Sinar matahari pagi ini terasa menembus di mataku. Mencoba membuka mataku perlahan untuk beradaptasi dengan sinarnya.
Saat mataku sudah terbuka, aku melihat sekeliling dan melihat jika aku berada di kamar yang asing lalu pikiranku kembali mengingat kejadian semalam, tentang aku yang langsung masuk kamar tanpa jelasin apapun ke Arthur.
Aku berdiam ditempat tidur dan memikirkan kembali kejadian semalam dan menyadari betapa childish nya aku dimata Arthur sekarang. Pasti dia marah atau bahkan pergi ninggalin aku sendirian di apartemen miliknya ini. Aku bangkit dari kasur menuju kamar mandi untuk buang air kecil dan menyikat gigi, yang sudah Arthur berikan padaku kemarin.
Setelah selesai, aku keluar dari kamar Arthur menuju ruang tamu. Saat aku melihat seseorang tidur di sofa yang tidak bisa menopang seluruh tubuhnya itu, aku berjalan kearahnya.
Arthur dengan wajah gantengnya itu masih tidur disana sambil mendengkur kecil. Aku mendekatkan tubuhku di depan sofa lalu aku mringis dengan apa yang aku lihat, ya bagian jemari tangan Arthur sebelah kiri berdarah lumayan banyak yang saat ini sudah kering, dia beneran nonjok tembok semalam ya? Pikirku
Tanpa berpikir panjang aku langsung menuju salah satu laci di kabinet dapurnya untuk mencari kotak P3K, setelah lama mencari aku menemukannya di salah satu laci bagian bawah. Aku langsung menuju dimana Arthur berada.
Aku duduk dilantai sebelah Arthur tidur dan mulai membasahi kapas dengan Alkohol untuk membersihkan bekas darah dan lukanya. Aku melihat kearah Arthur dan dia tidak bangun. Hmm sleepyhead. Lalu dengan pelan-pelan aku mengoleskan obat yang aku ketahui untuk penyembuh luka lalu aku perban tangannya. Meskipun aku tidak pandai dalam hal ini, aku sudah berusaha, bukan?
Setelah selesai, aku mengembalikan kotak P3K tersebut ke tempatnya.
Kembali duduk di sebelah Arthur, aku mengecek jam di dinding, hmm masih pukul 7 pagi dan aku masih ngantuk aja rasanya, gumamkuSambil melihat wajah Arthur yang lagi tidur, aku merasakan ada kupu-kupu yang beterbangan di perutku. Dia terlihat begitu calm, lembut saat tertidur. Hanya dengan melihat wajahnya aku merasa nyaman, hingga akhirnya aku merasakan kantung mataku mulai berat dan dengan posisi yang masih menyenderkan kepalaku di sebelah tangan Arthur itu mulai terpejam.
•••Aku merasakan tangan yang mengelus rambutku dengan lembut, mengelus, mengelus hingga akhirnya aku bangun dari tidurku, saat membuka mata, yang aku lihat adalah senyum yang bisa membuat semua wanita meleleh karenanya. Ya tidak salah lagi, pemilik senyum itu adalah Arthur, my future husband. Wait, what?!
Kami hanya melihat satu sama lain beberapa menit, hingga akhirnya Arthur memecah kesunyian.
"Maaf sayang, aku bangunin kamu ya?" ucap ArthurTidak tahu harus menjawab apa, aku hanya menggelengkan kepalaku. Aku melihat ke arah jam dinding, menunjukkan pukul 9, astaga aku tidur disini 2 jam lebih, pantas saja rasanya pegal semua.
"Masih marah?" tanya Arthur
"Nggak kok."
"Nggak, tetep aku minta maaf, aku nyakitin kamu ya kemarin malam? Aku gak bisa kontrol. Aku ga akan maksa kamu lagi sayang. Aku gak tahu kenapa yang jelas jika aku melakukan itu sama kamu, rasanya aku tidak ingin berhenti." ucapnya sambil mengubah posisi tidurnya menjadi duduk di sofa
Aku hanya menjawabnya dengan berdehem dan memutar malas bola mataku. Ya, pipiku memerah. Gimana bisa dia berbicara tentang hal itu tanpa sedikitpun rasa malu. Huh Arthur cowok gila.
Setelah diam beberapa menit Arthur bicara lagi.
"Sayang, siniin kepalanya." sambil menepuk paha sebelah kanannya.
Aku melakukan apa yang disuruhnya, meletakkan kepalaku disana, tiduran di pangkuannya.Kita tidak berbicara beberapa menit, dan lagi Arthur yang memulai pembicaraan.
"Makasih sayang." ucapnya tiba-tiba dengan tangannya yang mengelus kepalaku"Buat?" tanyaku penasaran
"Udah rawat tangan aku sampai perban juga." dia berkata sambil tersenyum
"Hmmm." jawabku dengan malas
"Jangan ceroboh lain kali. Gimana kalo tulang jarinya patah. Kan bikin repot. Kenapa sih kamu itu ceroboh banget, lain kali itu mikirin kek akibatnya gimana, untung ini luka gitu aja, awas aja lain kali kalau gitu lagi. Aku potong tangan kamu sekalian." sambungku lagi sambil melotot kearahnyaDia tidak menjawab malah melihat kearahku sambil tersenyum lebar. Dasar aneh.
Kita berada di posisi ini sekitar 10 menit. Hingga aku mendongak ke arahnya,
"Arthur." panggilku
"Hmmm?"
Aku merasa cacing di perutku sudah memberontak ingin dikasih makan, aku langsung bilang ke Arthur.
"Arthur. Lapar." kataku memegang perutku sambil mayun
"Kita makan diluar?" tanya Arthur terkekeh
"Tapi tangan kamu masih sakit."
"Ngga, cuma luka gitu doang juga."
"Tapi Arth.."
"Udah diem. Turutin suami. Aku mau ganti, mandi dulu." katanya sambil menuju ke kamar mandi
Oh my god! Aku merasa jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya. Suami! Suami kata dia. Membuatku menghembuskan nafas karena aku ingin menciumnya sekarang juga di sofa dimana kemarin malam kita juga berciuman.
Lalu aku menoyor kepalaku sendiri untuk berpikiran seperti itu dengan Arthur. Melody bodoh, gumamku.
Aku memakai salah satu sweater punya Arthur dengan bawahan skinny jeans yang kemarin aku pakai dan ini seperti aku berjalan dengan dia memelukku.
Bagaimana tidak, aroma tubuh Arthur seakan memenuhi hidungku saat ini dan aku sangat menyukai bau ini, bikin aku merasa aman, perpaduan maskulin scent dan aku rasa cinnamon.
-------------------------------------------------
Vote, Comment;)

KAMU SEDANG MEMBACA
That Bad Boy Is My Husband ✔
Teen Fiction"Katakan namaku lagi." "Apaa?" aku tidak mengerti apa maksud dia. "Say.my.name.again." jawabnya. "Arthur." "Lagi." "Athur, Arthur, Arthur." jawabku kesal. Aku tidak tahu apa yang terjadi tiba-tiba dia memegang dan menarik kepalaku kearahnya. Dia me...