Untitled Part 11

3.6K 921 203
                                    

haknyeon sekarang udah berada di depan kediaman woojin, nampaknya tengah menimbang-nimbang apakah ia harus mengetuk pintu atau tidak.

dan pada akhirnya, tangannya terjulur untuk mengetuk pintu rumah yang hanya berbeda dua rumah saja dari rumahnya.

tak lama, pintu terbuka dan seorang pria paruh baya muncul.

"oh, haknyeon. kenapa, nak?" tanya pria paruh baya itu ramah seraya mengulas senyuman.

tentu saja ia sudah familiar dengan ju haknyeon, yang notabene adalah sababat dari mendiang anaknya.

"anu, om, aku mau pinjem time capsule-nya woojin, dong? aku mau liatㅡ"

ayah woojin mengangguk.

"ah, iya. bentar ya? saya ambilin dulu. masuk dulu, nyeon?"

haknyeon menggeleng. ia tahu ia tidak punya banyak waktu.

ayah woojin lantas berbalik ke dalam rumah dan beberapa saat kemudian kembali dengan sebuah kotak biskuit.

"ini, om ambil dari lokernya woojin kemarin. om baru tau anak itu suka bikin ginian."

tangan haknyeon terjulur untuk menerima time capsule itu, namun ia tertegun.

mungkin dia menyadari,

kalau ayah woojin mengambil sendiri time capsule itu dan bukannya woojin yang memberikan langsung, mengapa woojin bisa yakin dan menyuruhnya meminta time capsule itu kepada ayahnya?

logikanya, woojin akan menyuruh haknyeon meminta pada orangtuanya. tapi ini, woojin langsung menyuruhnya meminta pada ayahnya.





kemudian ekspresi haknyeon mengatakan bahwa ia tersadar.

pesan terakhir woojin, tidak mengandung kata B.A.R.








"eh, omㅡ hp woojin dimana ya?"

"ada di saya kok itu. tapi aneh ya, kok gak ada kartunya dari awal hp itu di saya. polisi gak nyita kok."


wajah haknyeon memucat.

×××

ciat ciat ciat aku sedang produktif

[2] in all honestyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang