Prolog

112 15 4
                                    

"Mampus, dua menit lagi!" ujar gadis berambut gelombang itu sambil mengikat tali sepatunya asal.

Matanya berkeliaran mencari angkot berangka 04. Ya, walaupun sesekali melirik pada jam dinding yang tergantung di warung kecil diseberang jalan itu. Ia berdecak, gemas dengan keadaan yang tak pernah memihak padanya.

"Elah, masa jadi anak baru telat si? Mana yang katanya seorang Aletha Ratu Fyana, sang mantan ketua OSIS yang gak pernah telat?" ocehnya pada diri sendiri. Enggan memberikan kesan awal yang buruk pada dirinya, mengingat ia pernah menjabat sebagai ketua OSIS diSMPnya dulu.

Aletha kembali menggerutu, entahlah, semacam berbagai jenis makian untuk para sopir angkot. Hanya itu yang bisa ia lakukan untuk melampiaskan kekesalannya saat ini. Ok,sekarang jam 7 tepat. Dan itu artinya, DIA BENAR-BENAR TELAT!

Aletha makin kesal, beberapa kerikil terpaksa menjadi korban kekesalannya. Sepatu bermerknya itu menendang kerikil dengan keras. Entah mendarat dimana atau lebih tepatnya disiapa. Matanya masih menyisir sekitar, berharap satu buah saja angkot 04 lewat dihadapannya.

Dan tak lama harapannya terkabul, angkot 04 masuk kedalam penglihatannya. Tapi, thanks God, isinya penuh parrrahhh. Entah bila nanti Aletha masuk, apakah masih ada tanda-tanda kehidupan atau tidak.

Aletha menggigit bibirnya. Lalu dengan ragu, melongokkan kepalanya.
"Penuh ya bang?" tanya Aletha sekedar memastikan.

"Liat aja pake mata kepala lo sendiri!" ujar seseorang yang duduk disamping sopir angkot. Aletha menautkan alisnya, kok bocah yang sewot? geram Aletha dalam hati.

"Gue nanya sama sopirnya! Situ kang sopir?" ujar Aletha ikut nyolot.

"Bang, saya sudah telat nih!" ujar Aletha lagi pada abang sopir, mencoba mengacuhkan orang yang duduk disamping supir angkot itu.

"Ye,malah curhat lagi lo!" ujar laki-laki itu lagi.

"Ih, bacot bat sih lo jadi cowok? Diem bisa gak?"mulut congor Aletha makin menjadi-jadi.

Dan kini , tangannya sudah gatal, tak dapat ditahan lagi, dia pun membuka handle pintu angkot bagian depan. Yang pastinya, membuat laki-laki yang nyolot itu panik seketika.

"Eh, eh, eh, lo mau ngapain?" ujar laki-laki itu dengan pertanyaan dibatas kewajaran. Ya iyalah, seorang gadis yang memaksakan dirinya duduk bersama disatu jok dengan laki-laki yang tidak dikenal, itu sangatlah tidak masuk akal. Diluar naluri seorang manusia.

"Gua udah telat. Daripada gua nunggu angkot lainnya yang gak jelas bakal dateng jam berapa, mending maksain disini. Walau sebenernya gua JIJIK BANGET duduk empet-empetan bareng mahluk hidup spesies kayak lo!" jelas Aletha sarkastik, mencoba meluruskan berjuta argumen dipikiran sang lelaki.

Aletha menyelimuti bagian roknya dengan jaket tebalnya. Lalu menaruh tasnya disamping cowok itu. Setelah itu, barulah pantat Aletha siap mendarat dijok samping sopir angkot itu dengan aman dan nyaman. Think smart! Bangganya dalam hati.

"Apaan sih lo! Sumpek tau gak? Cari angkot lain aja sono!" kesal laki-laki itu. Ia menarik tas Aletha kasar.

"Heh, gak usah modus deh! Udah tau ini sempit! Jangan mencuri kesempatan dalam kesempitan!" omel Aletha, dia kembali merebut tasnya dari genggaman laki-laki itu. Dan kemudian,menaruhnya lagi diantara dirinya dan laki-laki itu. Menciptakan jarak diantara mereka.

Ya Tuhan, dalam keadaan yang sempit dan juga pengap seperti ini, masih ada aja sepesies ABG laknat yang menambah kesumpekan dari angkot ini. Dan dengan lugunya, sang sopir bertanya;
"Ini saya udah boleh jalan?"

"Terserah maunya Abang!"

"Menurut abang?!!"bentak mereka berbarengan. Yang samar -samar, menjadi bahan lelucon bagi para penumpang didalamnya.

I'M FINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang