"Siap untuk hari ini, Mas?"
Alih-alih menjawab, senyum Bima melembutkan wajah tegangnya. Sudah seminggu ini dia menyewa bangunan kecil untuk tokonya yang baru. Lokasinya masih di sekitar toko sebelumnya. Dia bersama Toha berupaya menyebar flyer promosi ke para mahasiswa, dan menyiapkan diskon menarik untuk para pelanggan.
Ini semua berkat pinjaman modal dari beberapa pihak, yang menerbitkan setitik harapan dalam hati pria itu.
Ketiga sahabatnya, Andi, Danu, dan Rio, memang pria-pria slebor. Bicara mereka sering asal. Namun dengan mereka, dia bisa bersikap apa adanya.
Para sahabatnya bukan orang kaya-raya, maklum hanya karyawan biasa. Meskipun begitu, saat ketiga orang itu mengetahui musibah yang menimpa Bima, mereka sigap melakukan apa pun yang bisa meringankan bebannya.
Patungan dalam jumlah yang tidak sedikit bagi mereka, rela diberikan untuk Bima sebagai pinjaman tanpa syarat bunga maupun jatuh tempo. Sama halnya dengan yang dilakukan bapak mertuanya.
Uluran tangan Tuhan tak cukup sampai di situ. Utangnya kepada suplier yang terkena imbas penipuan Anton, diberikan perpanjangan jatuh tempo, bahkan Bima bisa menyicilnya sedikit demi sedikit. Mereka sudah menjalin kerjasama cukup lama dengan Bima, sehingga percaya dengan kredibilitasnya. Kelonggaran waktu ini membuatnya bisa bernapas lega.
"Ayo, kita berangkat," kata Intan mengerling manja.
Pameran komputer dan smartphone yang berlangsung selama lima hari di Diamond Convention Center ini selalu mengundang atensi banyak pengunjung. Ini kesempatan emas yang tak mungkin disia-siakan Bima untuk menarik pelanggan ke tokonya.
Walaupun acara baru dibuka untuk khalayak ramai pada pukul sepuluh, Bima sudah bersiap-siap sedari pagi. Dia berangkat bersamaan dengan istrinya.
"Mbak Intan, Mas Bima, mau berangkat kerja nih?" sapa Bu Wini dari teras rumahnya.
"Iya, Bu. Alhamdulillah bisa bareng lagi." Intan menghargai perhatian tulus Bu Wini. Tempo hari dia menceritakan secara garis besar musibah yang dihadapi suaminya saat Bu Wini membagi hasil masakannya lagi ke rumah. Saat itu Bima belum pulang.
"Oya, Bu, ada pameran komputer dan smartphone di Diamond lho. Siapa tahu ada yang butuh," sahut Bima ikut menimpali.
"Oh ya? Nanti aku woro-woro ke yang lain ya Mas." Bu Wini tersenyum untuk memberikan dukungan.
Mereka berdua pun melajukan motor masing-masing diiringi tatapan gembira wanita paruh baya yang kedua anaknya kuliah di kota lain. Intan dan Bima baru menyadari jika tetangga yang baik itu salah satu rezeki yang dikirimkan Tuhan.
Selama lima hari ke depan, Bima akan selalu pulang di atas pukul sepuluh malam. Intan sudah menyiapkan amunisi berupa dvd film romance Hollywood atau drama Korea dari persewaan film.
Malam itu, aneka cemilan sudah tersedia dan beberapa dvd akan menemaninya.
Waah, romantis abis nih kayaknya, batinnya senang.Di luar dugaan, baru sepuluh menit film pertama diputar, dia sudah mulai bosan. Dia putuskan untuk menggantinya dengan film lain. Argh, ternyata sama-sama membosankan. Lalu dia ganti lagi dengan film ketiga. Lagi-lagi dia merasa muak dengan adegan romantis di dalam film. Terlalu cengeng, jadinya capek sendiri. Mungkin besok dia harus coba memilih genre film lain. Komedi atau thriller sepertinya menarik.
Akhirnya dia memilih mematikan dvd player dan berpindah ke kamar untuk membaca novel yang belum sempat ditamatkan. Tapi baru melahap beberapa lembar, dia justru merasa pening.
Apa-apaan sih kok aneh gini? Ah, mungkin aku terlalu capek dikejar-kejar laporan sama Bos.
Kerongkongan yang terasa kering membuat Intan menuju kulkas. Dia menenggak segelas air dingin dalam sekali tarikan napas. Tapi kok rasanya masih belum puas ya? Sepertinya kalau makan atau minum yang asem-asem pasti seger banget nih.
Sayangnya, buah-buahan di dalam kulkas habis. Dia melangkah kecewa menuju kamarnya. Tak tahu mengapa hal sepele begini bisa membuat kekesalannya memuncak ke ubun-ubun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiap Hari Jatuh Cinta
Romance((Longlist Wattys 2018)) [Tamat] "Mustahil jika menjalani pernikahan tanpa masalah, karena suami istri bukanlah sepasang malaikat." Keseruan Intan dan Bima menghadapi berbagai kejutan manis pahit dalam kehidupan rumah tangga. Mereka mengolah kesalah...