Happy reading :)
"Daripada memiliki sepuluh atau seratus teman lainnya, hanya memilikimu sebagai temanku sudah cukup bagiku...."
*
***
Kaki Yian bergerak mendekat seiring dengan kepergian Hana. Matanya tak lepas memandangi sosok gadis yang bernama Ara, yang bagi dirinya masih membuatnya penasaran. Ada banyak hal yang berkeliaran di pikirannya. Seperti apa masalah yang menyebabkan mereka bertengkar atau apakah benar gadis itu adalah Ara yang dikenalnya? Ia ingin melihat lebih dekat gadis itu dan memastikan dengan mata kepalanya sendiri bahwa perkiraannya tidak salah. Ia seperti melihat sahabat lamanya dalam diri gadis itu.
Langkah kakinya tiba-tiba saja terhenti saat ekor matanya menangkap sosok lelaki jangkung yang juga tengah berjalan mendekati gadis yang sama. Kepalanya menoleh, matanya menatap langsung mata elang milik seseorang yang dikenalnya, Oh Sehun. Dari tempatnya berada, ia bisa melihat dengan jelas raut wajah Sehun yang menunjukkan ekspresi serupa dengan dirinya, yang diliputi rasa penasaran akan gadis itu.
Keduanya saling berpandangan cukup lama, seperti saling melempar dan menjawab pertanyaan lewat tatapan mata. Sehun sendiri masih berpikir, mencoba menerka-nerka apa yang sedang terjadi. Kenapa Yian berniat mendekati Ara dan apa yang tengah terjadi pada gadis itu hingga menangis saat ditinggalkan oleh gadis yang tadi menabraknya? Hal itu cukup membuatnya penasaran dan ia sendiri tidak tahu kenapa ia jadi ingin tahu apa urusan orang.
Di sisi lain, tangis Ara mulai mereda. Ia menyeka sisa air mata yang menempel di pipi mulusnya dengan kasar. Tangannya mengambil sesuatu dari dalam tasnya dan mengeluarkan sebuah cermin kecil. Dilihatnya pantulan wajahnya dari cermin itu. Ia menghembuskan nafas panjang lalu mencoba tersenyum. Sebuah senyum yang sedikit dipaksakan mengingat wajahnya masih terlihat sembab.
"Semua akan baik-baik saja, Ara. Tetaplah semangat menjalani hidupmu!!" gumamnya, memberi semangat pada dirinya sendiri.
Ia lantas membalikkan tubuhnya berniat untuk pulang. Namun alangkah terkejutnya ia saat menemukan dua orang lelaki yang ia kenal, tengah berdiri tak jauh darinya yang sedang melempar tatapan yang sulit diartikan. Ara menatap keduanya bergantian. Yian dan Sehun, apa yang kedua orang ini lakukan? Apakah mereka tahu jika Ara baru saja menangis? Atau, jangan-jangan mereka melihat semuanya?
Sehun dan Yian, memutus tatapan mereka saat menyadari bahwa mereka sedang diperhatikan oleh Ara. Mereka langsung menoleh bersamaan dan menatap gadis itu, memperhatikannya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Mungkin ingin mengetahui apakah gadis itu baik-baik saja. Sedang Ara, yang ditatap seperti itu menjadi risih. Lantas ia memutuskan untuk segera menarik dirinya dari situasi yang membuatnya merasa sedikit eeerrr.. salah tingkah.
Kedua lelaki itu menatap kepergian Ara dengan tatapan mata yang masih sulit diartikan. Menatapnya lama seperti takut jika Ara akan hilang dari pandangan mata mereka. Hingga, akhirnya Yian memutuskan untuk melangkahkan kakinya, mengikuti kepergian gadis itu. Sedangkan Sehun, masih berdiri di tempatnya. Sebelah tangannya menyentuh dadanya, tepat di jantungnya yang berdetak kencang. Matanya kembali menatap kepergian kedua sosok itu.
"Perasaan ini... kenapa aku merasakannya?"
***
"Unnie, hari ini aku saja yang mencuci piring. Kau mau 'kan menggantikan tugasku di depan?" tanya Ara pada seorang gadis yang usianya lebih tua darinya.
Gadis itu, menghentikan aktifitasnya yang sedang mencuci piring dan mengalihkan tatapannya pada Ara. Kedua alisnya saling bertaut. "Kenapa? Biasanya kau sangat tidak suka jika terllau lama berada di dapur." Timpal gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Liar Girl [END]
FanfictionKim Ara hanyalah gadis biasa dengan banyak kekurangan. Terlahir dengan wajah biasa-biasa saja membuatnya sering menjadi bahan gunjingan tetangga sekitarnya karena tidak mewarisi kecantikan Ibunya. Beruntung gadis itu bisa bersahabat dengan seorang l...