Chapter 17

42 4 0
                                    


***

**

*

"Ya ampun, Kim Ara!"

Hana langsung terkejut melihat keadaan Ara begitu ia tiba di atap sekolah. Sahabatnya itu terlihat sangat kacau sekali. Dihampirinya Ara yang terduduk lemas di lantai atap yang dingin.

"Ara.. Kim Ara.." Hana menepuk pelan pipi Ara yang sudah terasa dingin. Mata gadis itu hampir menutup namun mulutnya mencoba untuk mengatakan sesuatu. Hana sangat yakin kesadaran Ara sebentar lagi akan hilang. Ia bingung apa yang harus ia lakukan disaat seperti ini.

"H-hana..." Samar-samar Hana bisa mendengar suara Ara yang nyaris seperti bisikan. Hana mendekatkan telinganya ke depan mulut Ara agar bisa mendengar lebih jelas apa yang akan gadis itu katakan.

"Ha-na... Obatku... ambilkan blazerku..." bisiknya.

Alis Hana saling bertautan. Ia sama sekali tidak mengerti dengan apa yang Ara katakan. "Apa maksudmu, Ara? Obat yang mana?" Hana memegang telapak tangan Ara yang sudah dingin. Ia menggerakkannya, memaksa Ara untuk bicara lebih jelas lagi. Kepalanya menoleh ke sekitar. Tak ada siapapun disana selain keduanya. Apalagi jam sekolah sudah berakhir sejak tadi.

Jongin.. Yian..

Kemana sebenarnya kedua lelaki itu?

"Ara.. katakan lebih jelas lagi. Aku tidak bisa mengerti!!!" sentak Hana. Air matanya mulai jatuh membasahi pipinya. Ia kebingungan dan ketakutan. Kenapa Ara jadi begini?

BRAKK

"Hana!!"

Pintu atap terbuka cukup keras diikuti dengan keluarnya dua sosok lelaki jangkung yang berteriak memanggil Hana. Langkah kaki keduanya langsung terhenti begitu kedua pasang mata itu melihat pemandangan yang ada di depan mereka. Hana yang menangis dan Ara yang keadaannya sangat lemas sekali. Apa yang terjadi sebenarnya?!!

"Ara.." Tanpa bisa dicegah lagi, kaki Yian langsung melangkah mendekati Ara. Diraihnya gadis itu dan ia tatap dengan pandangan mata tak percaya. "Ara, apa yang terjadi padamu?" tanyanya dengan pandangan nanar.

Ara menoleh dengan lemas dan menatap lelaki itu dengan sisa kesadarannya. "Oppa.." panggilnya dengan suara lirih. Ia tersenyum manis lalu tiba-tiba tubuhnya ambruk ke dalam pelukan Yian.

"Ya Tuhan!!!" pekik Hana terkejut.

"Cepat kita bawa dia ke UKS." Titah Kai yang sejak tadi hanya diam menyaksikan itu semua. Yian bangkit dan menggendong Ara diikuti dengan Hana dan Kai yang berlari dibelakangnya.


***


Waktu berlalu dengan sangat cepat. Tak terasa bus sudah sampai di halte untuk kesekian kalinya. Beberapa penumpang turun dengan teratur dan disambut dengan udara malam yang semakin menusuk tulang. Yian mengeratkan genggaman tangannya pada gadis di sebelahnya. Ia tersenyum samar mengetahui bahwa dirinya bisa bersama dengan gadis itu lagi. Jika diingat-ingat, setelah ia memutuskan untuk melanjutkan sekolah di Seoul, dirinya dan gadis itu tak pernah bersama lagi. Apalagi bisa sampai sedekat ini.

"Aku bisa pulang sendiri, Oppa." Suara gadis itu mengembalikan Yian ke dunia nyata. Ia menoleh pada gadis itu dan lagi-lagi tersenyum.

"Kau sedang sakit, Ara. Dan sebagai kakakmu, mana mungkin aku membiarkanmu pulang sendiri." Jawabnya sambil membenarkan syal yang dipakai Ara.

My Liar Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang