Part 10

22 3 0
                                    

Senin pagi. Sungguh hari yang selalu ingin di skip oleh penghuni kelas XI IPA 3, pasalnya sehabis melakukan upacara bendera yang menghadap kearah matahari -kalian pasti tau betapa panasnya itu- mereka akan dihadiah i pelajaran Kimia yang dilanjut dengan PKn. PKn bukanlah hal yang sulit, itu juga tidak ada hitungannya barang sejenis pun, tapi yang bikin dongkol adalah guru mengharuskan siswa nya menghafal pasal-pasal dalam UUD 1945 ditambah dengan dengan yang hasil amandemen dan yang sebelum amandemen, dari sebelum orde baru hingga setelah orde baru. Membayangkan saja sudah bikin muntah kata-kata.

"Gilak! Itu guru-guru nggak berperikemanusiaan sama sekali. Masak kita dari kelas sepuluh suruh berdiri menghadap matahari terus sih! Enak banget itu adek kelas berdirinya membelakangi matahari!" Gerutu Tyas, teman sekelas Ellina yang sangat modis, selalu membeli barang-barang branded, kalau dihitung-hitung, barang yang ia pakai kesekolah mulai dari seragam, sepatu, tas, kaos kaki sampai ikat rambut dan beberapa tetek bengek lainnya itu bisa mencapai 1 jutaan lebih. Tapi dia nggak sombong, cuma penampilannya aja yang hedon, hatinya bidadari kok. Contohnya, kalau ada teman sekelas nya yang nggak ke kantin saat jam istirahat, langsung deh dia gandeng ke kantin buat di jajain.

Oke, lupakan soal Tyas, lima menit lagi Bu Luki akan datang dengan beberapa rumus kimia yang akan membuat kepala mereka -yang tidak terlalu pintar- pening mendadak.

Raut muka Ellina sudah sumringah lagi, walaupun tidak sesumringah biasanya. Kemarin mereka bertiga, ya hanya mereka bertiga, Ellina, Willy dan Indra pergi ke salah satu tempat wisata di Karanganyar yaitu Tawangmangu. Hanya melihat air terjun, bermain air dan berteriak-teriak demi meringankan beban pikiran.

Ellina bukannya menolak Ferry dalam diam, tapi segala macam ekspresi teman-temannya yang bikin Ellina kepikiran. Berasa salah mengambil keputusan.

Setelah itu, dia masa bodoh dengan hubungannya sama Ferry. Dijalani sesuai alur kemana merea akan berakhir aja. Walaupun jujur, hatinya masih penuh terisi oleh Pandu.

Bu Luki datang dengan gaya sumringahnya. Selalu ceria setiap mengajar. Tapi jujur, gaya ceria yang diusung Bu Luki sama sekali tidak membantu Ellina dan beberapa temannya yang benci hitungan serta langganan remidi, bisa mencerna materi dengan baik. Alhasil mereka hanya bisa bangga dan sujud syukur ketika bisa mendapat nilai pas KKM yaitu 75.

Ingin rasanya protes dengan nilai KKM yang segitu, tapi kaum rendahan bisa apa?

"Suf! Woy!" Ayu berteriak pelan supaya tidak di dengar Bu Luki. Ellina hanya mengangkat sebelah alis nya melihat Ayu.

Yusuf menoleh kebelakang memajukan dagunya -Apa?-

"Gue liat lo tadi berangkat bareng Kak Ricky." Ucap Ayu berbisik. Ellina mengalihkan pandangan sepenuhnya pada Ayu ketika mendengar nama Ricky.

"Iye. Kenape? Naksir Ricky lo?" Yusuf ikutan berbisik.

Ayu menggeleng cepat,"Dia siapa lo?"

"Abang gue." Mulut Ayu membulat diikuti matanya yang membesar sempurna, "kenapa sih?" Tanya Yusuf geram.

Kemudian Ayu mengalihkan pandangannya pada Ellina yang sejak tadi menyimak perbisikan antara Yusuf dan Ayu."Lo tau apa yang gue pikirkan?"

Ellina diam sesaat mencerna situasi. Dia bukannya bodoh, hanya lamban. Kemudian Ellina mengangguk dan ekspresinya sama seperti Ayu tadi.

Kak Ricky, Abangnya Yusuf. Dan Yusuf nyuruh Kak Ricky ngasih ice cream kemarin. Kak Ricky kelas XII, dan yang berani nyuruh-nyuruh senior hanya teman seangkatan atau nggak... ADIKNYA! YUSUF ADIKNYA KAK RICKY!

Ayu kemudian mengangguk, seperti punya ikatan batin. Kali ini pikiran mereka sama. "Gilak! Gilak! Jadi bener Yusuf?" Tawanya bersama gelengan tidak percaya dan jenis kegelian yang, ya gitulah.

How To Win Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang