Chapter 17

10.1K 293 13
                                    

Melody hari itu berangkat menuju ke sekolahnya diantar sopir Arthur. Ia tidak bisa mengantar karena ada sesuatu yang harus ia urus terlebuh dahulu. Ia membuka pintu mobil dan melihat Sam berada tidak kauh di depan gedung tempat acara wisuda berlangsung.

"Sammm." teriak Melody menghampiri Sam

"Gilaaa, cantik banget nih istri Arthur." ucap Sam dengan kerasnya

"Eh dugong, bisa pelanin nggak suara lo, bikin malu aja." ucap Melody bersungut-sungut

"Gitu aja marah. Lagi hamil ya lo?"

"Gila lo, enggak lah, kita pake pengaman kali." jawab Melody sambil berbisik

"Tapi lo gak minum pil kan?" tabya Sam

"Nggak sih, Arthur doang yang pake pengaman. Dan aman-aman aja kan?"

"Eh jangan gitu, lo gak tahu apa, kalo pengaman kan suka ada yang bocor gitu. Tapi ini lo udah nikah 4 bulan kan ya?"

"Iya. Ih udah ah jangan bikin gue khawatir. Lo mah gitu." ucap Melody yang memang mulai khawatir jika ia tidak bisa hamil

"Lah iya sorry. Yaudah yuk ke dalam bentar lagi mulai."

"Yuk."

Mereka segera menuju kursi yang sudah di sediakan dan menunggu nama mereka untuk di panggil, karena acara baru saja di mulai.

Setelah beberapa saat, ia khawatir jika Arthur tidak datang, ia ingin melihat wajah Arthur. Entah mengapa ia tiba-tiba merindukan suaminya itu.

Dan penantian Melody terkabul saat ia menoleh ke kanan dan melihat Arthur berjalan ke arahnya dan duduk di sebelahnya.

"Maaf sayang, macet sekali tadi." ucap Arthur dengan wajah menyesal

"Iya gapapa, lagian belum dipanggil."

"Marah ya, iyadeh maaf ya." pinta Arthur

"Cium dulu." kata Melody

"Ih udah berani ya sekarang sama suaminya ini." goda Arthur

"Yaudah kalau nggak mau. Sana pulang aja." kata Melody mengerucutkan bibirnya yang langsung di cium oleh Arthur dan di lumat beberapa saat.

"Udah ya, nanti lagi, kalau adek aku bangun bisa bahaya." bisik Arthur

"Ihhh Arthur gila. Iya deh udah nggak marah." ucap Melody sambil tersenyum

"Nah gitu dong senyum, kan makin cantik." ucap Arthur

"Iya deh yang udah suami istri, gak tahu apa kalau ada orang juga disini." umpat Sam yang ada di sebelah Melody

"Ini lagi dugong ikut-ikutan." balas Melody

"Lo tuh dugong. Lo kalo hamil ntar juga kayak dugong." ucap Sam tak mau kalah

"Biarin, kan ada isinya anak, lah lu dugong tapi isinya lemak. Wlee." ledek Melody

"Gapapa lemak. Yang penting Carter suka wlee." ucap Sam

"Btw sekarang dia dimana sih kok gue gak lihat ya?"

"Tadi nemuin Mr. Sean, katanya sih persiapan ntar kan dia nyampein speech di depan. Biasa calon suami gue kan anak paling pinter di sekolah ini."

"Oh iya, lupa gue. Cepet sana minta nikah sama Carter. Ntar anak lo pasti pinter. Kan memperbaiki keturunan. Amit-amit ntar anak lo punya sifat kayak lo, kasian gue malah." ucap Melody dengan entengnya

"Enak aja lo, bikinnya berdua masak sifatnya punya Carter doang. Gak ah, ntar anak gue gak bisa bergaul kalo sifatnya datar kayak Carter. Mending cerewetnya kayak gue pinternya kayak Carter. Ya gak thur?" ucap Sam sambil menaik turunkan kedua alisnya

"Lo mah mau enaknya doang Sam." jawab Arthur

"Lah emang lu nggak? Gausah muna lo, gak di kasih jatah sehari sama Melody aja lo uring-uringan."

"Ehh, dari mana lo tahu?"

"Kepo lo."

"Mell.." ucap Arthur dengan tatapan mengintimidasi

"Hehe peace." ucap Melody dengan gesture dua jari

•••

Sudah delapan bulan mereka menikah. Dan empat bulan sejak acara wisuda itu pula hari-hari Melody penuh dengan kecemasan.

Bagaimana tidak? Ia dan suaminya tidak pernah lagi menggunakan pengaman jika bercinta. Arthur memang tidak terlalu memusingkan hal itu. Tapi tetap saja, Melody adalah seorang wanita, dan hal itu adalah momok baginya.

Setiap ada acara family gathering ia selalu ditanyai kapan punya anak, kan sudah lulus dari high school. Dan hal itu membuatnya semakin setres.

Arthur sudah menasehatinya jika itu tidak masalah karena ia juga masih 19 tahun. Tapi Melody bersikeras jika ia ingin memiliki anak.

Hingga ia sudah memutuskan untuk mengunjungi dokter untuk bertanya apa ada yang salah dengannya.

Hari ini adalah tepat 4 minggu setelah kunjungannya ke dokter itu. Ia melakukan semua hal yang disarankan oleh dokter. Tidak boleh setres, makan makanan yang dianjurkan secara teratur, dan olahraga jika sempat serta tentu saja bercinta dengan suaminya.

Dan hari dimana ia merasakan sesak di dada. Ia tak kuasa mengetes hasilnya. Ia tajut kecewa lagi. Sudah banyak ia menggunakan benda itu dan hasilnya selalu mengecewakan.

"Arthurrrr, aku gak berani lihattt."

Arthur yang berbaring di kamar tidurnya langsung beranjak menuju kamar mandi setelah mendengar istrinya berteriak.

"Inii, gak beranii." rengek Melody setelah melihat suaminya di ambang pintu

"Biar aku yang lihat ya?" pinta Arthur yang diangguki oleh Melody

Setelah melihat hasil itu ekspresi Arthur berubah, ia langsung memeluk Melody erat, sangat erat. Membuat Melody bingung, ia pun berpikir jika Arthur hanya berusaha menguatkan nya dengan pelukan, karena hasilnya tidak sesuai yang diinginkan.

"Terimakasih Melody, istriku tercinta. Aku akan berusaha menjadi Ayah yang baik untuk anak kita." ucap Arthur dengan suara bergetar

Dan seketika air mata di pelupuk Melody jatuh dengan derasnya. Arthur melepas pelukannya dan mengecup bibir istrinya.

"Arthurrr. Aku seneng banget. Aku cinta kamu." ucap Melody disela tangisnya

"Terimakasih Mel, terimakasih sudah jadi Ibu untuk anak kita. Aku cinta kamu juga, sayang."

•••

Finally, selesai juga. Hehee
Terimakasih reader yang udah baca dan vote.
Segitu dulu perjalanan cinta Arthur dan Melody.
Kenapa gak ada konflik yang berat?
Soalnya ini cerita pertama aku, jadi maklumin yahh..

Yaudah segitu aja, aku pamit dari crita ini. 😘
Vomment nya jangan lupa yaa;)

That Bad Boy Is My Husband ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang