Disclaimer: Semua tokoh dan setting yang tercantum dalam manga Black Butler adalah milik Yana Toboso.
~~~***~~~***~~~
Vienna, awal abad ke-14 Masehi.
Julian Fichter adalah anak asuh mandor perkebunan anggur di Katterburg. Sejak masih berusia sepuluh tahun, ia telah berada dalam asuhan Tobias Sandmeier, pamannya. Julian adalah putra mendiang kakak laki-laki dari istri si mandor.
Usianya sudah delapan belas tahun, sudah jadi pekerjaan tetapnya untuk mengais rejeki bersama para petani lainnya di perkebunan. Bukan hal yang sulit bagi Julian. Ia pemuda yang rajin, dan sudah terbiasa membantu pekerjaan paman dan bibinya sejak masih berusia sepuluh tahun.
Tobias Sandmeier mempunyai dua putra. Daniel, putra pertamanya yang tiga tahun lebih tua dari Julian, mengabdikan diri di biara Klosterneuburg. Sedangkan Bernard, putra keduanya, meninggal di usia yang masih sangat muda karena wabah. Maka saat Daniel tidak berada dekat dengan orang tuanya, Julian lah yang menjadi tumpuan harapan suami istri tersebut.
Siang itu Julian baru selesai mengangkat tong-tong berisi anggur ke gerobak. Tong-tong itu akan diantar ke kediaman wali kota Vienna. Setelah gerobak itu mulai meniti jalan yang membelah area perkebunan menuju kota, membawa serta pamannya yang turut mengantar kiriman itu, tugas Julian hari itu sudah separuh selesai. Setelah mengisi perutnya yang keroncongan, ia harus bergegas memperbaiki atap rumahnya yang bocor.
Separuh jalan ke rumah, di dekat semak mahaleb cherry, beberapa ekor anak kucing meringkuk dan mengeong.
"Wah, anak kucing," seru Julian, lalu menghitung mereka, "satu, dua, tiga, empat, lima."
Sekejap saja ia tenggelam dalam keasyikan bersama kelima anak kucing itu, berjongkok di dekat semak-semak. Julian sangat menyukai kucing.
Dua tahun lalu ia merawat seekor kucing jantan yang ditemukannya dengan tubuh basah dan kurus di sebuah sudut kota saat sedang ikut pamannya mengantar anggur. Dibawanya pulang kucing berbulu jingga itu, merawatnya hingga mencapai usia dewasa, sebelum kemudian kucing yang diberinya nama Jäger itu meninggalkan rumah dan tidak pernah kembali.
"Disini kau rupanya."
Julian berjengit mendadak mendengar suara bibinya di belakang punggung.
"Iya, Bibi Farahilde. Aku akan segera menambal atapnya," ucap Julian, bergegas berdiri, tapi masih sambil memegang salah satu anak kucing. Empat anak kucing lainnya berkutat di sekeliling kakinya. Seekor diantaranya menggosokkan kepala ke sepatu bot Julian. Seekor lainnya menyelinap di sela kaki Julian dan mengeong meminta perhatian.
"Kucing lagi," Farahilde menyipitkan mata.
"Sepertinya mereka lapar. Ijinkan aku memberi mereka sedikit susu pada mereka. Sudah berbulan-bulan aku tidak bermain dengan kucing, sejak Jäger menghilang," Julian memohon.
"Jäger bukan menghilang. Dia mungkin sudah menemukan kucing betina untuk dia kawini. Dia berpetualang dan menemukan cintanya," kata Farahilde sembari menyerahkan sepotong roti gandum dan segelas susu pada Julian.Julian menerima makan siangnya dengan wajah bersemu merah.
"Lalu kau sendiri bagaimana?"
Sepotong roti gandum di tangan Julian masih separuh jalan dari mulutnya. "Apanya?"
Farahilde menghela napas. Seringkali dia sedikit merasa cemas, karena Julian tidak pernah bercerita soal siapa gadis yang menarik hatinya. Tobias berkata Julian sesekali mengobrol dengan salah satu pelayan di kediaman walikota saat mereka mengantar anggur. Hanya itu saja, Farahilde tak pernah mendengar apapun langsung dari mulut keponakannya. "Dasar anak bodoh." Lalu wanita paruh baya itu berlalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alter: Wondering Memories
Fanfic"Aku tidak lupa diri, pun tidak sedang berusaha menyangkal jati diri. Sesekali kita pasti terdorong untuk melakukan sesuatu yang meski bagi orang lain itu adalah tindakan gila untuk dilakukan, tapi tetap tidak mengurangi esensi kebenarannya." ...