TIDUR SIANG

41 9 6
                                    


Erina melompat turun dari mobil, tanpa memperdulikan ransel sekolahnya yang masih tergeletak tak berdaya di bagasi belakang. Sepulang les tadi, setelah membuka pintu mobil, ia langsung melempar tas ke arah jok belakang, dan sayangnya lemparan Erina meleset. Ransel ungu bergambar Tsum Tsum terlempar jauh ke belakang, hingga tersesat di antara sandaran kursi dan pintu bagasi.

"Erina, ambil tasmu. Jangan tinggal dalam mobil," seru Mami
Panggilan Mami agar Erina mengambil tsum tsum ungu tidak dipedulikannya lagi. Ia lebih memilih untuk terus berjalan masuk ke rumah.

Erina berdiri di depan pintu rumah, kaki kirinya menginjak bagian belakang sepatu kanan, dan ia menarik kaki kanannya, sampai lepas dari sepatu. Demikian juga dengan sepatu di kaki kirinya. Ia injak belakang sepatu kiri dengan kaki kanannya, dan membebaskan kaki dari cengkeraman sepatunya yang menyiksa sepanjang pagi hingga siang.

Dengan berlenggang dan bergoyang, ia menyanyikan lagu baru yang diajarkan di sekolah untuk acara pelepasan anak kelas enam yang akan diadakan pertengahan bulan Juni.

Jaranan jaranan
Jarane jaran teji
Seng numpak ndoro bei
Seng ngiring poro mentri
Jreg jreg nong
Jreg jreg gung
Jreg jreg turut mburi
Gedhebug krincing
Gedhebug krincing
Prok... prok...
Gedhebug jedher

Erina langsung menuju lemari buku, mengambil majalah donal bebek seri terbaru, dan mengambil posisi sudut di sofa cokelat yang ada di ruang tamu, lalu membacanya dengan keras, meski belum ganti baju.

"Lihat itu, Rasputinku sayang. Gober Bebek tua itu membiarkan jendela gudang uangnya terbuka. Kali ini aku pastikan keping keberuntungan akan menjadi milikku." Erina mencoba menirukan suara Mimi Hitam sambil mengangkat kaki kanannya, dan menumpangkan di atas lutut kirinya, kemudian ia terkekeh ala tokoh berkostum serba hitam itu, sebelum kaos putih bergambar kuda mendarat di kepalanya.

"Ganti baju dulu," perintah Mami mengagetkannya. Kakinya berjingkat, tangan kanannya menyingkirkan kaos yang menutupi wajahnya. Majalah donal yang dipegangnya diletakkan di sebelah kiri. Erina berdiri, masuk ke kamar sambil menggoyangkan pantatnya ke kiri dan ke kanan, mengikuti irama lagu yang dinyanyikan,

Jreg jreg nong
Jreg jreg gung
Jreg jreg nong
Jreg jreg gung ...,

"WINGPECTONG!" teriak Adrian yang tiba-tiba muncul di belakangnya. (Bukan cupetong. Maksudnya winspector. Itu lho, serial pahlawan fiksi berkostum besi yang pernah tayang di tivi tahun 90’an. Ceritanya mengenai tiga robot polisi pemberantas kejahatan, lebih tepatnya satu manusia dan dua robot.) Erina menghentikan lagunya. Mata Adrian berbinar-binar, tangan kanannya membawa sesuatu seperti tanda pengenal polisi yang dibuat dengan melipat-lipat kertas.

 Mata Adrian berbinar-binar, tangan kanannya membawa sesuatu seperti tanda pengenal polisi yang dibuat dengan melipat-lipat kertas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Erina berteriak, matanya mendelik, hidung mungilnya terlihat mulai memerah (bukan memerah susu sapi, ya, tapi menjadi merah. Power ranger kali, ah...).

Gen •UK•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang