Hari ini adalah Hari Batal Libur Nasional. Andaikan pihak sekolah menskors gue, sekarang gue nggak perlu duduk di meja makan bersama bokap yang mengaduk-aduk kopinya sambil memberikan tatapan ala tukang jagal saat memotong daging sapi.
Gue diam sambil ngaduk-ngaduk isi piring.
"Kamu sudah pikirkan gimana cara meningkatkan nilaimu?" Akhirnya bokap bersuara.
Gue telan dulu potongan ayam goreng buatan Mbak Wati, PRT paling kece sekompleks, idaman para Abang ojek yang mangkal di bawah pohon dekat pos hansip.
"Ariq mau ikut bimbel, Yah," jawab gue.
"Hmm...." Bokap mendengus saat mengucapkan bunyi itu. "Kamu belajar yang benar. Ingat pesan Bunda." Nggak ada bosannya bokap ngingetin gue tentang gituan. "Nasib rumah sakit, ada di tangan kamu."
Anggukan lemah gue mengakhiri percakapan pagi ini.
***
Siang ini pelajaran MTK Pak Setang kosong. Nama aslinya Poltak Sitanggang. Anak-anak manggil dia Pak Setang, pas nggak ada orangnya. Kalau pas ada orangnya, kita panggil dia Pak Sitanggang.
Anak 12 IPA 3, kelas gue memanfaatkan kesempatan ini. Ada yang baca novel di Wattpad. Ya, apa lah yang mereka baca kalau bukan kisah CEO tampan ketemu upil abu. Atau bad boy ketemu cewek alim. Ada yang main UNO. Ada yang main sama bot di LINE. Felix, Marwan, dan Markus malah nyanyi,
Katakanlah sekarang
Bahwa lo pada bahagia
Pak Setang kagak ada
Rasanya mirip surga...Lo nggak perlu berbohong
Pura-pura kagak suka
Mendingan kita doa
Bu Silvi nggak masuk juga...Bu Silvi guru kimia yang PR nya lagi dibikin sama Anya, Samuel, Diana, dan Sule.
"Itu lagu yang judul aslinya 'Asal Kau Masuk Neraka' kan?" tanya gue ke Hizam saat mendengar Felix cs menyanyikan lagu itu. "Yang dinyanyiin boy band apa tuh? Armada? Armada bus antar kota antar provinsi?" Gue berusaha mengingat-ingat.
"Nggak tau gue. Selera gue macam goyang Pantura gitu." Hizam menjawab sambil melangkah keluar. "Laper gue, mau ke kantin," katanya.
"Alah, paling mau nyolong bakwan lagi. Laknat lo emang." Gue menggeleng. Bikin malu aja teman gue satu ini. Tapi gue ikuti juga dia sekalian cari Indomie. Mumpung masih di Indonesia, puasin lah makan Indomie. Kak Agni setengah gila nyari makanan itu di Prancis. Malah minta dikirim 3 kardus dari Indonesia. Katanya mau jadi juragan warung Indomie di sana.
Pas gue keluar, di lapangan sudah terdengar suara heboh anak-anak 12 IPA 2 yang lagi pelajaran olahraga. Langkah Hizam terhenti.
"Ayo, Pin. Katanya mau nilep bakwan di kantin," kata gue.
"Woaahhhh... Three points!" teriaknya sambil bertepuk tangan waktu melihat salah satu cewek berambut pendek jabrik masukin bola ke ring dari jarak jauh. Suara gue dianggap suara lalat sama dia. Natalia nama cewek itu. Nggak tahu kenapa Hizam suka sama cewek yang jenis kelaminnya dipertanyakan.
Karena menuruti Hizam yang sudah setahun sibuk fanboying Natalia, gue berdiri di pinggir lapangan. Natalia harus bersyukur ditonton dua cowok tamvan. Tapi tamvanan gue. Ngoahahaha....
Pertandingan basket berlangsung nggak imbang. Salah satu anggota tim Natalia melempar bola. Setelah menerima, Natalia lalu men-dribble bola itu. Di belakangnya beberapa cewek sekelas yang diatur untuk jadi dari tim lawan, berlari membuntuti. Mereka jelas nggak bisa mengikuti si kapten tim basket andalan SMA gue lah.
Dia yang membawa tim basket putri juara satu dalam pertandingan antar SMA yang diadakan salah satu bank nasional. Hadiahnya waktu itu nggak main-main, jalan-jalan ke Lombok selama tiga hari plus tabungan di bank itu yang nilainya lumayan buat ukuran anak SMA.
Natalia melompat sambil masukin bola lagi ke ring terus gelantungan di sana. Pemandangan itu bikin tepuk tangan Hizam makin riuh.
"Ajiiib... Slam dunk!" ocehnya.
Gue berdiri di samping Hizam yang penuh kekaguman.
"Apa yang lo suka dari cewek begitu?" bisik gue.
"Nat itu keren. Di satu sekolahan ini nggak ada yang kayak dia," jawab Hizam.
"Iya emang. Kaku kayak penggaris papan tulis," sahut gue.
"Prestasinya, Bro. Don't judge a girl by her casing." Nggak biasanya Hizam bijak. Sampai keselek gue.
"Pin, tadi pagi udah sarapan jus Bayklin?" tanya gue.
"Belum, Riq. Tapi susu campur Baygon udah," responnya.
"Pantes lo jadi kayak Rangga AADC nyasar." Gue ketawa sendiri.
"Lo nonton E'e di situ?" tanyanya menerjemahkan AADC 2 dalam bahasa Inggris.
"Nggak sih. Cuma denger dari anak-anak aja tahun lalu heboh banget ngomongin Rangga." Gue melangkah menuju kantin. Malas menonton pertandingan basket antar cewek. Cewek itu berisik. Banyakan teriak daripada melemparnya. Hizam membuntuti gue.
"Nat itu beda." Hizam masih belum puas memuja Natalia.
"Bilang aja lo suka. Payah." Gue ejek si Hizam.
"Kalau gue suka, kenapa?" Hizam bergumam.
Apa menariknya Natalia? Kalau gue sih lebih pilih Divtia, teman sekelas. Rambutnya panjang, ramping, mata bulat, harum. Lah, baunya Nat lebih mirip kuli angkut pasir. Keringetan terus. Mana rambutnya kayak gitu. Sikapnya jangan ditanya. Senyum aja irit apalagi suara. Kalau sama cewek kadang dia senyum. Tapi begitu ketemu cowok, langsung beku. Cuma satu cowok yang bisa bikin Nat senyum. Kak Dimas, pelatih basket tim putri. Padahal ketamvanan Kak Dimas sebelas dua belas sama gue. Mungkin karena Kak Dimas pakai Axe sedangkan gue pakai parfum impor dari Prancis kiriman Kak Agni.
"Kenapa lo nggak nembak Felix aja? Dia juga beda dari cewek lain," ejek gue.
"Ya iyalah, Somplak. Si Felix kan cowok. Ya bedalah sama cewek lain," gerutu Hizam. Dia malah bikin gue tambah nyengir.
"Felix lebih cantik daripada Natalia." Gue nggak bohong, asli. Nyokap Felix dokter kulit. Itu yang bikin muka Felix lebih licin daripada meja di kelas. Nyaingin cowok Korea yang bikin cewek di kelas gue kesurupan.
"Nggak yakin gue kalau lo bisa ngambil hati Natalia." Akhirnya sampai juga di kantin. Bakwan incaran Hizam baru saja diangkat dari penggorengan. Warnanya kuning keemasan. Cacing di perut gue sampai teriak kelojotan minta ditraktir.
"Gue ini kapten tim basket putra. Jodohnya sama kapten tim basket putri. Biar kalau pas tanding dan menang, sama-sama ngangkat piala di podium." Hizam, Hizam. Kalau di ilmu kedokteran jiwa dia pasti sudah didiagnosis mengalami halusinasi.
"Serah lo deh, Bang. Serah." Gue mencomot salah satu bakwan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
DOCTOR WANNABE #ODOC TheWWG
Novela JuvenilJadi dokter itu emang susah. Lebih susah kalau lo nggak ikhlas. Tapi kalo dapet guru les yang bisa bikin semangat, gue juga bingung mesti belajar atau liatin muka doi. Cover keren by @Ram_Adhan