IV

33 11 0
                                    

Langit mengepung kelam dibalik rerimbunan daun, layaknya enggan ditinggal oleh gulitanya malam. Hening dan dingin, entah mengapa selalu cocok untuk mendeskripsikan kata 'malam'. Sedang para pepohonan menggigil dihardik cuaca, daunnya gemetar mengetuk-ngetuk jendela yang senyap akan mimpi.

Jam sudah menunjukkan angka 12 tepat, artinya sudah tengah malam. Sedang gadis itu, dengan jersey MU dan celana boxer masih termangu didepan jendela. Tak peduli sudah seberapa pekat dan gelapnya pemandangan yang terhempas didepan matanya. Toh, sejak setengah jam yang lalu otaknya sibuk memikirkan banyak hal. Yap, banyak hal sampai-sampai ia takut otaknya berisi benang-benang kusut karena semua pemikirannya bertabrakan bersamaan.

Buku bertuliskan 'Campbell jilid 1' masih stay ditangannya. Setengah jam yang lalu, ia sibuk belajar. Semua sudah ada diplaningnya yang ia tulis dipost card yang memenuhi tembok kamarnya itu.

Sebuah postcard kuning dan berbentuk bintang adalah yang paling besar, terletak tepat diatas tempat tidurnya kira-kira 5 jengkal. Namun letaknya diatas ranjang bagian kaki, katanya biar setiap pagi dia selalu langsung disapa impian terbesarnya. Supaya dia ingat, kalau waktu SMA bukanlah waktunya bersenang-senang dan berfoya-foya seperti pemikiran yang digandrungi para remaja jaman sekarang. Sibuk mencari teman sebanyak-banyaknya sampai lupa kalau filternya sudah bobol dan gak bisa diatasi, dan berakhir kepada jati dirinya yang memudar menjadi buruk.

Tidak, Aletha tidak akan melewati tragedi mengerikan itu. Ia akan tetap jadi Aletha, cewek supel namun pintar. Nerdgaul, itu julukannya yang diberi teman-teman sekelasnya dulu. Walau kepintarannya memang tak lagi diragukan, namun keahliannya dalam bersosialisasi dan olahraga membuat serempetan kata 'nerd' tak cocok dikaitkan oleh si kutu buku Aletha.

Seperti sekarang, oh tidak, tepatnya setengah jam lalu matanya tak lelah membaca lembar-lembar buku itu lalu sibuk menjelaskan apa yang ia baca ke depan jendela. Layaknya ia sedang mengajarkan seseorang, kadang kali ia berteriak tak jelas karena ada saja kata yang ia lupa. Atau ketika sinyal internetnya buruk membuat ia kesal, karena dibuku itu ada kata yang ia tak mengerti, kalau ia saja melewati satu kata, bagaimana bisa ia mempertanggungjawabkan ribuan kalimat selanjutnya? Itu pikirnya, yang membuat ia memukul-mukul bantalnya karena kesal.

Semester ini, ia bertekad untuk ikut seleksi OSN biologi disekolah. Makanya, tadi ia sibuk mengkontaki teman-temannya yang setahu ia punya buku mengenai biologi, karena bapak mereka merupakan dokter. Setelah beberapa patah bersendau gurau, ia pun meminjamnya dan segera pergi ke fotocopy.

Ya, ia memfoto kopinya karena berhubung uang sakunya tidak cukup untuk membeli buku tebal itu yang harganya lebih dari 300 ribu satunya, sedangkan buku itu saja sampai tiga jilid. Ia sampai geleng-geleng kepala mendengar temannya itu memberi tahunya pasal harga buku berbau biologi itu. GILA! Itu satu kata spontan yang diceletukkan Aletha saat menelpon temannya itu.

Tapi ia berjanji, kalau dia sudah sukses nanti ia akan membeli buku itu. Karena menurut dia itu bukan hal yang baik,membeli buku sang penulis merupakan penghargaan terbaik untuk mengapresiasi para penulis akan ilmunya. Apalagi ada pasal, yang walau dengan pasti Aletha tau kalau semua hanya wacana. Karena nyatanya, banyak toko buku penggandaan tanpa hak cipta yang tersebar dimana-mana, jadi kalau kalian mau tanya apa peraturan perundang-undangan pasal 9 ayat 3 itu nyata atau cuman sekedar dongengan, tanya saja pada rumput yang bergoyang.

Aletha menghembuskan nafasnya kasar, entah sudah ke berapa kali saking banyaknya ia melakukan hal itu setengah jam ini. Tangannya yang lentik, dari tadi berisik mengetuk-ngetukkan jarinya ke meja. Kebiasaan kalau Aletha sedang memikirkan sesuatu.

Tadi, saat jam masih menunjukkan jam 11.27 matanya mengekor ke arah berbagai postcard didindingnya itu. Tentang dimana masa SMA adalah masa ia HARUS, WAJIB, KUDU menjadi masa jayanya. Tapi entah angin apa, ia tiba-tiba saja terlintas memikirkan dua nama yang melekat diotaknya.

I'M FINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang