“If only you know? I have a little fairy in my wild imagination when I was little. And now, I have a real little fairy. That's you”
Manda
Aku masih terduduk lemah disini, di depan ruang rawat Devan. Merenungi kenyataan yang baru saja dokter sampaikan. Tante dan om belum juga tiba entah sudah berapa detik terbuang sia-sia. Aku memberanikan diri untuk menyusul Bryan masuk.
Hal pertama yang aku temui adalah sebuah senyuman. Senyuman yang berhari-hari ini kunanti, senyuman yang sudah berhari-hari kurindukan, senyuman yang sudah berhari-hari tak menyapaku kini terpampang jelas di depan mata.
"Maaf, " kataku sambil memeluk Devan.
"Semua gara-gara Manda, " air mata lolos dengan hebat begitu saja tanpa kuminta.
Pintu ruangan terbuka, ternyata itu om dan tante. Dengan wajah yang sama-sama tegang mereka bergegas menghampiri Devan. Aku melepaskan dekapanku dan membiarkan mereka menggantikannya.
Aku melihat Bryan dengan ekor mataku dan mendapatinya seperti memberikan kode agar aku 'mendekat' atau 'mengikutinya' mungkin. Entahlah apa maksudnya tapi aku memantapkan langkah untuk mendekat.
"Ikut gue, nggak usah banyak tanya, " aku mengikuti kemana Bryan menarikku.
"Kita mau kemana sih Bry, Devan akan dioperasi secepatnya. Seharusnya kita disana sekarang, dampingi Devan kasih Devan support, " Bryan menghentikan langkahnya dan melepaskan cengkramannya.
"Ehm, sebelumnya sorry, tapi... "
"Tapi apalagi sih? Udahlah Manda mau temenin Devan, " aku melangkahkan kaki dengan lebar meninggalkan Bryan.
Tak habis pikir apa yang ada di pikirannya, sampai-sampai mengajakku pergi di saat Devan membutuhkan penyemangat seperti ini. Devan harus menjalankan operasi secepatnya, ia berhasil bangkit dari alam bawah sadarnya namun dokter bilang ada luka dalam yang tidak terdeteksi dan baru diketahui tadi. Dan hal itu masih bisa diatasi secepatnya dengan langkah operasi.
Terlambat...
Aku tak manemukan siapapun di ruang rawat Devan. Aku berlari menuju dimana ruang operasi berada dan benar saja aku menemukannya disana. Aku menatap Devan dari kejauhan sembari mentralkan nafas dan detak jantungku yang masih tidak beraturan. Detik-detik wajah Devan menghilang dari penglihatanku, pandangan kami bertemu. Aku mengucapkan semangat tanpa suara bersama dengan senyum yang tulus. Aku bisa melihatnya, aku bisa melihat Devan membalasnya dengan senyuman tipis.
Hari ini aku sadar, bagaimana rasanya mempunyai teman. Hari ini aku tahu, apa yang harus kulakukan sebagai seorang teman. Hari ini aku paham, betapa pentingnya seorang teman dalam kehidupan.
"Everything will be alright, kita serahin semuanya sama Tuhan, " ucap Bryan sambil menepuk pelan bahuku. Bahkan aku tidak menyadari sejak kapan dia ada disini.
Aku mengangguk setuju lalu duduk di bangku tunggu begitu juga Bryan. Bisa aku lihat guratan kecemasan di wajahnya. Dia sama cemasnya denganku.
2 jam berlalu dan pintu ruang operasi terbuka. Tante dan om langsung menghampiri dokter yang menangani Devan, pasti mereka sangat khawatir. Aku melihat tante tersenyum bahagia dan menangis dipelukan ayah Devan. Operasinya berjalan lancar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Latent
Dla nastolatkówKamu tau fragile heart? Ya,dia adalah keadaan dimana hati dalam keadaan rapuh dan mudah hancur. Dan di saat itulah aku butuh seseorang yang setia memberiku motivasi. Jika hidup itu ibarat sebuah game yang harus di selesaikan, bukan di akhiri.