Seluruh murid X-IPA 4 sedang bergelut dengan selembar kertas berisi soal sekarang. Tak ada angin, tak ada badai. Entah apa yang membuat lelaki paruh baya berkumis tebal yang kini tengah berkeliling mengitari kelas itu, tersambar kilat dan mengadakan ulangan dadakan hari ini.
Semuanya syok tanpa terkecuali. Bagaimana tidak, bahkan materi bab yang diujikan saja belum selesai dibahas. Tega memang.
"10 menit lagi, yang tidak tuntas KKM bapak beri pelajaran tambahan selama 1 bulan!" terdengar keluhan yang keluar dari mulut siswanya.
"Pak nggak bisa gitu dong, materinya kan belum kelar dibahasnya," protes salah satu murid.
"Kamu ini bagaimana. Jelas saja bisa, kelas lain sudah ulangan jadi kelas ini juga harus ulangan. Bapak tidak mau pilih kasih. Lagi pula ada 1 hari kosong di jam kalian. Harusnya kalian mandiri dan berusaha belajar, materi yang belum disampaikan itu konsekuensi kalian."
hampir seluruh murid X-IPA 4 bersorak tidak terima. Tapi ya, apalah daya. Jika lelaki berkumis tebal itu sudah berkehendak tidak ada yang bisa menghentikannya.
Setelah 2 jam mematikan itu akhirnya bel istirahat berdering. Hampir seluruh siswa berdesakkan demi bisa ke kantin lebih awal sehingga tidak ikut mengantri panjang.
"Lo nggak ngantin?"
"Eh enggak, Bryan mau lewat? " Manda bangkit dari duduknya dan mempersilakan Bryan berlalu.
Sendiri. Manda sudah terbiasa dengan keadaan itu. Sendirian di dalam kelas saat istirahat tiba. Ia mengeluarkan kotak makan berwarna toska dari dalam tasnya.
Tok! Tok!
Manda menghentikan kunyahannya saat mendengar suara ketukan dari arah pintu kelasnya. Seorang laki-laki tersenyum pada Manda.
"Sendirian ya?" Manda mengangguk.
"Gue mau nanya, Allamanda orangnya yang mana?"
"Saya Allamanda."
Laki-laki itu membinarkan mata dan menarik sudut bibirnya. Ia menaruh selembar kertas di hadapan Manda.
"Gue disuruh kasih ini, lo isi aja sesuai apa yang lo minati. Kalo udah kasih ke Pak Jaka," Manda menarik kertas itu membacanya sekilas lalu mengangguk paham.
"Makasih kak," ucap Manda lalu mencuri pandang pada bet kelas laki-laki itu. Karena tadi ia cuma asal bilang 'kak' padahal tidak tau orang itu seangkatan dengannya atau tidak. Dan syukurnya mereka memang tidak seangkatan.
Manda melangkahkan kaki menyusuri lorong sekolah. Alasannya adalah karena ia jenuh berada di kelas sendirian. Sebelumnya ia tidak punya tujuan mau kemana, tetapi tiba-tiba saja ia ingin berkunjung ke perpustakaan. Semenjak hari pertama masuk Manda belum pernah sekalipun menginjakkan kaki di ruangan tersebut.
"Mari, isi daftar kunjungan dulu," Manda tersenyum kepada pustakawan tersebut lalu menulis sesuai apa yang diperintahkan tadi.
Setelah mengucapkan terimakasih karena diizinkan masuk. Manda mulai menyusuri rak demi rak. Tak sengaja ia mendengarkan pembicaraan seseorang. Entah bagaimana, ia tau ini tidak baik tetapi kakinya tak ingin beranjak dari tempat itu. Ia sedikit tertarik dengan pembicaraan dua orang tersebut.
"Dia masih cinta sama lo," ujar seorang perempuan dengan nada yang sedikit emosi.
"Lo tau, tiap hari dia selalu nulis perasaanya dan di setiap tulisan itu tercantum nama lo."
"Gue juga cinta sama dia. Gue juga cinta!" kini suara seorang laki-laki yang juga terdengar penuh emosi.
"Kalau cinta, kenapa lo tega? Lo tega ninggalin dia dalam keadaan seperti itu? "

KAMU SEDANG MEMBACA
Latent
Teen FictionKamu tau fragile heart? Ya,dia adalah keadaan dimana hati dalam keadaan rapuh dan mudah hancur. Dan di saat itulah aku butuh seseorang yang setia memberiku motivasi. Jika hidup itu ibarat sebuah game yang harus di selesaikan, bukan di akhiri.