Masakan Cinta

9.8K 111 13
                                    

Hari Sabtu adalah family time. Tapi tidak seperti biasanya, Intan hanya ingin bersantai di rumah hari ini. Jadwal kunjungan ke rumah orang tua mereka, yang dilakukan secara bergantian, mungkin diundur besok hari Minggu.

Kebahagiaan begitu membuncah di hati Intan karena semalam suaminya pulang dari luar kota. Setelah salah paham beberapa hari lalu, Intan ingin menyenangkan hati Bima untuk menghilangkan perasaan bersalah yang menggelayuti.

Intan masih mencari kira-kira kejutan manis apa yang diberikan untuk suami tercinta.

Pagi-pagi sekali, ada pesan WA masuk ke ponsel Intan.

Mira! sorak Intan dalam hati.
Sahabat dekatnya sewaktu kuliah itu sudah lama tidak menghubunginya. Ada saat mereka sering berkirim pesan, tapi kadang juga tenggelam tak ada kabar sama sekali.

Mira : Helllowww, Intan. Gimana kabarmu, Jeng?

Intan : Kabar baik, Alhamdulillah. Aku jitak nih, lama banget nggak kabar-kabar. Terakhir aku WA cuma di-read ajah.

Mira : Aih, kangen ya sama aku? Daku nggak ke mana-mana kok. Masalahnya aku tepar selama kehamilan trimester pertama kemarin, muntah-muntah mpe lemes, bo'

Intan : Ya Allah, Mir, ternyata aku mau punya ponakan... Sekarang udah baikan?

Mira : Masuk bulan keempat udah nggak mual lagi, malahan nafsu makanku meningkat drastis. Gimana nih? Udah mirip buntelan aja tubuhku ini.

Intan : Nggak apa-apa lah, buntelan cantik ini. Yang penting kamu dan janinmu sehat, to?

Mira : Iyaa, aamiin... Btw, gimana kabar Bima? Kalian masih hot, kan?

Intan : Ya iyalah, di Solo kan emang hot. Beda banget sama Salatiga yang maknyess...

(Kebetulan Mira sekarang berdomisili di Salatiga, sebuah kota kecil nan sejuk dan tenang)

Mira : Hehehe bisa aja... Eh, kamu masak apa hari ini?

Masak? Sejak dulu, kata itu menjadi momok bagi Intan. Bahkan menjelang pernikahan, dia sempat panik karena kemampuan masaknya di bawah rata-rata. Wajar saja dia nggak bisa masak, karena sedari kecil dia tak pernah membantu ibunya di dapur. Bude Tun, asisten rumah tangga yang telah mengabdi puluhan tahun pada keluarga orang tuanya di Karanganyar, selalu mengusirnya dari dapur.

"Wis, Nduk, kamu main di luar sana. Nanti ndak tanganmu kotor."

Karena terlalu dimanjakan itulah, Intan tak pernah boleh berurusan dengan dunia dapur. Tapi setelah menikah, dia berniat menjadi wanita yang lebih mandiri.

Lanjut ke percakapan WA...

Intan : Aku nggak bisa masak, Mir. Gimana dong?

Mira : Wah, Tan, aku dulu juga nggak bisa. Tapi kalau udah menikah, mau nggak mau harus latihan masak. Kasihan lho suamimu nggak pernah mencicipi masakan istri.

Intan : Waduh, terus aku kursus dulu, gitu?

Mira : Nggak usaaah. Cukup browsing aja, segala resep ada.

Oh iya, ya...kenapa nggak kepikiran sebelumnya ya? batin Intan gembira. Semangat baru menyelimuti diri Intan.

Mungkin itulah kejutan manis yang akan dipersembahkan untuk Bima. Makanan hasil masakannya sendiri.

Intan tak sabar ingin mengeksekusi idenya. Keinginan bersantai di hari Sabtu segera dia lupakan. Dia membuka-buka resep masakan di internet.

Masak apa ya untuk pertama kali?

Tiap Hari Jatuh Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang