Ammar, lelaki itu tidak terlalu tinggi dibandingkan Aga, tidak begitu tampan dibandingkan dengan Aga, tidak cukup dewasa dibandingkan Aga, menurutku Aga memang unggul dalam segala hal. Tapi, unggul saja tidak cukup ketika aku selalu saja dibuat lemah dengan mata sipitnya Ammar, bibir bawahnya yang tebal, his messy hair, his goddamn jawline also!
***
Setelah berdiam-diaman cukup lama, sepertinya ia mengalah untuk pertama kalinya, ia berusaha membujukku lagi untuk makan. Sungguh, ini bukan seperti Ammar yang dulu kukenal.
"Makan bentar yuk, kamu juga pasti laper kan?" nadanya tenang.
"Yaudah iya" Aku berusaha mengalahkan egoku.
"Nanti malem nginep ya?" Tanyanya sekali lagi.
"Hah? Ngapain? Mataku mengerjap heran.
"Ya nggakpapa, nginep aja. Aku besok harus ke kantor pagi-pagi. Aku anter kamu besok sebelum ke kantor."
"Enggak, temenku dirumah sendirian. Kasihan" Alasan yang sengaja kubuat, padahal Rhea yang tinggal serumah denganku masih di luar kota.
"Okedeh" Kecewa tampak di raut mukanya.
Kami pun berhenti di sebuah restoran jepang, belum ada setengah jam, Ammar mendapat telfon dari rekannya mengenai proyek yang sedang ia tangani, kemudian ia mengatakan kalau ia butuh ke apartemen untuk mengecek kelengkapan file-file yang akan ia presentasikan besok.
"Sorry?"
"Sorry for what?"
"Makan malamnya jadi terganggu"
"It's not a big deal" Jawabku, ya memang mau bagaimana lagi? ini urusan pekerjaan.
Setelah makan, aku ikut dengannya untuk pergi ke apartemennya. Mobilnya telah memasuki tempat parkiran apartemennya, lalu kami berdua menuju kamarnya yang berada di lantai sepuluh, didalam lift ia meraih tanganku dan kemudian menggenggamnya, aku membiarkan saja ia melakukannya. Sudah lama tidak bertemu dengannya, rupanya tanganku juga rindu hanya sekedar untuk ia genggam. Ketika bersamanya malam ini, aku tidak berusaha mengecek handphone-ku sama sekali, dan alasanku sebenarnya mau bertemu dengan Ammar malam ini hanya sebatas pelarian karena aku sedang bertengkar dengan Aga. Mungkin aku sedikit egois, ketika Aga berpamitan untuk bertemu dengan teman-teman SMA, bukan tanpa beralasan aku marah, dikarenakan ada satu perempuan di SMA ku yang selalu mencari perhatian Aga, lantas bagiamana aku tidak cemburu? Meskipun berkali-kali Aga menjelaskan dia tidak pernah menyukainya ataupun berencana untuk menyukainya. Aga berkali-kali meyakinkan aku agar tidak cemburu, karena ia tidak berdua melainkan bersama dengan teman-teman yang lain, namun disinilah aku dengan keegoisanku, berada di apartemen seorang lelaki di masa laluku meskipun aku sudah memiliki kekasih. Sungguh aku bukan tipikal perempuan yang menyukai perselingkuhan. Bahkan aku sudah berkali-kali menolak permintaan Ammar sejak kepindahannya satu bulan yang lalu.
Aku terdiam cukup lama sehingga tidak menyadari bahwa kami sudah sampai di lantai sepuluh, didepan pintu kamarnya. Aku dipersilahkannya masuk, sementara ia langsung menuju ruang kerjanya dan terlihat sibuk memandangi laptopnya dan berkas-berkas yang berserakan disampingnya. Lagi-lagi, ia minta maaf kepadaku dari ruangannya karena urusan yang tiba-tiba itu. Aku masih bisa mendengar suaranya, karena letak ruang kerjanya tidak begitu jauh, aku sedang duduk di sofa depan televisi. Setelah beberapa lama dan aku merasa bosan, aku memutuskan untuk menengok Ammar di ruang kerjanya yang pintunya memang sengaja dibuka, dia masih tampak sibuk rupanya.
"Hey, you wanna coffee or .."
"Oh hey beib, coffee it's okay" semula ia nampak terkejut dengan kedatanganku yang tiba-tiba memecah kesunyian di ruang kerjanya.
Aku menuju dapur dan membuat dua cangkir kopi, belum selesai aku membuatnya, tiba-tiba seseorang berdiri dibelakangku dan aku langsung menoleh ke arahnya, ia tersenyum padaku. Ku lanjutkan pekerjaanku, yakni mengaduk dua cangkir kopi didepanku. Ia semakin mendekat kepadaku, memelukku dari belakang, meletakkan kepalanya di bahuku. Aku kaget dengan gerakannya yang tiba-tiba, mungkin ia juga menyadari bahwa aku sempat kaget.
"Udah seperti sepasang suami istri ya kita?" Bisiknya di telingaku.
"In your dream! hahaha" Aku mengejeknya namun membiarkannya memelukku, aku tidak merasa risih dengan hal ini.
"Emang kamu ngga mau nikah sama aku?"
"I've boyfriend, you know that"
"So? He's just your boyfriend, not your husband. Bahkan kalau dia suamimu.."
Lalu aku berusaha keluar dari pelukannya dan mengatakan "This, your coffee" aku tersenyum seolah tidak mendengarkan kata-katanya dan meninggalkannya di dapur menuju sofa yang tadi ku duduki didepan televisi. Ia mengikutiku dengan membawa cangkir di tangannya. kemudian meletakkan di meja depan sofa dimana aku meletakkan cangkir kopiku juga. Dia menidurkan kepalanya di pahaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Caught the Past
RomanceHR #38 dalam Ldr story (11-05-2018) (18+) Faradila Yoshi menjalin hubungan dengan seseorang bernama Ziggy Ganendra. Aga, begitu Fara memanggilnya, ia dulunya teman sekelas Fara di SMA, setelah bertemu kembali saat Fara pulang ke Surabaya, mereka mer...