III

39 12 0
                                    

Aletha mengetuk-ngetukkan jarinya. Daritadi, bu Sabari sibuk mengoceh didepan kelas, menjelaskan ini itu. Aletha yang jengah, makin tidak fokus dengan pelajaran kimia ini. Padahal, kimia hanya satu kali tiap minggu, namun melihat cara mengajarnya yang membosankan dan wajahnya yang tidak bersahabat, ia pun memutuskan untuk mengabaikan penjelasan Bu Subari.

Kepalanya sedari tadi jahil menengok ke luar jendela. Ya, tepat! Agga dan Alvaro masih ada disana. Melakukan ritual yang sedari jam istirahat kedua berbunyi.

Aletha mengeleng-geleng kepalanya tak percaya, terkejut melihat Alvaro benar-benar teguh atas penitahannnya tanpa ampun. Lima jam bukanlah waktu yang sebentar, apalagi mengingat Agga harus pula meneriakan kalimat aneh itu berulang-ulang.

Memang sih, sebelumnya Aletha juga belum puas menyaksikan hal lucu ini. Namun, ia pun tak akan sampai hati bila hukumannya diperpanjang hingga pulang sekolah. Walaupun Agga laki-laki, dan terbilang kuat, tapi tetap saja, lapangan SMA 1 JAYA JAKARTA tidak sekecil arena main gundu, bro! Kesal Aletha dalam hati.

"Aletha!" panggil bu Subari keras. Aletha reflek menegang, matanya membulat melihat bu Subari menatapnya geram.

"Kamu ini, bengong terus! Coba tentukan bentuk dari ikatan kedua unsur ini!" titah bu Subari. Aletha pun menelisik pertanyaan itu.

Dengan ragu ia menjawab, "Em... tetrahedral bu?" jawab Aletha yang justru bertanya balik.

"Coba berikan konfigurasinya!" pinta bu Subari lagi masih dengan mimik kesal, sebab Aletha mampu menjawab pertanyaannya.

"2 8 8 2" sebut Aletha sigap. Bu Subari kembali berdecak.

"Maksud saya menggunakan konfigurasi elektron metode mekanika kuantum! Kamu salah! Keluar kamu dari kelas!" omel Bu Subari. Aletha mengernyit. Apa? Keluar kelas? Dia kan tidak menyebutkan perintah secara jelas, masa Aletha yang harus menanggung kesalahannya. Aletha setengah mati kesal, tapi tetap mematuhi perkataan guru berumur setengah abad itu.

Dengan beberapa bisikan dongkolan yang meluncur dari mulut Aletha, tiba-tiba bu Subari kembali teriak. "Kerjakan LKS dari halaman 32 sampai 87!" yang membuat Aletha ingin rasanya tak sadarkan diri.

♡♤♤♡♤I'm Fine♤♡♤♤♡

"Aaakhh!" erang Aletha kesal. Ia memukul-mukul meja perpustakaan. Membuat ia mendapatkan hadiah tatapan tajam dari penjaga perpustakaan. Berhubung ini jam pelajaran, jadi tidak ada satupun siswa yang mengeram disini.

Aletha melihat lksnya yang sudah terbuka pada halaman 32. Beberapa detik ia menatap lks itu dengan gerah, lalu membolak-balikkan halaman hingga menuju halaman 87. Lalu ia mengaitkan kedua jarinya pada tumpukkan halaman itu. Mengukur seberapa tebal latihan yang harus ia kerjakan.

"Subhanallah!" ujar Aletha akhirnya. Ia pun mulai mengerjakannya, walau dengan hati yang dongkol. Mengabaikan tugasnya justru akan malah menambah deritanya hari ini. Jadi, ia putuskan untuk dengan senang hati( baca: gondok hati) ia pun mengerjakan halaman demi halaman itu.

"Ish! Hari absurd macem apa sih ini?" kesal Aletha masih dengan tangan yang mengerjakan latihan ogah-ogahan.

"Hari ini gua udah komplit melakukan segala macam biang rusuh!" ujarnya lagi bermonolog.

"Pertama, gua telat masuk sekolah, terus gua ikut dalem masalah dikantin tadi, abis itu bikin ramai sekolah gara-gara hukuman yang gua kasih, dan sekarang gua disuruh keluar kelas!"

Pasalnya, semua hal buruk itu telah melunturkan nama baik yang sedari dulu ia repot-repot bangun. Sejak masuk SMP, ia jarang atau bahkan terbilang tidak pernah nakal disekolah. Semua guru memgenalnya karena memang ia aktif dalam tiap pelajarannya. Semua itu pun terbukti dari ia yang mampu menjadi ketua OSIS dengan vote hampir mencapai 50%.

I'M FINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang