06 One Night Stand (Pt.2)

938 43 12
                                    

Terimakasih sudah mau maunya baca, if you like it pls add to ur library and dont forget to comment :*

***

Satu jam setelahnya kami sudah berada di tempat tidur miliknya, membicarakan pekerjaannya, bagaimana rasanya ia pindah ke kota Bandung, dan rekan baru di kantornya, ia sama sekali tidak pernah menyinggung Aga, ya mungkin dia malas juga membahasnya. Ngomong-ngomong soal Aga, bukannya tadi ia bilang akan menghubungiku setelah mandi? Ah mampus! Sial! aku benar-benar lupa. Sejurus kemudian aku mencari tasku dan meraih ponselku disana, dan benar saja ada tiga pesan darinya yang berisi.

Mr. Aga : Sayang, aku udah selesai mandi.

Mr. Aga : Sayang?

Mr. Aga : Km sudah tidur?

Yasudah kalau Aga mengira aku sudah tidur, aku kembali menghambur di tempat tidur, "Kenapa? Dicariin ya?" tanyanya kemudian. Aku memilih tidak menjawabnya, perubahan atmosfer diruangan sangat terasa gara-gara aku meninggalkannya untuk mengecek pesan dari Aga. Aku meraih tangan Ammar dan menidurkan kepalaku di lengannya, lalu mengecup cepat bibirnya. Tentu saja ia tersenyum, ia tidak akan berlama-lama mendiamkanku, saat aku akan keluar dari posisi ini ia meraih tengkukku dan menciumku lagi. Oh iya kami sama-sama belum mengenakan pakaian, hanya berlindung dibawah selimut yang sama. Ia semakin menarikku kedalam pelukannya, sehingga aku bisa merasakan kehangatan tubuhnya, aroma khas tubuhnya yang sangat kusukai.

"Should we do it again?"

"I think you dont need to ask permission" jawabku berbisik di telinganya.

Ini yang ketiga, aku tidak perlu membicarakannya secara detail, tentu saja kalian pasti pernah meraskan hasrat anak muda seperti ini, menggebu-gebu dan tidak akan cukup bila dilakukannya sekali. Bahkan ada sebuah band indie yang menyanyikan lagu "Yang Muda Yang Bercinta" kurasa itu benar, tapi, ini adalah kesalahan karena aku tidak melakukannya dengan kekasihku. Aku harap kalian tidak mengalami hal yang sama, karena sekarang ini sudah menjadi candu untukku, gawat sekali!

Kami sama-sama tidak perlu khawatir untuk bekerja hari ini cause this is weekend yeay! 'jam berapa ini?' tanyaku dalam hati, sembari meraih meja disebelah tempat tidur mencari handphone ku, ku tatap layar di handphone yang menunjukkan pukul 8 lewat beberapa menit. 'ah masih jam segini' pikirku lagi, lalu melihat pria disebelahku yang masih terlelap. Aku mengelus rambutnya, mencium lembut keningnya. Aku memutuskan untuk mandi dan 'bersih-bersih', karena tiba-tiba aku teringat kata-kata yang Rhea jadikan pedoman hidupnya selama ini yakni "ketika lo one night stand sampe tetes tenaga terakhir lo, jangan sampe pasangan lo bangun lebih dulu dari lo dan liat keadaan lo yang berantakan. Jadi lo harus tetep cantik apapun yang terjadi, cewek itu harus kuat eventho udah dibikin lemes berkali-kali haha" Dasar sinting sih tuh cewek, tapi bener juga sih suaraku dalam hati mendukungnya. Aku perlahan keluar dari selimut yang menutupi badan kami berdua yang telanjang, turun perlahan dan memilih jalan berjingkat mengendap-endap seperti maling menuju kamar mandi. Entah kenapa mandi pagi ini membuatku semangat hingga aku bersenandung kecil sembari membersihkan tubuhku 'Ah segar sekali!' ucapku lirih. Setelah setengah jam, aku memutuskan untuk menyudahi acara mandi kali ini dengan membalut handuk untuk menutupi bagian dada sampai setengah pahaku. Kembali ke kamar, melihat apakah Ammar masih tidur atau sudah bangun, dan ternyata masih. Insting jahilku keluar, tangan dinginku menyentuh pipinya dan membuatnya berjingkat dan membukanya sebentar, 'Ih jangan bilang dia lupa kalo sudah membawaku kesini semalam. Keseeeeeel' suara hatiku terus protes. Persetan harus dandan cantik, gambar alis, pakai lipstick, yang mau dibikin terpesona aja masih tidur. Aku pun lebih memilih menghambur disebelah pria yang masih tertidur ini, dan menatapnya horror, biar saja!

"Kamu kenapa liatin aku kayak gitu? Serem tau!" tiba-tiba pria itu buka suara karena sadar ia sedang diperhatikan dengan tatapan mengerikan.

"Kamu tidur terus nggak bangun-bangun!!!"

"Aku seneng banget, tidur sama kamu kayak gini" lalu dia menarikku ke dalam pelukannya, "tapi kamu malah buru-buru mandi, kamu nggakmau morning glory dulu?"

"Morning what?" Kataku, tentu saja aku tahu apa itu morning glory.

Ia memilih tersenyum daripada menjelaskan hal yang memang sudah pasti diketahui perempuan dewasa, tangannya meraih tengkukku dan aku sudah tau hal apa yang terjadi berikutnya, tangannya terasa panas di kulitku karena efek habis mandi yang menyisakan dingin disekujur tubuhku. Ciuman pun kembali terjadi dan tidak bisa terelakkan, Ia sudah berpindah posisi di atasku sekarang, meraih handuk yang masih menutupi tubuhku dan membuangnya.

"WOW" ia melepaskan ciumannya dan tersenyum, ia menyadari begitu banyak kissmark yang ia hasilkan semalam, Refleks aku menutup payudaraku yang terang-terangan terekspos dihadapannya dan tentu saja ia menyingkirkannya, "Aku tambahin lagi ya?"tanyanya bercampur perasaan bangga.

Di pagi ini, kami pun mengulang kembali tindakan asusila slash ena-ena yang emang beneran enak. Aku tidak akan menghitung sudah berapa kali kita making love pagi ini, dan desahan yang keluar saat kami mencapai klimaks masing-masing. Beberapa saat yang lalu terjadi percakapan antara aku dan Ammar saat kami bercinta,

"Mar, really?"

"Kenapa"

"Kamu mau bikin aku nggak bisa jalan habis ini"

"Hehehe" ketawanya kemudian "ini yang terakhir kok" ucapnya lagi

Aku tidak menjawabnya dan hanya mampu mendesah karena sepertinya aku akan mencapai klimaks ku.

"Soalnya kondomnya udah abis hehe" Katanya lagi.

"Oh my god" aku berteriak sambil memukul-mukul dadanya yang diikuti tawanya kemudian. Dengan nafas yang memburu ia masih melanjutkan aktivitasnya diatasku, namun tiba-tiba suara bel apartemen Ammar berbunyi. Lantas aku berpandang-pandangan dengannya beberapa saat.

"Shit! Siapa itu?"

Ia tidak peduli dan menambah kecepatannya 'aahhhh' desahan kepuasan memenuhi ruangan sampai akhirnya Ammar menghambur ke kamar mandi untuk membersihkan miliknya. Aku pun begitu, buru-buru mencari celana dalam, bra dan rok ku dan menyusulnya ke kamar mandi. Sementara bel semakin berbunyi nyaring. Aku sudah memakai celana dalam dan rok ku, namun gara-gara terburu-buru dengan suara bel, aku kesusahan mengaitkan bra ku. Ammar mengetahui itu lalu memasangkannya untukku, dan aku memakai kaos yang Ammar gunakan semalam karena aku tidak mungkin memakai bajuku yang sudah terkena noda soda berwarna merah.

"Gimana? Kamarnya berantakan gini?"

"Terus kenapa? biarin aja" Ammar berkata acuh, mengetahui aku sudah berpakaian lengkap, "Udah ya, aku buka pintunya".

Aku menjawabnya dengan anggukan dan Ammar berjalan menuju pintu untuk mengetahui siapa yang datang.

***


Caught the PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang