01 Bertemu Kembali

882 66 15
                                    

Aku sudah menunggunya sejak tadi sore, karena memang kami sudah berjanji untuk bertemu jam empat sore. Ammar, dialah yang sedang kutunggu sore ini, orang yang setengah mati kubenci, yang pernah mengobrak-abrikkan hatiku. Satu bulan yang lalu, Lelaki itu pindah ke kota yang sama denganku dikarenakan tugas kantornya. Terang saja aku tahu, karena dia langsung menghubungiku ketika baru saja pindah. Setelah mengetahui hal itu, tidak kupungkiri bahwa aku sedang mencemaskan sesuatu yang kuharap tidak akan pernah terjadi didalam hidupku. Bukan tanpa alasan aku menjadi seperti ini, karena aku sadar-sesadarnya tengah menjalin hubungan jarak jauh dengan Aga. Aku menyayangi Aga, tetapi seakan keadaan ini tidak memberiku pilihan lain dan memang, Ammar selalu ditakdirkan untuk membuat hatiku goyah.

Sejak satu bulan yang lalu Ammar berusaha menghubungiku dan meminta untuk sekedar bertemu. Aku masih belum bisa melupakan bagaimana Ammar menghianatiku dengan teman kuliahnya dan menjalin hubungan sekitar dua tahun. Hatiku hancur meskipun aku tahu, bahwa saat itu aku bukan siapa-siapa bagi Ammar. Tapi aku merasa, ia sudah menjadi bagian hidupku meskipun kami bersama tanpa adanya status. Sore ini aku akan bertemu kembali setelah dua tahun tidak bertemu, karena aku berusaha menghilang dari kehidupannya waktu itu. Aku sibuk menghujat sinyal yang begitu buruk, dan melakukan segala cara untuk mengetahui keberadaan Ammar yang ku khawatirkan akan tersesat karena baru saja pindah di kota itu. Aku menghampiri pos satpam untuk ketiga kalinya dan duduk pasrah dengan dandanan yang totally mess, I guess. Kemudian pak satpam menghampiriku dan menanyakan kenapa sejak tadi aku mondar-mandir, lalu aku menjawab kegelisahanku kepada pak satpam, yang akhirnya pak satpam meminjamkan handphone-nya kepadaku untuk kugunakan menghubungi Ammar.

Telefon, telefon, telefon lagi...

Namun tidak ada jawaban darinya, aku mengembalikan handphone kepada pak satpam, karena sudah mulai putus asa. Aku memutuskan beranjak dari tempatku duduk di pos satpam dan kembali ke rumah. Namun mobil honda jazz putih melintas didepanku, dan membuka kaca. Ya, itu Ammar didalamnya. Ammar menyapa pak satpam dengan senyum ramahnya, tanpa diberikan perintah aku membuka pintu mobil tersebut dan duduk disebelahnya.

"Hey, kok bete gitu sih mukanya?" sapa Ammar pertama kali ketika aku sudah duduk disebelahnya.

Aku masih diam dan tidak menggubris pertanyaannya yang sama sekali tidak perlu dijawab.

"Kita udah ngga ketemu dua tahun loh, masa baru ketemu udah disambut muka bete gini sih" ia menambahkan, bersamaan dengan mobilnya mulai meninggalkan kompleks perumahan.

"Aku capek" jawabku dengan nada kesal.

"Aku juga capek, tadi ..."

Belum sempat ia melanjutkan kalimatnya, aku sudah menyela

"Kamu bilang kita ketemu jam empat sore dan sekarang udah jam enam, aku daritadi mondar-mandir dari rumah ke pos satpam sampai tiga kali, dandananku sudah tidak karuan."

"Hey, aku daritadi udah berusaha nelfonin kamu, tapi nomormu ngga aktif. aku juga bbm kamu tapi centang doang. Aku juga daritadi bingung nyari kamu. Sepulang dari kantor aku udah otw ke rumah kamu, tapi aku nyasar tadi, terus nelfon kamu ngga aktif, yaudah aku balik ke apartemen naruh barang-barang terus mandi, aku telfon kamu lagi, bbm kamu juga masih centang, akhirnya aku otw lagi ke rumahmu, terus aku udah nemu perumahanmu, aku juga udah muter-muter di perumahanmu tadi." Jelasnya panjang lebar. Ia mengemudi dan sesekali melihat ke arahku yang masih menunjukkan muka kesal.

"nggak tau lah, aku nggak mood lagi" masih dengan nada yang sama aku berusaha meluapkan emosiku.

"Kamu udah makan? Makan yuk, aku laper" Pintanya memelas berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Aku ngga laper, DIET!" Ku beri penekanan pada kata terakhir.

"Ah kamu, masih saja. Ayolah aku seharian belum sempat makan, ada proyek baru yang harus aku tangani"

"Enggak!"

Kemudian ia diam, aku tau ia tidak akan terus membujukku. Ammar bukanlah lelaki yang penuh perhatian, ketika sedang chatting dengannya, semua perempuan akan mudah tersulut emosi dengan iritnya kata-kata yang ia keluarkan. Ammar tidak pernah menyanjungku ataupun mengeluarkan kata-kata yang romantis. Aku pun heran, bagaimana hatiku masih memilikinya meskipun sekian lama sudah tidak bertemu.

Caught the PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang