Chapter 14

55 6 0
                                    


FF ini sepenuhnya hasil dari imajinasiku sendiri. Tidak ada unsur plagiat di dalamnya. Jadi, jika ceritanya sangat aneh, mohon maklumilah. Don't bash and don't be a plagiator, please.


***

HAPY READING

***


Mobil itu masih tetap berada di sana setelah kepergian Ara. Pengemudinya, Sehun, hanya duduk diam di kursi kemudi sambil matanya terus menatap pada kaca spion yang memantulkan siluet di belakangnya. Tak ada yang ia lihat. Matanya hanya menatap kosong sedang pikirannya melayang entah kemana. Ada banyak hal yang mengganggu pikirannya beberapa hari belakang ini. Termasuk masalahnya dengan Yian yang belum juga usai.

Sebenarnya ia lelah harus mendiamkan lelaki itu begitu lama. Ada beberapa alasan yang membuatnya begitu takut kehilangan Yian sebagai temannya. Yian sosok teman yang baik, lelaki yang bertanggungjawab dan setia kawan. Tidak mudah bagi Sehun untuk mendapatkan teman seperti itu. Tapi entahlah, terkadang ada beberapa hal yang tak bisa ia mengerti dari diri Yian. Tentang apa yang dipikirkan lelaki itu dan bagaimana pendapatnya mengenai dirinya, Sehun tidak bisa mengerti itu. Terlalu sulit untuk bisa menembus pikiran Yian walau mereka sudah berteman selama hampir dua tahun.

Dihembuskannya nafasnya begitu panjang, seperti ada banyak beban dalam setiap hembusannya. Sehun ingin mengakhiri perang dinginnya dengan Yian. Setidaknya, harus ada yang mau memulai jika ingin memperbaiki semuanya. Tapi baik Yian ataupun dirinya terlalu keras kepala dan kekanak-kanakkan. Apalagi dirinya. Ia memang sangat kesal dengan Yian. Lelaki itu yang memulainya lebih dulu. Setidaknya jika ia tidak setuju dirinya mendekati Ara, ia bisa mengatakannya baik-baik dan bukannya seperti itu.

Hei, kenapa ia tidak memikirkannya sejak awal? Jika Yian sampai tidak setuju, apakah dia menaruh perasaan pada Ara? Itu mungkin saja terjadi mengingat Yian tidak pernah peduli tentang hubungannya dengan beberapa gadis sebelumnya. Ya memang Sehun pernah sekali menjalin hubungan, tapi itu tidak berlangsung lama dan Yian tidak pernah mau tahu. Lelaki itu memang menegaskan tidak mau mencampuri hubungan percintaan masing-masing, 'kan?

Tapi jika memang dugaannya itu benar. Jika memang Yian menaruh perasaan pada Ara bahkan sampai menyukainya, ini tidak bisa dibiarkan. Seharusnya Yian bisa jujur dan berterus terang padanya, mungkin akan ada penyelesaian yang lebih berujung pada meredanya perang dingin diantara mereka. Setidaknya, ia harus mencari tahu dari mana Yian mengenal Ara dan oh- Hei, mereka 'kan satu sekolah dan bisa saja saling mengenal. Ya, kemungkinan itu bisa saja benar. Sehun mengiyakan dalam hati. Tapi, bagaimana bisa?

Masih sibuk berdebat dengan dirinya sendiri, ekor mata Sehun menangkap bungkusan kecil di dasbor mobilnya. Ia mengalihkan perhatiannya sejenak pada bungkusan itu dan baru mengingat sesuatu. Bungkusan itu sengaja ia beli tadi sebelum pulang dan rencananya ia akan memberikannya pada Ara. Ia ingat saat istirahat ia pergi ke kelas Ara dan tak mendapati gadis itu disana. Ia sudah bertanya pada Hana tapi Hana juga tidak tahu. Dan Sehun bisa menyimpulkan gadis itu pasti belum makan siang hingga akhirnya terbersit dalam pikirannya untuk membelikan sesuatu yang bisa dimakan oleh Ara. Tapi kenapa sekarang ia melupakannya? Ah, ini karena ia terlalu banyak berpikir.

Maka ia langsung keluar dari mobilnya dan disambut dengan semilir angin yang langsung menerpa wajahnya. Ia tidak terlalu peduli karena ia memakai mantel yang cukup untuk menghangatkan tubuhnya. Langit masih saja ditutupi awan mendung namun belum ada tanda-tanda akan turun hujan. Mungkin karena cuaca akhir-akhir ini cukup ekstream hingga orang bahkan tidak bisa memperkirakannya lagi.

My Liar Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang