[2]Pertemuan.

99 32 7
                                    

"Ya tuhan Mrs. Jangan laporin ini ke mama yaaaaa! Please!!! Kalau Mrs laporin mama nanti uang jajan April di po-."

Ucapannya terpotong saat ia menyadari sosok cowok itu dari kejauhan. Ya,itu sosok Alfa. Sosok yang selalu menjadi topik pembicaraannya bersama mama Dena.

Tatapan itu dapat melemahkan siapapun yang melihatnya. Tetapi di sisi lain April menjadikan hal itu sebagai hal favorite nya. April suka dengan tatapan itu. Walau kadang ia sendiri tak mengerti apa maksud dari tatapan itu.

Setelah terjadi keheningan beberapa saat, Mrs Aul pun akhirnya angkat bicara.

"Po? Pocong??" Tebak Mrs Aul. April yang masih terjebak di dalam tatapan itu akhirnya pun terasadar.

"Hah? Mana pocong anjir?."

Ups.

Kok pake anjir anjiran segala sih Pril!. Pasrah sudah gadis itu. Ia sudah tidak peduli akan kena omelan Mrs Auliya atau tidak.

"Aprilia Anandira Putri." Tegas Mrs Aul. Jika di izinkan bergerak ,pasti April sudah ngibrit duluan meninggalkan Mrs Aul yang sudah siap menyemburkan larva panasnya.

"Loh? Tadi kata ibu ada pocong? Kok ibu gak lari?" Demi kerang ajaib ingin sekali rasanya April menahan mulut nya itu untuk berkata sopan sedikit saja kepada Mrs Auliya.

"Kamu itu ya!." Sepertinya beberapa detik lagi larva panas itu akan menerjang tubuh April. Bukannya minta maaf karena telah berlaku tidak sopan, April hanya mengeluarkan senyum cengengesannya yang seperti merasa tidak bersalah.

"Sudah ah. Mrs capek ngurusin kamu dari tadi. Dari pada pusing delapan keliling mending ibu ngurusin yang lain." Ujar Mrs Aul menyadarkan April tentang sesuatu.

"Tujuh kali bu,sejak kapan jadi delapan?." Perkataan April hanya di hadiahi tatapan yang super menyeramkan milik Mrs Auliya.

Setelah dua jam berdiri di bawah sinar matahari yang terik ,April pun diperbolehkan masuk kelas setelah diingatkan oleh Mrs Aul untuk tidak terlambat lagi. Hatinya sangat lega setelah mendapat kebijakan dari Mrs Aul. Tanpa sadar ,sedari tadi ada sepasang mata yang memperhatikan April selama ia berdiri di depan tiang bendera. Tatapan itu disertai senyum kecil yang sepertinya susah untuk di lihat. Ya ,tatapan itu adalah tatapan seorang Alfiano Renandra Putra.

***

Bel istirahat ke dua telah berbunyi. April memilih menuju kantin bersama Clara. Keduanya telah memesan dua mangkuk mi ayam serta dua gelas es jeruk dan telah menduduki salah satu meja kantin kelas 11.

April yang sedari tadi memperhatikan gerak -gerik Clara yang tampak aneh untuk hari ini menyadari perubahan di raut wajah Clara. Benar saja ,tidak lama Clara membuka suara dan sepertinya ada sesuatu yang harus di bicarakan.

"Pril,lo kan sahabat gue nih ya. Bantuin gue dong!." Clara segera memasang wajah memelas kepada April. Yang di tatap pun hanya mengernyitkan sebelah alisnya. Sadar April tidak menjawab , Clara terus memaksa gadis itu untuk merespon permintaannya.

"Hm?"

Ya. Hanya gumaman itu yang April keluarkan untuk merespon ucapan Clara.

"Ayolah Pril bantuin guee!! Btw hari ini lo cantik banget deh Pril. Gila gue aja pangling liat lo hari ini." Puji Clara yang berusaha membuat April merespon serius perkataannya.

"Ck,giliran ada mau nya muji muji gue lo! Tadi kemana aja lo? Bukannya temenin gue sampe tuh hukuman selesai,malah lari gatau kemana." Kesal April yang mengingat kejadian tadi saat Clara meninggalkannya ketika ia di hukum oleh Mrs Auliya.

"Hm...gue tadi di panggil temen prill.. Ayolah masa gitu aja ngambek sihhh,gue traktir lo mi ayam deh bebas terserah lo mau berapa mangkok juga.".

Clara terus berusaha mencoba membuat April agar mau membantunya. Karena tidak tega dengan sahabatnya itu,akhirnya April mengalah. "Yaudah iya gue bantuin."

From Eyes to HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang