What a morning! Telepon yang kupikir akan jadi moodbooster pagi ini malah bikin lemas tak bersemangat. Sekarang dia makin lama disana, sampai hari sabtu pula. Tak terdengar penyesalan pun dari suaranya. Dia benar-benar sudah lupa tanggal pernikahan rupanya. Aku membenamkan muka di antara dua lutut. Kepalaku tiba-tiba terasa pusing.
Dia terdengar bersemangat sekali hari ini. Menyapa dengan panggilan Sayang, yang biasanya hanya tertulis tak pernah terucap. Lalu curhat panjang lebar dengan detilnya, benar-benar tak biasa. Apa masalah disana sedemikian beratnya sampai dia tak tahan untuk bercerita, atau memang dia hanyas sedang bikin alasan agar dapat berlama-lama disana?
Aaaaaaa! Kutahan teriakan di tenggorokan, tak ingin Sandra bangun karena kegilaan ibunya. Ugh! Kupukul kepalaku sendiri. Aku tak mau prasangka merusak hari ini. Memang benar, prasangka itu merusak. Bukan merusak orang lain, tapi menghancurkan diri sendiri.
Sudah, sudah! Tak ada bukti, tak perlu berprasangka. Merusak diri sendiri saja. Lebih baik masak lalu ngepel, selesai.
Tapi bayangan itu, datang lagi dan datang lagi. Imajinasi Pak Suami yang sedang bermesraan dengan teller disana. "Puiiih!" aku langsung meludahkan kuah sayur yang kucicipi. "Kok bisa seasin ini, sih?" melirik ke tempat garam. Sendok makan bertengger di tutupnya, "Aku memasukkan garam satu sendok makan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Anniversary
Romance12 tahun bukan waktu yang singkat, masihkah kau mencintaiku?