Chapter 5

2.8K 258 18
                                    

Tidak lama lagi, Sasuke akan lulus dari SMA. Dia akan segera melanjut ke universitas. Tempat yang akan dipilihnya untuk menempuh pendidikan telah disepakati dengan Hinata. Mereka akan sama-sama tinggal di Pulau Shimane. Di Hashirama University, Sasuke akan masuk jurusan Manajemen Bisnis, dan Hinata akan masuk ke jurusan Tata Boga.

Semakin ke arah sana, semakin dia merasa gelisah. Pasalnya sampai hari ini, Sasuke masih belum mengakui kebohongannya. Naruto bahkan setiap saat mendesaknya untuk berkata jujur. Belum lagi Hinata sering membicarakan soal bertemu orangtuanya, mengumumkan hubungan mereka di depan keluarganya, bertanya-tanya sampai kapan mereka harus menyembunyikan hubungan mereka. Teman-teman di sekolah mungkin tak memerlukan pengakuan itu, karena mereka sudah tahu sejak lama, dan tak pernah percaya sekalipun ia mengatakan tak memiliki hubungan spesial dengan Hinata.

"Aku takut jujur padamu," bisik Sasuke sambil mengelus salah satu foto Hinata yang terdapat di dalam album khusus. "Meskipun kau bilang tidak akan minta putus, aku tak yakin kau serius mengatakannya." Ia menghela udara, lalu mengembuskan napas lelah. Itulah rasanya menyimpan rahasia. Kemudian ia tersenyum kecil kala memandang foto yang berada di bawah foto Hinata. Foto itu diambil pada musim gugur, ketika hubungan mereka genap tiga bulan. Dia dan Hinata berciuman di tepi danau, salah satu tempat rahasia Sasuke, letaknya lumayan jauh dari pusat Konoha.

Album itu sangat tebal. Semua berisi foto-foto Hinata dan dirinya. Sebagai pecinta dunia fotografi, Sasuke tahu betul tempat-tempat bagus. Dan dia selalu punya cara untuk menyeret Hinata pergi bersamanya, tak lupa dengan semua peralatan memotretnya.

Bukan hanya dia yang memiliki album itu, Hinata pun menyimpan satu. Ia berikan bulan lalu. Hinata berkomentar bahwa foto-foto itu semua bagus, namun yang paling Hinata suka adalah foto yang diambil pada malam tahun baru. Saat semua orang berlomba-lomba ke pusat Konoha, mereka berdua menyepi ke pinggiran. Hinata yang tak bisa menahan kantuk, tertidur dengan damai dalam pelukan hangat Uchiha Sasuke. Mereka berdua duduk di sebuah bangku taman di bawah pohon ginko.

Kalau dari segi kualitas, tentu foto itu yang paling buruk, sebab diambil dengan kamera ponsel. Bila dilihat dari segi momen yang ditangkap, ia pun mengakuinya. Ia suka sekali melihat pipi Hinata semerah tomat kesukaannya. Lengannya begitu erat memeluk Hinata, pasalnya saat itu Hinata mengeluh soal mantel yang kurang berhasil menghangatkan tubuhnya.

Di bawah foto yang menurut Hinata bagus, ada sebuah foto yang menurutnya lebih berharga dari apa pun. Itu cuma foto Hinata yang sedang duduk di atas batu besar, memunggunginya, Hinata menatap air terjun. Memang foto biasa, tetapi apa yang terjadi setelah dia mengabadikan momen itu lah yang tidak biasa.

Tempat yang ia dan Hinata kunjungi musim semi tahun lalu itu, sudah pernah ia datangi dalam acara pelariannya ke hutan. Niatnya mengajak Hinata ke sana nyaris gagal karena ibunya Hinata tidak mungkin mengizinkan Hinata pergi berdua dengannya, sementara tak satu pun keluarga Hinata tahu tentang hubungan mereka.

"Begitulah risikonya menjalin hubungan diam-diam," cetus Naruto kala dia menyelesaikan sesi curahan hati. "Aku kasihan pada kalian berdua." Dalam hati dia bersumpah bahwa inilah pertama kalinya dia dikasihani. "Aku punya ide supaya kau bisa pergi untuk waktu yang lama dengan Hinata."

Mendengar Naruto berbicara seperti itu, secercah harapan berpendar dalam sorot matanya. Walaupun demikian, tak serta merta membuatnya menunjukkan ekspresi riang. "Kuharap bukan ide bodoh," balasnya, berusaha menutupi nada antusias di sana.

"Aku akan meminta Tenten berpura-pura mengajak Hinata kamping. Saat libur musim semi biasanya gadis itu pergi bersama teman-teman penjelajahnya, kau bisa mengecek foto-fotonya di facebook." Tenten dan teman-temannya pergi ke tempat-tempat yang tak biasa. Nyaris semua puncak gunung di Jepang sudah dicapai gadis itu.

Tidak CocokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang