HAPPY READING :)
"Kebenaran adalah sesuatu seperti sepotong permen dan coklat saat bungkusnya dibuka. Sama seperti kulit yang dibutuhkan untuk melindungi daging dan darah dibawahnya, sebuah kebohongan diperlukan untuk menutupi kebenaran. Daripada tetap jujur dan memperlihatkan jati diri yang sebenarnya, memasang wajah palsu dan berbohong terasa lebih aman baginya.."
(Kutipan Drakor Flower Boy Next Door dengan sedikit perubahan)
Chapter 3
"Ohhhh....????"
Ara langsung menghentikan kegiatannya – memohon pada pemilik mobil untuk mengizinkannya tinggal di mobil itu selama beberapa menit kedepan sampai mobil Hana pergi – dan terdiam dengan mulut setengah terbuka. Ia nyaris berteriak histeris, bahkan matanya langsung terbelalak – terkejut – melihat siapa pemilik mobil itu. Dia adalah pria yang tadi Ara temui di koridor sekaligus orang yang sudah ia tabrak saat masih mengepel.
"S-Songsaenim?" mulut Ara tergagap saat mengucapkan kata itu. Ia benar-benar tidak menyangka jika mobil ini milik gurunya – setidaknya itu yang ia tahu mengingat ia baru sehari di sekolah ini -. "Maafkan saya, songsaenim. Saya benar-benar tidak tahu.. Maafkan saya."
Segera Ara turun dari mobil begitu ia melihat mobil yang dinaiki Hana sudah pergi menjauh. Tak lupa ia terus menggumamkan kata maaf sambil menundukkan kepalanya dalam-dalam. Ia merasa malu dan takut pada saat bersamaan. Tubuhnya terus berjalan mundur dengan kepala yang masih menunduk, menatap langkah kakinya yang sepertinya memang lebih menarik bagi Ara.
BRUKK
Ara merasa punggungnya menabrak sesuatu. Bukan sejenis dinding ataupun tiang yang keras. Tetapi sesuatu yang terasa hangat dan tertutup kain. Ara segera berbalik karena sepasang tangan kekar memegangi kedua pundaknya dan tak pelak juga membuatnya terkejut. Dugaan Ara benar tentang sesuatu yang ditabraknya itu manusia dan ia laki-laki serta... Oh Tuhan!! Terkutuklah mata Ara karena menatap wajah lelaki itu liar. Mengagumi betapa sempurnanya lelaki di hadapannya ini. Matanya yang tajam namun mempesona, hidungnya yang mancung, bibirnya yang berwarna peach serta rambut coklatnya yang basah namun justru membuatnya tampak semakin menawan di mata Ara. Oh ya, dan jangan lupakan kulit putih susunya yang mulus bagaikan porselen, membuat Ara penasaran dimana lelaki itu melakukan perawatan wajah. Dan betapa Ara ingin sekali memiliki wajah semulus itu.
"Bisakah kau minggir? Atau kau memang ingin menabrakku lagi?" suara berat nan rendah itu terdengar bagaikan melodi indah yang memasuki gendang telinga Ara, membuat gadis itu tersadar dan langsung menundukkan kepalanya – lagi -.
"M-maaf." hanya kata itu yang berhasil keluar dari mulut Ara setelah otaknya terlalu eror karena memikirkan betapa sempurnanya lelaki itu dan betapa ia sangat iri akan mulusnya kulit lelaki itu. Dalam pikiran Ara, bagaimana bisa seorang lelaki memiliki kulit yang sangat diidamkan oleh kebanyakan gadis-gadis bahkan wanita di seluruh Korea?
Oh oke. Daripada menjadi gila karena memikirkan hal itu, Ara memutuskan untuk segera angkat kaki dari tempatnya berdiri. Ia berjalan menjauh dari lelaki itu dengan sedikit tergesa-gesa karena ia sudah sangat ingin sampai ke rumah.
"Sehun? Kau tidak mau masuk ke mobil?"
Terdengar suara pria yang sedari tadi berada di dalam mobil hitam itu menginterupsi kegiatan Sehun yang masih menatap kepergian Ara. Mata lelaki itu tak bisa teralihkan dari Ara saat matanya bertemu pandang dengan gadis itu. Sehun langsung terhenyak begitu melihat betapa cantik dan menawannya gadis yang baru saja menabraknya. Dan entah kenapa hal itu langsung membuat jantungnya berdegup kencang. Ia tak tahu pasti, yang jelas ia begitu kagum akan kecantikan yang terpancar dari diri gadis itu dan Sehun langsung terpikat pada Ara. Tetapi Sehun langsung tersadar, bukankah gadis itu yang tadi mengacaukan pertandingannya hingga ia dimarahi pelatih?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Liar Girl [END]
FanfictionKim Ara hanyalah gadis biasa dengan banyak kekurangan. Terlahir dengan wajah biasa-biasa saja membuatnya sering menjadi bahan gunjingan tetangga sekitarnya karena tidak mewarisi kecantikan Ibunya. Beruntung gadis itu bisa bersahabat dengan seorang l...