisa menjemputmu. Sebagai gantinya, aku akan mengambilkanmu minuman yang segar." sambut Donghae pada Yoona yang baru tiba. "Ya, itu memang kewajibanmu sebagai tuan rumah." canda Yoona. Donghaepun tertawa dan pergi mengambil minum untuk Yoona. "Apa kau sedang tidak sibuk?" Tanya Donghae pada Yoona sambil memberikan segelas air untuk Yoona.
Aku memang berniat melanjutkan pendidikanku ke Inggris, supaya aku bisa jadi terapis yang hebat. Sekarang aku sedang sibuk mengurus perlengkapannya." jelas Yoona. "Terus bagaimana dengan pekerjaanmu disini?" tanya Donghae lagi. "Aku akan meninggalkan lowongan pekerjaan untuk terapis lain tentunya." jawab Yoona dengan senyum manisnya. "Lalu adikku?" kembali Donghae bertanya. "Karena itulah aku kesini." jawab Yoona. "Gumawo." ucap Donghae yang disambut dengan seyum Yoona.

Kyuhyun sedang duduk di atas kursi rodanya di halaman belakang. Pandangan Kyuhyun kosong menghadap kolam renang luas di hadapannya. Yoona dan Donghae menghampirinya, "Kyuhyunah, kenalkan dia terapismu yang baru. Dia teman hyung, namanya Im Yoona. Kau tidak perlu lagi ke RS sekarang." ucap Donghae. Yoona mebungkuk memberikan salam pada Kyuhyun. Kyuhyun hanya menoleh sedikit dan memberikan pandangannya yang dingin pada Yoona. "Sudah berapa banyak terapis hyung, apa kelebihannya? Apa dia seorang dewi yang bisa memberi keajaiban?" tanya Kyuhyun dingin. "Kyuhyunah, kita baru akan mencobanya. Kenapa kau pesimis sekali? Paling tidak kau harus percaya pada dirimu sendiri. Hyung tahu kau sebenarnya bisa." ucap Donghae. Yoona daritadi mencoba memperhatikan Kyuhyun, "Bolehkah aku melihat kakimu?" tanyanya. Kyuhyun tidak bergeming sedikitpun saat Yoona memegang dan melihat kakinya. "Aku harap kau mau bekerja sama denganku. Karena semua ini akan percuma kalau tidak ada keinginan sembuh dari dirimu sendiri." ucap Yoona sambil tersenyum pada Kyuhyun, sementara Kyuhyun hanya dingin terdiam. "Hari ini aku hanya ingin melihat kakimu, terapi akan dimulai besok. Aku harap kau tidak bosan melihatku, karena aku setiap hari akan kesini. Waktuku tidak banyak, semoga kau tidak mempersulit tugasku." lanjut Yoona sambil melangkah meninggalkan Kyuhyun.
Apa adikku bisa sembuh?" Tanya Donghae setelah dia dan Yoona ada di dalam rumah. Yoona tampak berpikir, "Ini unik seperti ceritamu, tapi entah kenapa aku seperti melihat bahwa adikmu sebenarnya bisa berjalan." jawab Yoona. "Maksudmu?" Tanya Donghae tidak mengerti maksud Yoona. "Ah, kita coba saja. Semoga perasaanku menjadi kenyataan. Aku harus segera pulang. Besok aku setiap sore akan kesini." ucap Yoona. "Aku akan mengantarmu." ucap Donghae. "Tidak perlu, bukankah aku membawa mobilku sendiri. Kau tidak
perlu basa basi padaku." canda Yoona sambil tersenyum. "Aish, aku lupa! Hahaha" ucap Donghae dan Yoona pun pamit pada Donghae.
...
"Annyeonghasseo, Im Yoonaimnida. Bangeupsimnida." Ucap Yoona sambil membungkuk menyalami ibu Kyuhyun yang menyambut kedatangannya. "Donghae ada urusan, dia tidak ada di rumah. Tapi tadi dia sudah menceritakan tentangmu. Silahkan duduk." ucap ibu. "Ne, kamsahamida" ucap Yoona sambil duduk di kursi begitupun ibu. "Ternyata kau sangat cantik. Aku tidak menyangka anakku punya teman secantik dirimu, sudah sebesar ini Donghae tidak pernah mengenalkan teman perempuannya padaku." Yoona hanya tersipu mendengar perkataan ibu tersebut.
Kyuhyun datang menghampiri Yoona dan ibu. "Kyuhyunah, kau sudah siap nak untuk terapi?" tanya ibu menyambut Kyuhyun. "Tidak, aku hanya ingin melihat apa yang akan dilakukan perempuan itu." jawab Kyuhyun ketus. "Mian, tolong kau mengerti." bisik ibu pada Yoona dan Yoona pun tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Yoona beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Kyuhyun. Yoona menatap mata Kyuhyun. Hal itu membuat Kyuhyun kikuk dan dia memalingkan mukanya. Yoona tersenyum melihat tingkah Kyuhyun, "Aku rasa aku perlu bicara denganmu." ucapnya. Ibu pun meninggalkan Kyuhyun dan Yoona berdua di dalam ruang keluarga.
"Kau mau menceritakan apa yang ada dalam pikiranmu padaku?" tanya Yoona. "Mwo?" tanya Kyuhyun balik, kebingungan. "Apa yang kau pendam, kau sembunyikan selama ini? Ketakutan, kecemasan, sakit hati. Apapun itu, kau mau menceritakannya padaku?" Yoona mempertegas pertanyaannya. "Sebenarnya apa maksudmu? Kakiku yang harus kau urus!" Kyuhyun ketus pada Yoona. "Aku dengar dari kakakmu, kau orang yang cerdas. Kau tampan, kaya, cerdas, kau terlalu sempurna sebagai manusia. Tapi aku tidak percaya akan hal itu. Kau pasti punya kelemahan dan aku bisa melihat itu di matamu. Orang sesehat apapun kalau psikisnya sakit pasti itu berpengaruh ke fisik." jelas Yoona. "Kau hanya orang sok tahu dan sok pintar!" bentak Kyuhyun dan meningglkan Yoona di ruangan tersebut.

Yoona pun keluar dari ruangan dan mendapati Donghae sedang duduk di depan ruangan. "Waeyo? Kenapa Kyuhyun tampak kesal?" tanya Donghae begitu melihat Yoona. "Apa Kyuhyun sempat mengalami hal buruk dulu sebelum dia seperti ini?" Donghae tampak berpikir dan mengingat sesuatu. "Menurutku hidup Kyuhyun dulu sempurna. Dia tampan, pandai berolahraga, cerdas dalam pelajaran apapun, dan disukai banyak gadis! Aku kadang suka iri padanya." jawab Donghae. "Bukankah kau sama saja dengannya? Kau juga tampan dan disukai banyak gadis." goda Yoona. Donghae tersipu mendengar kata-kata Yoona, "Tapi kau tidak pernah menyukaiku kan? Atau kau gadis yang tidak menyukai laki-laki?" Donghae balas menggoda Yoona. "Ya! Aku normal. Jangan sembarangan kau!" protes Yoona. Donghae tertawa melihat Yoona yang cemberut. "Kalau Kyuhyun hidup sesempurna itu, dia disukai banyak perempuan, Kyuhyun sendiri pernahkah dia menyukai seseorang?" tanya Yoona yang membuat Donghae kembali berpikir. "Seohyun", Donghae menyebut sebuah nama. "Dulu kami bertiga begitu dekat. Kami sering bermain bersama. Lalu Seohyun pergi ke luar negeri. Aku tidak tahu apakah Kyuhyun menyukainya atau tidak, yang jelas hanya Seohyun teman wanita kami saat itu. Apalagi ketika Seohyun pergi, selama satu bulan penuh Kyuhyun bermain bola seperti orang gila. Dia berlatih setiap hari hampir 16 jam tapi peformanya saat bertanding merosot tajam. Sampai akhirnya malam itu, ketika dia hendak mendendang bola, dia langsung jatuh dilapangan. Kakinya begitu lemas tidak bertenaga. Sejak itulah dia seperti ini." lanjut Donghae. Yoona tampak murung mendengar cerita Donghae, dia masih ingat mata Kyuhyun saat tadi dia menatapnya. "Dia sangat sakit" ucap Yoona lirih. "Mwo?" tanya Donghae yang tidak bisa mendengar kata-kata Yoona dengan jelas. "Kita harus mencari Seohyun!" ucap Yoona. "Apakah dia bisa membantu?" tanya Donghae. "Semoga." jawab Yoona. "Apa hubungan kepergian Seohyun dengan kaki Kyuhyun?" tanya Donghae lagi. "Kaki Kyuhyun normal, tapi ada ketakutan dalam diri Kyuhyun yang terlalu besar untuk menggerakan kakinya tersebut. Ini lebih ke masalah psikis, itu analisaku setelah tadi aku menatap mata Kyuhyun. Aku melihat ada kepedihan mendalam di dalamnya." jelas Yoona.
...
Donghae mencoba mencari tahu keberadaan Seohyun. Dibantu Yoona, Donghae berusaha mencari kerabat Seohyun yang masih di Korea. "Kenapa kau bisa berpikir kalau Seohyun menjadi alasan sakitnya Kyuhyun?" Tanya Donghae pada Yoona saat mereka sedang dalam perjalanan menuju Busan, tempat tinggal keluarga Donghae dulu. "Ketika aku menatap mata Kyuhyun, di sana hanya ada emosi yang mendalam. Takut, sakit dan amarah semua menjadi satu. Aku melihat kaki Kyuhyun, semuanya normal, sekalipun lemas karena memang tidak pernah digerakan dalam waktu yang lama. Kaki seperti kehidupan bagi Kyuhyun, dia kehilangan atau sengaja menghilangkan kehidupannya sendiri. Alasan yang aku temukan dari semua ceritamu hanyalah gadis itu." Jelas Yoona. Donghae tersenyum mendengar penjelasan Yoona tersebut. "Kau baru bertemu adikku dua kali, tapi kau bisa melihat hal yang bahkan aku, yang mengenalnya sejak lahir tidak menyadarinya. Aku salut padamu." Ucap Donghae. "Hatiku yang mengatakannya padaku." Ucap Yoona. "Ya, kau menaruh hati pada adikku?" Tanya Donghae kaget. "A..Ani! itu karena hatiku terlalu peka! Ne, hatiku sangat sensitif." Elak Yoona dengan grogi, sementara Donghae terus terseyum menggoda Yoona yang kikuk.
Donghae dan Yoona berhenti di depan sebuah rumah dengan pintu gerbang yang tinggi. Rumah itu begitu sepi dan tertutup. Donghae menekan bel sebanyak dua kali, namun tidak ada seorangpun yang muncul. Sampai akhirnya sebuah mobil berhenti di depan rumah tersebut. Seorang gadis cantik keluar dari mobil tersebut. Begitu Donghae melihat gadis itu, Donghae langsung mengenali kalau gadis itu adalah Seohyun. Gadis itu mendekat dan menghampiri Donghae dan Yoona. "Maaf, kalian menutupi jalanku. Aku akan masuk ke dalam rumah. Apa kalian hendak bertamu?" Tanya gadis tersebut. "Seohyun, bukankah ini kau?" Tanya Donghae. "Kau tidak mengenaliku?" lanjut Donghae. Gadis yang ternyata memang Seohyun itu tampak berpikir lantas tersenyum. "Tidak mungkin aku lupa padamu." Ucap gadis tersebut.
Donghae dan Yoona pun masuk ke dalam rumah Seohyun. Tampak Seohyun hanya hidup dengan beberapa pelayan di rumah tersebut. "Duduklah." Ucap Seohyun. "Seohyunnie, sejak kapan kau kembali ke korea?" Tanya Donghae. "Aku baru satu minggu di Korea, setelah sepuluh tahun, aku merindukan seseorang dan ingin sekali bertemu dengannya. Aku belum sempat mencarinya karena dia tidak tinggal di rumahnya yang dulu, tapi aku beruntung karena hari ini dia datang sendiri padaku." Jawab Seohyun sambil tersenyum serta menggandeng lengan Donghae. Yoona tidak bisa berkomentar apa-apa melihat itu. Sementara Donghae merasa tidak nyaman dengan wajah bingung Yoona melihat tingkah Seohyun tersebut.

Beautiful In WhiteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang