lembar duapuluhtujuh

2.9K 416 2
                                    

10.23

"Ze, ke kantin, yuk. Gue laper," Hyeri ngajakin gue. Berhubung gue juga laper, akhirnya gue iyain. Padahal masih belum siap kalo ketemu Kak Yuta.

Kalo.

"Ayok lah. Baru aja mau ngajakin," bales gue, sok tenang. Akhirnya kita berdua jalan santai ke kantin. Dengan gue yang diam-diam berdoa dalam hati biar nggak ketemu Kak Yuta. Ngarep biar Kak Yuta lagi nggak ada di kantin.

Dan suasana di kantin, tumben banget sepi. Padahal istirahat barusan aja selesai. Iya, sih. Emang rada telat.

Tapi gue agak nggak peduli juga sih hehe. Yang penting makan dulu.

"Ziiiiiiyyaaaaaaaa!"

"Hyer," gue manggil Hyeri. Hyeri yang lagi makan ngeliat gue bingung. Naikin sebelah alisnya pertanda nanya, apaan?

"Kayak ada yang manggil gue," kata gue. Dengan santai Hyeri nunjuk ke belakang gue. Gue puter kepala nggak lebih dari 90 derajat.

Ada Haechan yang jalan cepet gitu dari ujung kantin nyamperin gue sama Hyeri. Duh.

"Berisik lo," kata gue. Lanjutin makan mie ayam gue dengan khidmat.

"Yagitu ke kantin nggak ajak-ajak," kata Haechan. Hyeri liatin Haechan.

"Sejak kapan lo sama Zia ke kantin barengan?" Hyeri nanya. Haechan senyum usil liatin gue, terus deketin tangannya ke mulut. Isyarat orang mau ngebisikin.

"Sejak Zia dibikin nangis sama Kak Yuta!" kata Haechan.

"Apaan sih, Chan!"

Setelah gue teriak yang bisa gue denger cuma ketawanya Haechan yang alay plus keras banget.

Gue capek.

***



kalian nga capek kan sama aku.   

remed [nakamoto yuta] [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang