IX

18 2 2
                                    

Aku bukannya berbohong soal rasa. Hanya ingin menerjemahkannya dalam aksara kebisuan. Karna kau, adalah seseorang yang ku jadikan alasan agar kuat. Bukan seseorang yang jadi alasan aku boleh lemah.
-Aletha-

Jika kau tak percaya, tak apa. Aku hanya perlu menunggu. Sebab takdir berbisik malam tadi, bahwa aku penolongmu. Jadi, jangan sungkan, jadikan aku orang pertama dan terakhir dipikiranmu menumpahkan luka.
-Alvaro-

Aku menolak lupa, untuk rasa yang diberi cinta. Entah itu suka, perih, bahagia, atau kecewa. Aku hargai semua itu. Karna dengan itu aku tau, seberapa hebat kau acak hatiku.
-Agga-

♡♤♤♡♤I'm Fine♤♡♤♤♡

"Lo gak niat nyulik gua 'kan?" tuding Aletha keras, lantas pun memberhentikan langkah kakinya.

Agga berdecak, badannya berbalik 180° untuk bertatap muka dengan gadis yang kini wajahnya butek seperti akuarium tidak dibersihkan satu minggu.

Agga tampak mengambil nafas, lalu menghembuskannya kecil. Mulutnya siap menghujat gadis dihadapannya ini.

"Heh, penculik macam apa yang mau nyulik genduruwo kayak lo?" tatap Agga kejam, Aletha yang mendengar cibiran itu berdecak lebih keras.

"Heh! Enak aja lo, udel naga! Gue bukan gunderuwo, tapi___" Aletha menggantung ucapannya, matanya menyipit ke arah Agga. Kaki jenjangnya segera berjalan mendekati Agga. Membuat Agga otomatis ikut berjalan mundur menjauhi Aletha. Takut akan reaksi Aletha yang berbau mencurigakan.

Aletha gak kemasukan apa-apa kan ya? Masalahnya, kini mereka berdua tengah digudang sekolah dengan kondisi tidak ada sama sekali mahluk hidup yang bernafas selain mereka. Nanti Agga minta tolongnya sama siapa? Masa iya sama semut? Ya, walaupun semut juga mahluk hidup yang bernafas, sih.

"Tapi...."

"gue KUNTILANAK YANG DENDAM SAMA TUYUL MACEM LO!!!" lanjut Aletha berteriak sambil mencekik Agga.

"Ohok-ohok" Agga terbatuk-batuk, nafasnya tersengal. Ternyata hebat juga cekikan kuntil- eh, Aletha maksudnya. Ia mencoba melepaskan cekikan tangan Aletha.

"Aduh, aduh sakit! Gue 'kan__ohok, dah jadi setan, masa iya gua mati lagi? Gue__ohok jadi setan dua periode gitu?" ujar Agga terpatah-patah. Aletha pun jadi tebahak, perlahan cekikannya memudar, dan kakinya yang tadinya menjijit untuk sekedar menggapai leher Agga yang cukup tinggi, kini sepenuhnya telah memijak tanah.

Aletha masih sibuk tertawa, puas melihat reaksi Agga yang terzolimi. Sedangkan Agga, masih sibuk meraup oksigen, menstabilkan nafasnya yang sebelumnya tersendat. Beberapa kali, memegangi lehernya dan menatap tajam Aletha.

"Lo emang niat mau nganiaya gua ya?" keluh Agga masih tersengal.

Membuat Aletha tak ayal makin tertawa dan mengangguk mantap. "Niatnya sih mau nyampe beliin lo karangan bunga, tapi sayang, dosa lo masih banyak." ujar Aletha memamerkan wajah prihatin, tentu membuat Agga makin melihat sinis ke arah Aletha. Betapa kejamnya gadis dihadapannya ini.

"Apalagi tuh, Mbak Nini. Lo masih punya banyak utang kan ke mbak Nini? Beli cireng tiga biji aja ngutang!" lanjut Aletha tanpa dosa.

"Ish!" keluh Agga, seketika air mukanya berubah memamerkan senyum. Ia melirik Aletha dengan mata yang mengerling genit, " Ciee, tau aja gua suka ngutang cireng! Merhatiin ya?" ujar Agga menaik turunkan alisnya.

I'M FINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang