Jalan-Jalan Seru

4.4K 82 6
                                    

Kejadian yang diakibatkan lidah tak bertulang tempo hari, membuat kepala Intan berdenyut-denyut. Bisa jadi karena tegang atau terlalu baper. Ya, ya, ya, mungkin dia butuh piknik. Tapi ke mana ya enaknya? Kalau ke luar kota harus ambil cuti deh, batinnya galau.

"Hei, bengong aja sih. Dipanggil-panggil dari tadi nggak jawab," seru Bima menjentikkan jemari di depan wajah Intan yang kontan terkejut setengah mati.

"Apaan sih, ngagetin aja," sahut Intan bersungut-sungut. Wanita ayu itu merengut, namun tiba-tiba sebuah gagasan mampir di kepalanya.

"Eh, Mas, bete banget deh gara-gara kejadian kemarin. Alhamdulillah, Allah membuka kebenaran di depan semua pihak."

"Iya, ya. Nggak nyangka banget ada orang setega itu menyebarkan fitnah tentang kita."

"Yang aku nggak terima itu karena fitnahnya udah melibatkan dua keluarga besar." Intan berdecak seraya menggeleng-geleng kepala.
"Eh, Mas, biar bete-nya ilang, kita jalan-jalan aja yuk. Buat refreshing."

"Hmm, boleh juga. Mau ke mana?"

"Ke mana ya? Nonton, seru kali ya," usul Intan.

"Okee... Tau film yang lagi diputar?"

Intan menggeleng. "Kita tentukan di sana aja. Berangkat sekarang aja yuk."

Tak menunggu waktu lama, mereka bersiap-siap dan langsung berangkat sore itu juga menuju gedung bioskop di sebuah mall.

Sesampainya di sana, mereka bimbang menentukan pilihan film mana yang akan ditonton.

"Pengen nonton film apa? Komedi?" tanya Bima.

"Hmm, nggak ah. Apa ya, bingung... Mas suka yang mana?" Intan bertanya balik sambil melihat-lihat poster film.

"Ini seru kayaknya, Tan," kata Bima menunjuk poster film bergenre action-thriller.

"Iya, pasti seru, banyak adegan berkelahi, tembak-tembakan, terus darah di mana-mana, sadis!" kata Intan dengan nada sarkastik.

"Nah, bener banget. Aku pesenin dua tiket, ya," kata Bima ringan, yang spontan membuat Intan geregetan. Iih, nggak nyadar banget sih, Mas Bima iniiii...

Intan mengejar lalu memegangi lengan suaminya. "Mas, aduuh gemes banget deh. Aku nggak beneran suka sama film action. Tadi itu nyindir, Mas, nglulu...," kata Intan merajuk.

Bima melongo. Lho, kirain emang suka. "Ya udah, pengennya nonton yang mana?"

"Hmm, film ini aja deh," tunjuk Intan ke sebuah poster film bergenre romance. "Ini bagus lho, Mas, diadaptasi dari novel terkenal itu. Ya Allah, perjuangan cinta suami istri ini romantis abis. Bikin baper pokoknya."

"Eeng, nggak bisa yang lain, Tan?"

"Ya udah deh, terserah."

Waduh, malahan ngambek...
Akhirnya Bima mengalah demi menjaga kestabilan negara, eh rumah tangganya.

"Mau nonton jam berapa?" tanya Bima.

"Maleman dikit nggak apa-apa deh, biar bisa sholat dulu."

Setelah selesai membeli tiket pukul 20.00, mereka masih memiliki waktu sekitar tiga jam untuk jalan-jalan.

"Makan dulu aja yuk. Abis itu baru muter-muter mall."

"Pengen beli apa sih?" kata Bima keheranan melihat antusiasme istrinya.

"Cuci mata aja lah. Tapi kalau ada barang oke terus murah ya mungkin beli," jawab Intan cengar-cengir.

Dia seperti halnya cewek kebanyakan yang modis, alias modal diskon. Lihat tulisan diskon terpampang besar-besar di papan, langsung deh semangat belanja menyala-nyala.

Acara jalan-jalan kali ini membuat hati Intan berbunga-bunga. Dia hampir saja kalap kalau saja tidak mengerem hasrat belanjanya. Sedangkan suaminya ikut dia seret ke sana-sini.

"Mas, sandalnya bagus ya?" kata Intan, lalu mengecek label harga. "Yaah, harganya sembilan puluh ribu. Mahaaal."

Setelah itu, Intan mengajak suaminya ke bagian baju. Beberapa potong baju cantik dibawanya ke kamar pas.

"Bagus ya Mas, modelnya," kata Intan memastikan, "tapi yang ini juga cakep. Jadi galau, nih, yang ini atau itu ya?"

Bima mengedikkan bahu karena paham pendapatnya pasti hanya dianggap angin lalu.

"Mas, kok diem aja sih dimintai saran?" kata Intan gemas.

"Kamu sendiri udah pinter milih kok, Tan. Mana aja deh yang penting kamu nyaman," kata Bima pada akhirnya.

Setelah menimbang-nimbang beberapa saat, melihat papan diskon, lalu menghitung lewat kalkulator ponsel, alarm penghematan Intan berdenting kencang.
"Ah, jatuhnya masih mahal. Nggak jadi aja deh," bisik Intan pada suaminya.

Setelah mengitari hampir seluruh penjuru mall, Intan naksir pada sandal kasual di sebuah toko.

"Cakep banget nih, Mas. Diskonnya juga lumayan."

"Bentar deh, Tan. Bukannya kamu udah nyobain sandal kayak gini di lantai dua tadi?"

"Eh, iya ya? Tapi yang ini diskon 30% lho, tadi itu nggak ada diskon deh."

"Palingan juga beda tipis harganya. Coba aja cek."

Seratus empat puluh ribu, diskon 30%, jadinya...

"Wah, lebih mahal yang ini ternyata..."

"Makanya, Tan, tulisan diskon itu nggak mesti jaminan kalo harganya jadi lebih murah."

"Gitu, yaa. Ketipu dong?" kata Intan lesu.

Bima tersenyum geli. Kayaknya nggak hanya kamu deh, kebanyakan wanita lupa diri kalau lihat barang diskon, batinnya.

"Kalau gitu kita balik ke lantai dua yuk, Mas. Biar dapet yang lebih murah."

"Ya ampuun, cuma beda delapan ribu ini, Tan," kata Bima menepuk jidat.

"Delapan ribu juga lumayan lho," sahut Intan bergegas menuju lantai dua.

Bima menggeleng-geleng kepala, setengah kesal setengah takjub. Heran deh, dari mana kekuatan kaum hawa ini berasal? Udah ngider seluruh mall tetep aja semangat mereka gak ada matinya.

"Abis ini udahan yuk. Capek banget nih," keluh Bima ngos-ngosan.

"Iya, iya. Udah selesai kok. Kita ke bioskop sekarang, yuk. Udah hampir jam delapan."

Setelah selesai membayar sandal idaman yang "lebih murah", mereka bergegas menuju lantai teratas.

"Udah nggak sabar liat versi filmnya, nih Mas. Kalau novelnya keren banget, lho," bisik Intan saat mereka sudah duduk di dalam ruangan gelap itu.

"Hmm, iya...," gumam Bima tak jelas.

Mereka pun terdiam menyaksikan adegan demi adegan. Beberapa kali terdengar helaan napas, lalu isak tangis tertahan.

"Ya Allah, romantiiiis banget. Suaminya bisa setulus itu ya menyayangi istrinya," bisik Intan.

"Oh, iya ya," sahut Bima sembari menguap. Haah, membosankan banget nih filmnya, dari tadi sedih melulu...

Di sampingnya, Intan masih menahan isak tangis haru.
"Mas, kasian banget ya, istrinya sekarat gitu," bisik Intan kembali, semakin terhanyut dalam jalan cerita.

Selesai sudah film super romantis yang mengharu-biru. Adegan happy ending-nya meninggalkan kesan mendalam di hati para penonton. Lampu ruangan dinyalakan, dan Intan bersama penonton lain masih sibuk menyeka air mata.

Bima agak tergeragap dan mengusap matanya ketika Intan mengajaknya keluar ruangan.

"Aduh, nggak nyangka deh kalau Mas Bima juga terharu lihat film ini," kata Intan seraya tersenyum menggoda, "Adegan mana yang paling berkesan untuk Mas? Kalau aku pas istrinya masuk ICU."

Bima meringis malu. "Anu, Tan, aku tadi ketiduran. Capek banget habis muter-muter tadi..."

Haah?! Intan tidak habis pikir bagaimana mungkin Bima bisa melewatkan film sebagus tadi hanya untuk TIDUR!
Intan pun mencubit gemas lengan suaminya yang terus cengengesan. Oalaaah...

Tiap Hari Jatuh Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang