“ just so you know. This world is wide because of your views ”
"Assallamuallaikum, Bryan pulang! " tak ada jawaban, aku sudah terbiasa dengan hal ini.
Mataku menjelajahi seluruh sudut yang ada di bangunan yang selama ini kujadikan naungan dari sengatan matahari maupun dinginnya udara malam. Miris memang, bahkan tak seorang pun yang bisa tertangkap oleh indra penglihatanku. Perhatianku kini teralih sepenuhnya dengan ruang bawah tanah. Ruangan itu sebenarnya berfungsi sebagai tempat menyuci baju dan menyetrika. Namun semua itu berakhir saat keluarga mbok Nah menempatinya. Mbok Nah adalah wanita paruh baya yang sudah mengabdi pada papa dan mama sejak mereka membangun rumah tangga. Tepatnya beberapa bulan setelah mereka menikah. Kesibukan papa dan mama yang membuat mereka mempekerjakan Mbok Nah.
Sebenarnya dahulu keluarga Mbok Nah tidak tinggal disini. Mereka mulai menempati ruang bawah saat aku duduk di bangku sd kelas 4. Seingatku alasan Mbok Nah sekeluarga mau menempati ruangan itu karena tanahnya di desa dijual untuk melunasi hutang-hutang yang di tinggalkan oleh mendiang anak sulungnya. Setelah lulus sekolah bukannya mencari kerja , anak sulung Mbok Nah malah sibuk bermain sana-sini tanpa menghiraukan perjuangan keluarganya. Hal itu semakin di perparah saat anak sulung Mbok Nah mengenal dunia gelap seperti judi, balapan liar dan juga minuman keras. Sedikit demi sedikit ia mencari hutang demi bisa ikut taruhan. Awalnya dia selalu menang namun beberapa saat kemudian dia selalu kalah dan harus merelakan uangnya. Dan hutang yang awalnya sedikit itupun semakin menggunung bersamaan dengan bunganya.
Saat anak sulungnya meninggal, tak ada pilihan lain selain menjual tanah. Karena hanya itu satu-satunya harta yang mereka miliki. Dan akhirnya Mbok Nah dan Kang Asman ,suaminya bersama dengan anak kedua mereka memilih memohon izin pada papa dan mama untuk tinggal di rumah ini. Tak ada alasan untuk papa dan mama menolak keluarga Mbok Nah. Karena Mbok Nah sendiri sudah sangat berjasa pada papa dan mama. Bahkan sedari aku kecil ,Mbok Nah dan Kang Asman lah yang aku anggap sebagai papa dan mama. Karena jam kerja mereka yang begitu sibuk, sampai-sampai susah untuk meluangkan waktu demi anaknya sendiri.
"Loh , kok Mas Bryan ada disini?"
"Eh Mbak Ila , mbak Mbok Nah sama Kang Asman pada kemana, kok sepi?" Dia adalah anak kedua Mbok Nah, 180° bertolak belakang dengan anak sulungnya. Mbak Ila memiliki otak yang genius, dia menempuh pendidikan S2 di usia 23 tahun dan full beasiswa.
"Ibu baru nganterin bapak periksa tadi mas, ada yang bisa saya bantu?"
Aku menggeleng lalu meninggalkan Mbak Ila yang tersenyum menatap kepergianku. Sehabis membersihkan diri aku kembali meninggalkan rumah mencari suatu hal yang sekiranya bisa dijadikan sebagai pelarian dari masalah yang ada.
Ditemani vespa berwarna biru peninggalan kakek, aku membelah jalanan di tengah kehangatan malam kota Jogja. Jarang memang ada anak muda yang bepergian dengan vespa di jaman sekarang. Motor kuno yang di anggap kampungan oleh beberapa orang. Namun hal itu salah kaprah bagiku, aku salah satu pecinta hal klasik. Mulai dari motor klasik, mobil klasik, peralatan klasik bahkan lagu klasik juga aku gemari.
Jika kalian tahu Jogja, pasti kalian tidak asing dengan lokasi yang bernama Titik Nol Yogyakarta. Surga bagi para insan yang ingin menenangkan diri. Sekedar menikmati angin malam di iringi alunan melodi yang dimainkan oleh para musisi jalanan ataupun beberapa pertunjukkan seni yang kerap kali di tampilkan oleh para seniman berbakat.
"Bry!"
Panggilan dari seseorang membuyarkan lamunanku. Aku menelaah sekitar dan menjumpai Devan yang melambai ke arahku. Aku hanya membalasnya dengan senyuman. Tapi tak bertahan lama, aku merubah raut wajahku menjadi kernyitan saat melihat Manda di belakang tubuh Devan. Kenapa dia selalu ada di sekitar Devan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Latent
Teen FictionKamu tau fragile heart? Ya,dia adalah keadaan dimana hati dalam keadaan rapuh dan mudah hancur. Dan di saat itulah aku butuh seseorang yang setia memberiku motivasi. Jika hidup itu ibarat sebuah game yang harus di selesaikan, bukan di akhiri.