" jangankan senyum. Tertawa saja kalau sama kamu aku mau."
Hari ini kamu cantik apalagi sama jepit rambut itu. Udah sarapan belum? Siap buat hari ini? Udah dapat teman belum? Kalau udah kenalin dong. Dan banyak lagi, tak henti-hentinya Devan membombardir Manda dengan pertanyaan sebegitu banyaknya di pagi buta. Dan itu tak terhenti sampai saat ini. Mereka sedang menyusuri salah satu lorong yang ada di Nirwana Bangsa 1.
" Gue temenin deh, ya ya ya.... "
" Nggak usah dev, aku bisa sendiri, " tak henti-hentinya Manda melontarkan kalimat tersebut sedari tadi. Tapi manusia ciptaan tuhan di sebelahnya itu masih saja keukeh. Bahkan hal tersebut sempat menarik perhatian murid lain di sekitarnya.
"Pokoknya sama gue atau ntar gue tinggal, " ancam Devan
"Aku bisa jalan! " yah.... Karena mulai membuka diri pada Devan. Manda mengganti kegiatan menyebutkan namanya dengan 'aku' jika sedang berbicara dengan Devan.
"Cie udah aku - kamuan. Besok bisa jadi aku kamuan jadi kita aaaa," kata - kata tersebut membuat Manda merona hingga akar.
" Cie merah ciee, " Manda menundukkan kepala dan menangkupkan kedua telapak tangannya pada wajahnya lalu berlalu dengan cepat meninggalkan Devan yang masih setia dengan kekehan kecilnya, karena melihat reaksi Manda saat ia goda. Nggak bermaksud menggoda sih, cuma...... Ya sudahlah.
"Kalo cewek diam, tandannya dia setuju. Ya kan? Ya aja, " batin Devan.
Ruangan itu berada sangat terpencil dan jauh dari kelas yang Manda tempati. Bahkan jalan menuju ruangan itupun sangat kotor dan pengap. Buktinya, ada banyak sarang laba-laba mulai dari yang sangat tipis bagaikan kapas hingga yang jumbo menyerupai tarantula, berdiam diri menghuni pinggiran lorong dengan sarang lebar yang siap menjebak apapun yang terbang melewatinnya.
Kalau bukan karena Devan ya siapa lagi? Daripada harus berdebat tiada akhir, Manda memilih untuk patuh dan mengikuti kemana ia akan dibawa pergi. Dan jeng jeng jeng!!!!!!
"Ntar malem cabut yok, nongki ganteng gitu? "
"Aku sih ngikut."
"Eh kelas lu ada anak baru kan? Gimana, mantep nggak? "
" Biasa aja. "
Devan menghentikan sebentar langkahnya saat sampai di depan ruangan 'suram' itu. Tak sengaja ia mendengar cengkerama orang di dalamnnya yang tentu saja ia kenal. Ia menoleh sesaat, ketika ia merasa topik pembicaraan mereka adalah gadis di belakangnya.
Manda menoleh menatap Devan. Yang tidak ia sangka ternyata juga sedang menatapnya, bahkan badannya pun sekarang juga mengarah ke tubuhnya. Manda mengunci tatapan tersebut, ia ingin menunduk tapi tak bisa. Sudut bibir Devan sedikit terangkat hingga membentuk garis lengkung ke atas yang membuat siapapun yang melihatnya akan diabetes dadakan. Beberapa sapuan berhasil mendarat di poni Manda hingga menarik kembali beberapa nyawa yang sempat melayang kembali ke asalnya. Manda tersenyum malu. Namun hal tersebut justru membuat Devan tertawa lalu mencubit gemas pipi Manda.
Senyuman yang terukir pada wajah Manda perlahan memudar di gantikan dengan wajah penuh dengan keterkejutan yang menyelimutinya. Matanya terkunci pada satu titik yang membuat Devan mengikuti arah pandang Manda.

KAMU SEDANG MEMBACA
Latent
Teen FictionKamu tau fragile heart? Ya,dia adalah keadaan dimana hati dalam keadaan rapuh dan mudah hancur. Dan di saat itulah aku butuh seseorang yang setia memberiku motivasi. Jika hidup itu ibarat sebuah game yang harus di selesaikan, bukan di akhiri.