09 Kencan

512 39 21
                                    

Aku selama pacaran, entah dengan Aga ataupun mantan-mantanku dulu, aku tidak pernah mengotak-atik handphone-nya, mengecek semua pesan atau sosmednya. Ya menurutku bukannya hal itu tidak penting, hanya saja aku tidak suka. Bagaimanapun itu privasi, meskipun pasanganku tidak keberatan dengan hal itu. 

Saat aku pacaran dengan Aga pun aku melakukan hal yang sama, sampai pada suatu saat dia pernah bertanya kepadaku, 

"Yang, kenapa kamu nggak pernah cek hp ku? Kamu nggak khawatir kalo aku selingkuh?" 

Lalu aku hanya menjawabnya asal "Emang kamu selingkuh?" Aku tidak memperhatikannya dan tetap fokus membaca novel. 

"Kok kamu nanya gitu?" Aku tau ia sedang menatapku untuk meminta jawaban. Kemudian aku meletakkan novel di meja depanku dan menatapnya,

 "Yaudah siniin hp kamu" Sambil menjulurkan tanganku. 

Ia menatapku bingung tapi langsung menyerahkan handphone-nya kepadaku. Pada saat itu, aku malah membuka galeri foto di handphone-nya bukan cek pesan ataupun sosmednya, "Aku cuma pengen tau, ada berapa banyak fotoku di hp mu" Kataku sambil membuka folder-folder di galeri fotonya. 

Ia tersenyum "Banyak Yang" dan memang iya, banyak banget. "Eh udah Yang, jangan lihat folder video" Ia berusaha mencegah pada saat aku akan membuka folder video. 

Aku menatapnya dengan senyum jahil "Ih bokep ya?" Ia malu dan mengambil handphone-nya ditanganku dan senyum-senyum seperti anak kecil yang ketahuan habis mencuri kue didapurnya sendiri.

Pikiranku terus memutar memori dimana aku dan Aga masih baik-baik saja. Kami memang Ldr, jadi waktu bersama begitu jarang, sehingga saat kami bertemu, kami benar-benar memanfaatkan waktu dengan baik untuk melepas rindu. Kurasa kami berdua sudah sama-sama berjuang sangat baik sejauh ini. Ldr itu ibaratnya seperti mencium siku sendiri, entah sikunya yang ke mulut atau mulutnya yang ke siku, sama-sama susah, hanya segelintir orang ajaib yang dapat melakukannya. Ya sama halnya dengan Ldr, hanya orang-orang ajaib yang mampu mematahkan pendapat tentang sulitnya hubungan jarak jauh.

"Sayang? Kok bengong sih? Masih marah?" Aga membuyarkan lamunanku ketika aku sedang menatap keluar jendela. Kami masih berada dalam mobil, sedang dalam perjalanan pulang.

"Aku lagi mikirin kita" Ku buat penekanan pada kalimat 'kita'

"Emang ada apa dengan kita?" Katanya bingung sambil sesekali melihat ke arahku.

"Nggaktau deh Ga, aku males bahas" Aku masih menatap keluar jendela.

"Kamu nggak pengen nonton?" Katanya mengalihkan pembicaraan, ya mungkin biar suasananya nggak gloomy gini.

"Moodku udah ancur Ga, maaf" Aku menatapnya sendu.

Sesampai dirumah, Aku langsung turun dari mobil lebih dulu meninggalkan Aga, Rhea sudah pergi rupanya. Bagus! Hanya tinggal aku berdua dengan Aga dengan situasi buruk seperti ini dan aku juga takut ia akan memperkosaku lagi. Aku menuju sofa yang berada di depan televisi dan duduk disana, lalu merogoh handphone yang berada di tasku, 1 pesan dari Ammar.

AM : Kamu tadi kenapa far?

Dikirim beberapa menit setelah ia mengantarku pulang, aku jadi mengabaikan handphone ku gara-gara kedatangan Aga. Lalu jemariku dengan lincah membalas,

Me : Sorry baru buka hape Mar, aku nggak kenapa2, Km masih di tempat billyard?

belum sampai satu menit aku mengirimnya sudah dibalas olehnya,

AM : Udah balik babe, udah sore gini. Kangen!

Aga datang dan duduk di sebelahku, sial! aku belum sempat membalas pesan dari Ammar. Kemudian aku langsung menghapus semua pesan dari Ammar. Aga mulai bersandar di pundakku,

Caught the PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang