X

10 1 0
                                    

Sebab kau, ialah matahari. Bersinar terang, namun mustahil ku genggam. Sedang aku, hanya sepucuk bulan. Yang terbuai akan keindahan yang palsu. Yang mencoba tak lagi bergantung pada indah sinarmu.
-Aletha-

Jangan mengeluh, sebab kau tak tau, seberapa hebat Tuhan menggadaikan keluhanmu itu menjadi linangan tawa.
-Agga-

Diam, bukan berarti aku suka. Diam, bukan berarti pula aku tidak suka. Namun, hanya dengan diam ku mampu menerjemahkan kesepian.
-Alvaro-

♡♤♤♡♤I'm Fine♤♡♤♤♡

"Selamat datang di Cafe Akasia!" sapa seorang gadis dengan messy hairnya, namun tetap terkesan rapih. Senyumnya melejit dari bibir mungilnya, menampakkan kegembiraan yang ia sombongkan pada para penikmat cafe bernuansa kayu ini.

"Mau pesan apa?" tanyanya hangat. Seseorang didepannya tampak mengulum bibirnya, matanya berlari mengitari objek-objek yang terpajang dihadapannya. Membaca satu per satu menu yang kiranya seru dinikmati sore berhujan ini.

"Em... Hazelnat Latte." ujar gadis itu singkat. Gadis pelayan yang dihadapannya pun kembali tersenyum, "Ada yang lain, kak?" tanyanya ramah. Gadis dihadapannya menggeleng pelan.

"Ok, Hazelnut Latte-nya satu, Rp 38.000. Silahkan tunggu dimejanya, kak." ujar gadis itu lagi.

Ia menghembuskan nafas kecil, tangannya menghempas diudara, menarik ujung-ujung rambutnya yang jahil dimainkan angin ke sana kemari. Kakinya segera berjalan menuju lemari besar, menempelkan note berisi daftar menu yang dipesan beberapa meja.

"Tha! Maaf ya kakak telat!" ujar seseorang gadis tergesa-gesa masuk ke bilik karyawan. Ia tampak lelah, dengan sederetan buku yang ia genggam bebas direngkuhan tangannya. Penampilan ala-ala anak kuliahan semester awal.

Matanya menatap cemas pada gadis pelayan tadi, sedangkan gadis pelayan tadi hanya menerbitkan kekehan kelan, kepalanya mengangguk. "Gak papa, santai kak!" ujarnya melepas headband cafe itu dan memberikannya pada gadis dihadapannya.

"Aku ke belakang ya, kak!" pamitnya, yang dibalas anggukan oleh temannya.

Dan sekarang, disinilah Aletha. Dapur sekaligus tempat mencuci piring. Segunung piring, gelas, serta peralatan masak lainnya berkoloni dalam satu tempat. Memberikan kesan yang melelahkan walau untuk melihatnya barang beberapa detik.

"Hah..." Aletha menghembuskan nafasnya lagi, entah mengapa, hembusan nafas lebih terdengar keluhan yang bersifat halus. Kata-kata dumalan, yang tak terjemahkan oleh otak. Mengeluh? Bukan pilihan, hanya halangan untuk menjalankan hari-harinya yang begitu melelahkan.

Lagipula, tanpa seabrek pekerjaan sampingan ini, ia dan ayahnya mungkin tidak bisa bertahan hidup lagi. Biaya ini itu, terus berputar diotak Aletha bagai komedi putar yang kurang ajarnya terus berulang tanpa ijin. 'Uang tidak bisa membeli segalanya'. Cih, bagi Aletha, itu hanya omong kosong. Tak ada satupun didunia ini yang tak mampu dibeli uang. Handphone, mobil, tas, sepatu, nilai, sahabat, bahkan keluarga, sekarang mampu dibeli uang.

Uang seakan membabi butakan pandangan seseorang tentang makna kehidupan. Uang kini merupakan nominal kehormatan, yang diincar tiap insan untuk sekedar membeli pertemanan.

Maka dari itu, Aletha selalu berusaha keras memupuk uang. Supaya besar nanti, ia mampu membeli segalanya. Membeli ejek-ejekan teman-temannya diSMP dulu, membeli keringatnya yang kini ia gadaikan dibanyak tempat kerja sambilannya, dan bahkan membeli dia, yang selalu terobsesi dan tergila-gila akan uang.

Dia jugalah, yang membuat Aletha menjadikan uang tujuan, bukan sekedar fasilitas. Tak apa hari ini ia lelah, tapi esok ia akan bersinar kembali. Tak apa hari ini ia terpaksa menguras tiap tetes keringatnya, asal takdir menjajikannya kebahagiaan pada esok hari. Tak apa hari ini kakinya dilanda sakit, dan tangan terasa kaku diasuh pegal-pegal, yang penting masa depan cerah yang kelak menjemputnya. Semua ia lakukan, untuk membeli segala jenis kebahagiaan dimasa mendatang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 24, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'M FINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang