VI

26 5 8
                                    

"Bego! Bego! Bego!" rutuk Aletha berkali-kali, menatap nyalak ke arah Kania yang kini tengah memainkan kuku-kuku panjangnya gelisah. Rambutnya terurai begitu saja, membuat ia yang kini tengah menunduk, tertutupi wajahnya oleh rambut gelombangnya itu. Sengaja agar tidak melihat raut muka Aletha secara langsung.

Aletha dari tadi sibuk mendumal, merapalkan apa saja, yang penting membuat geroginya hilang dan lenyap begitu saja. Tangannya sesekali menyibak helaian rambut yang mampir diwajahnya, lepas dari ikatan berpita biru yang dipakainya.

"Aletha Ratu Fyana, X Mipa 1." panggil seseorang berbleizer biru. Aletha segera mengacungkan tangannya, tersenyum simpul pada kakak kelasnya itu. Sontak panggilan kakak kelas itu membuat seisi ruangan itu sekejap menengok ke arahnya, lalu kembali sibuk dengan urusannya masing-masing.

"Ayo, ikut saya." ujar seseorang berbleizer itu lagi dengan kedua tangannya santai masuk ke dalam saku dibleizer itu. Mukanya yang tegas kini melihat Aletha dengan acuh, sengaja mengeluarkan aura sok angkuh seperti itu. Aletha segera berdiri, lalu mengikuti kemana langkah kakak kelasnya itu. Ke tempat dimana dia akan kena habis-habisan!

Ia pun berjalan amat perlahan, sengaja agar memberi ruang untuk jantungnya berdetak normal dan paru-parunya bernafas bebas. Beberapa langkah lagi, ia akan masuk ke ruang dimana ia akan gugup setengah mati. Bingung ingin melakukan pembelaan atau perlakuan apa. Seumur hidupnya, ia tak pernah melakukan hal bodoh yang mampu membuatnya terseret ke jurang yang dalam. Tapi justru, kini sahabatnya sendiri yang serta merta menyeretnya ke lubang yang sama.

Jujur, Aletha pun kesal. Bagaimana bisa sebuah organisasi intra sekolah yang digadang-gadangkan siswa sebagai organisasi yang paling disegani, menjadi bahan lelucon bagi calon anggotanya? Aletha saja tidak hais pikir dengan sahabatnya yang satu ini!

Aletha meneguk salivanya, tangannya tanpa sadar mengerutkan sisi-sisi roknya, tanda bahwa ia gugup. Tangannya enggan menarik kenop pintu. Sedangkan kakak kelas yang tadi menemaninya sampai ke ruangan ini, sudah hilang untuk menjemput siswa lainnya.

"Lo pikir lucu?" bentak Alvaro ketika Aletha masih diambang pintu. Kakinya bahkan belum sempat menyentuh lantai putih yang mendominasi ruang tersebut. Aletha meneguk salivanya, memaksa otaknya bekerja lebih cepat. Alasan apa yang harus ia lontarkan sekarang?!!

"Sini, cepat masuk!" bentak Alvaro lagi, sebelah kakinya menumpu dikaki lainnya, like a boss, mungkin agar menunjukan aksen angkuh.

Aletha berjalan cukup cepat, menghampiri Alvaro yang berada disudut ruangan dengan cahaya yang remang-remang.

"Sebercanda apa lo ikut organisasi ini?" ujar Alvaro sambil menyunggingkan senyum miring.

Aletha menggigit bibir bawahnya, 'Ayo, otak. Bekerjalah!' tuntutnya dalam hati.

"Malu-maluin! Seumur idup, gue gak pernah ketemu orang macam lo. Yang ikutan organisasi formal kayak gini dengan candaan. Apa maksud lo ngambil visi misi dari google?!! Mau cari mati bukan?!!"

"Heh! Gue lagi gak ngomong sama arca! Jawab dong!! Punya mulut kan?" Alvaro geram, sebab gadis dihadapannya hanya diam dengan wajah tertuju ke bawah. Ia pun mendebrak meja, cukup membuat bahu Aletha naik karena kaget.

"Bener-bener ya nih, anak! Kalau lo gak jawab juga, maka gua pastikan lo gak akan lolos jadi ang--"

"Saya lakuin apapun hukumannya!" potong Aletha sigap. Matanya mengunci bola mata Alvaro, seketika menengadah untuk melihat laki-laki yang tengah menatap nyalak padanya. Ia menatap dengan percaya diri, jurus yang memang sering Aletha lakukan agar membuat lawan bicara percaya pada apa saja yang baru ia lontarkan.

I'M FINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang