Arthur membawaku ke salah satu cafe, katanya sih tempat dia biasa sarapan. Aku memesan roti panggang dan smoothie strawberry, favoriteku dan Arthur memilih porsi besar bacon, telur, roti panggang dan orange juice.
"Emang kamu habis ya makan segitu banyak?" tanyaku
"Tenang aja aku emang makannya banyak kok. Jadi kamu siap-siap aja ya kalo buatin breakfast aku banyak." jawabnya sambil memberikan senyum seksinya itu.
"Apaansih."
"Lah emang bener. Liat aja ntar aku juga abisin punya kamu kalo nggak habis."
"Yaya, serah Arthur deh." dia tidak sadar aja, kalo hatiku berdesir sejak tadi.
"Akhirnya makanan kita udah datang." celetuk Arthur saat pelayan datang membawa pesanan di meja kami
"Kayak anak kecil aja. Laper banget ya Mr. Arthur?"
"Salah siapa coba semalem, aku jadi nguras tenaga aku kan."
Aku diam tidak menanggapinya, jika ingat hal semalam memang aku sadar, aku terlalu childish dan takut dengan apa yang nanti terjadi, malah mengurung diri di kamar, ntahlah mungkin itu yang biasa dilakukan anak umur 18 tahun, bukan?
Setelah aku merasa sudah kenyang, aku tidak menghabiskan roti panggangku, hanya 2 slize aku sudah merasa kenyang. Dan sekarang giliran smoothie ku yang akan akan tersisa gelasnya saja.
Aku memandang cowok tampan di depanku, ya Arthur, yang memakan makanan pesanannya dengan lahap, dia laper banget ya? Batinku
Wait what? Aku baru aja bilang dia ganteng! Omg omg. Pasti ada yang salah nih sama aku. Udah mel, tenangin diri kamu, nanti dia kalo udah bosen pasti kamu di ceraikan sama dia. Pikirku
"Kamu tahu, ngliatin orang itu ga sopan lho, apalagi orangnya lagi makan." Ups! Aku ketahuan. Gimana dia tahu orang dia aja ngga ngliatin kearahku, huh dasar Arthur.
"Ng-nggak." jawabku gagap
"Kenapa gagap gitu kalo nggak?" sambil mengangkat sebelah bibirnya keatas dia menjawab
"Cerewet banget sih, sana makan aja. Ga usah gangguin aku."
"Lah orang yang ngliatin siapa, yang kena marah siapa."
"Kamu makan segitu aja nggak habis. Makan yang banyak ngapa." sahutnya lagi
"Udah kenyang. Kamu nggak tahu aja, kalo aku laper juga 1 kotak pizza aku habisin."
"That's my girl." omg Arthur! Aku rasa pipiku merona lagi.
Aku diam tidak menjawabnya dan memilih menghabiskan sisa smoothie ku.
•••
Hari ini hari Minggu, entah mengapa aku rasanya capek sekali. Aku meminta Arthur mengantarku pulang ke rumah, aku ingin hibernasi penuh hari ini. Jika mengingat tentang hari pernikahan yang akan dilaksanakan 5 hari dari sekarang, aku rasanya lemas. Tapi di sisi lain, jika aku berada di dekat Arthur, aku merasa nyaman, aman dan lebih lagi hatiku berdesir hanya melihat wajahnya. Aku akui dia memang tampan, dengan rahang yang lancip dan aku rasa jika aku menaruh tanganku disana akan luka kali ya.
Aku sudah berbaring di kasur empukku sambil membuka handphone melihat Instagram. Tidak ada yang menarik. Aku penasaran apakah Arthur memiliki Instagram, tapi aku malu jika harus bertanya dengannya. Nanti sajalah aku akan bertanya, mungkin jika sudah jadi istrinya?
Menscroll handphone membuat mataku berat, hingga aku tak sadar aku sudah berada di alam mimpi.
•••
Suara Mama yang terlihat berbicara dengan seseorang di seberang kamarku membuatku terbangun dari hibernasiku yang kurasa cukup. Melihat ke arah jam dinding kamarku, pukul 15.00. Wah aku tidur dari jam 9 pagi sampai sore, what a pig!
Aku keluar dari kamarku dan melihat Mama ada di kamar Mike. Sedang apa Mama disana, pikirku.
"Mama ngapain?"
"Anak Mama sudah bangun?" aku hanya mengangguk
"Ini cuma ngobrol sama Mike aja, kan bentar lagi dia selesai kuliah, jadi nanti dia bisa langsung kerja aja di perusahaan Papa. Sana kamu makan siang, atau main sama Myles dari tadi ngamuk mulu nggak ada temen main."
"Ah ogah ah ma, aku mau nonton series juga." ucapku kesel
"Dasar cewek pemalas." sahut Mike yang dari tadi cuma rebahan dikasur
"Nyahut aja lo, kayak ember bocor."
"Udah-udah Mike kamu ini Kakak yang udah gede kok masih suka godain adeknya terus."
"Ya abis dia pemalas sih Ma." ujarnya sambil menjulurkan lidahnya padaku
"Awas ya." aku mendekat dan menabrakkan tubuhku padanya menciumi pipinya. Ya, dia benci jika adek-adeknya melakukan itu.
Dia berusaha melepaskan kakiku yang ada di pinggangnya. "Mylesssss siniii." teriakku agar Myles juga ikut bergabung. Tak lama Myles sampai dikamar Mike dan langsung ikut menggelitik dan menciumi pipi Mike. Ya, kamu sering melakukan ini padanya, karena kami tahu dia membencinya. Aku pun tahu jika dia seharusnya dengan mudah melepaskan tubuhku dan tubuh Myles dari tubuhnya yang kekar itu. Tapi dia tidak melakukannya. Akupun yakin jika dia kangen dengan adek-adeknya ini.
"Lepasinnnn, Melodyyy Myles lepasinn, udahh." teriaknya sambil tertawa karena tangan kecil Myles yang sudah menggelitik di pinggangnya pinggangnya itu.
Karena sudah puas, kami melepaskan Mike dengan senyum kemenangan. Ah, enaknya punya kakak dan adek laki-laki.
Mama sedari tadi juga ikut tertawa dan ada air mata di pelupuk matanya.
"Aduh udah dong, Mama udah ngga kuat ketawanya." kata Mama disela tawanya"Haha rasain tuh, macam-macam sih sama Melody." ledekku pada Mike
"Awas aja aku balas."
"Myles, let's go." dengan senyum piciknya itu dia mulai menarik pinggangku untuk menggelitik dan disusul dengan Myles. Aku yang selalu geli jika di pegang pinggang tentu saja langsung tertawa dengan keras.
Ya, hal itu berlangsung lama di sore hari yang cerah itu.
--------------------------------------------
Sorry lama ga update. 🙏
Aku usahain deh, kuliah aku udah mulai soalnya. Jadi ga banyak waktu luang buat nulis.
Tapi jangan lupa buat vomment yah;)
KAMU SEDANG MEMBACA
That Bad Boy Is My Husband ✔
Novela Juvenil"Katakan namaku lagi." "Apaa?" aku tidak mengerti apa maksud dia. "Say.my.name.again." jawabnya. "Arthur." "Lagi." "Athur, Arthur, Arthur." jawabku kesal. Aku tidak tahu apa yang terjadi tiba-tiba dia memegang dan menarik kepalaku kearahnya. Dia me...