1-Langkah awal

215 12 0
                                    

Malam ini mereka sedang berkumpul di ruang keluarga. Ada Tama ayah Deka dan Brina, Wulan ibu Deka dan Brina, dan Deka kakak Brina. Sedangkan Brina, dia duduk di sofa single. Dia sedang malas duduk dengan ayah dan ibunya karena kejadian tadi siang.

Mereka sedang asik menonton televisi dan sesekali bercanda, tapi Brina sedang tidak mood. Biasanya dia yang paling cerewet diantara yang lainnya.

Deka menatap Brina yang hanya diam. Ia heran, biasanya dia yang paling cerewet. "Lo kenapa dek?" Tanya Deka mengerutkan alisnya.

"Tanya aja sama mama papa!" Ketus Brina. Dia sangat malas membahas untuk mengulang kejadian tadi siang yang berhasil membuatnya sama sekali tidak berkutik.

Deka menatap kedua orang tuanya dengan tatapan 'kenapa'.

Tama menghembuskan nafas beratnya. "Brina akan segera menikah!" Ucap Tama tegas.

Deka hanya melongo menatap Tama. Sedetik kemudia ia terkekeh. "Ahh, papa kalo bercanda kadang suka ngacoh!"

Tama menatap Deka dengan serius. "Papa serius Deka!"

Brina hanya menatap Tama kesal. Terlintas ide di pikiran Brina. Mungkin ini adalah langkah awal untuk membatalkan pernikahan sialan itu! Batin Brina mulai main di otaknya.

Brina tersenyum setan ketika ide itu terlintas di pikirannya. Ide yang berasal dari pemikiran setannya lewat begitu saja.

"Pa?" Panggil Brina.

Tama menoleh ke arah Brina. "Hm,"

"Pa, batalin dong!" Brina memasang puppy face-nya dengan kedua tangannya yang dia satukan, menatap ke Tama.

Tama menatap datar Brina. "Apanya?"

Brina mendengus mendengar perkataan Tama yang pura-pura lupa, tapi dia tak pantang menyerah. "Pernikahannya lah, Pa!"

"Enggak!" Ucap Tama tegas.

"Jangan Pa, jangan di batalin! Papa, tau Brina itu suka gonta-ganti pacar, Pa!" Bisik Deka di sebelah Tama. Padahal Deka hanya berbohong. Bagai setan jahat Deka membisikan perkataan itu dengan santainya tanpa memikirkan perasaan adiknya.

"Papa, sudah bulat dengan keputusan, Papa!"

Brina melotot ke arah Deka. "Lu jangan bohong! Abang jahat lo!" Sambil menunjuk Deka.

"Ma, ini akan di batalkan kan? Iya kan ma? Ma!" Rengek Brina pada Wulan.

Wulan menghembuskan nafas berat. "Ini semua gak bisa di batalkan, sayang."

Perlahan mata Brina mengeluarkan cairan bening, ini adalah rencananya. "Ma Pa! Masa depan Brina masih panjang. Kalo Brina menikah apa yang akan di katakan teman-teman Brina Ma Pa, kalo Brina sudah bersuami Ma Pa! Ma Pa, Brina sudah besar dan ingin mencari orang yang benar-benar mencintai Brina Ma Pa. Brina aja gak kenal sama orang yang nantinya akan jadi calon suami Brina Ma Pa!" Suara Brina parau karena ia sudah menangis sesegukan. Sesekali mengusap ingusnya.

Gue gak boleh nyerah batin Brina.

"Keputusan Papa dan Mama sudah bulat Na," Tama menatap Brina dengan serius.

Brina mengelap air matanya. "Pa Ma, Brina mohon!" Brina berlutut di hadapan Tama dan Wulan.

Wulan memalingkan wajahnya dan juga Tama. Sebenarnya mereka juga tidak tega melihat anak bungsunya harus menikah di usia muda.

"Ma Pa! Brina mohon. Brina rela berlutut di hadapan Mama dan Papa. Asalkan semua ini di batalkan!" Ucap Brina menangis di kaki mereka.

"Brina juga akan jadi anak yang nurut kok," sambungnya.

Married With StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang