More Than Just A Date

913 40 0
                                    

"What's in a name?" Eyang Shakespeare keren banget, mengajukan pertanyaan filosofis yang membawa kita kemana-mana. "Mawar akan tetap semanis mawar meski ia dipanggil dengan nama apa pun juga," begitu katanya.

Hari ini aku mengingat Shakespeare dan ingin mempertanyakan hal yang mirip, "What's in a date?" Apalah arti sebuah tanggal? Menikah di tanggal yang mana pun, toh tetap menikah, kan? Intinya bukan tentang tanggal, kan? Tapi ini semua tentang pernikahan.

Aku menggeleng-geleng. Insiden garam pagi ini memantik kesadaranku untuk tetap fokus pada apa yang penting. Ini bukan soal tanggal pernikahan. Tapi tentang pernikahan. Berusaha fokus pada pernyataan ini.

Tapi suara lain di sebelah kiri menghasut, "Memang yang penting adalah pernikahan, tapi kita butuh penanda. Penanda dimulainya pernikahan, peristiwa penting sepanjang sejarah hidup."

Aku menggeleng-geleng lagi, mencoba menetralkan suara-suara di dalam kepala. Pernikahan adalah peristiwa penting. Ia menandai dimulainya proses membangun satu peradaban. 

"Memangnya ketika kalian menikah, sudah langsung sadar bahwa yang kalian lakukan adalah proses membangun peradaban?" suara di dalam kepalaku makin nyinyir.

Aku termenung mendengar suara hatiku sendiri. Rasanya saat menikah tak terpikir akan membangun satu peradaban. Yang terpikir adalah sama-sama bergerak, berjalan menuju surga-Nya. 

"Tapi itu hanya pikiran, kan? Idealisme yang tertuang di proposal. Lalu apa yang sudah dilakukan untuk itu? Sudah ada?" suara itu merasa menang.

Aku mengingat-ingat lagi. Awal menikah masih diselimuti euforia bulan madu. Lalu 3 bulan kemudian masuk euforia mengandung. Selanjutnya mengasuh anak, lalu hamil lagi, mengasuh lagi, mendidik, lalu hamil lagi, dan sekarang mengasuh lagi. Sepertinya kita sudah mulai lalai dengan misi pernikahan ini. Untuk apa dulu kita menikah?

"Bu," tiba-tiba Sandra sudah ada di dapur menenteng botol minumnya.

"Hai! Assalamu'alaikum, anak gadis ibu sudah bangun?" langsung kuhampiri Sandra dan berlutut di depannya.

"Abish," Sandra menyodorkan botol minumnya.

"Oh, kita isi lagi, ya," aku berdiri menuju dispenser.

Yah, tanggal pernikahan memang tak penting. Namun tampaknya penting untuk terus melakukan reviu terhadap perjalanan pernikahan ini. Sudahkah pernikahan kita on track dengan misinya?

Happy AnniversaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang