Chapter 9

2.3K 217 13
                                    

Segelas susu kocok di atas meja ruang tamu Sasuke menjadi saksi bagaimana senyapnya situasi kakak-beradik Uchiha itu. Di depan Sasuke, kakaknya menatapnya dalam sambil mengerutkan kening tak percaya. Pada kondisi Sasuke saat ini, bukan versi culun, apalagi baru saja mandi, Itachi jelas kalah tampan. Tetapi, tingkah laku adiknya itu jauh lebih buruk daripada dirinya.

"Kyousuke memenangkan taruhannya," kata salah seorang kenalannya. "Aku tak menyangka dia berhasil meniduri Hamasaki Asha dalam waktu kurang dari seminggu."

Asha terkenal memiliki kecantikan mematikan di dunia hiburan Jepang. Wanita itu berasal dari pulau Ame. Dingin dan kasar, begitulah perilakunya, sesuai dengan apa yang selalu diperankannya di drama-drama atau film layar lebar. Salah satu wanita paling cantik yang sulit ditaklukkan, kata para pria.

Kyousuke menerapkan standar tinggi terhadap wanita yang ingin menghabiskan satu malam, atau mungkin lebih, dengannya. Saat Itachi tahu seseorang telah merampas jiwa adiknya, Itachi pikir wanita itu pasti secantik para dewi atau malaikat. Perempuan yang memiliki lekuk tubuh sempurna, kulit tanpa cacat, penurut, lembut, rambut panjang yang indah dan senyum menawan dihiasi gigi-gigi yang putih dan rapih.

"Aku tidak percaya ini!" seru Itachi tiba-tiba. "Kau … astaga kau, Hatake Kyousuke?" Itachi menyapukan pandangannya ke seluruh rumah dengan panik. "Aku salah alamat," katanya, lalu tertawa keras. "Kupikir jiwamu dirampas malaikat," ejek Itachi.

"Terserah apa tanggapanmu," balas Sasuke kesal. "Aku hanya akan mengatakan satu hal. Jangan bilang apapun pada Kaa-san."

"Tidak, tidak, Sasuke," tolak Itachi. "Kau tidak boleh mengatakan itu saja. Aku ingin mendengar cerita panjangnya, mungkin bisa kujadikan bahan untuk menulis novel terbaruku. Jika kau mau cerita, aku janji tidak akan bilang siapa-siapa. Bagaimana?"

Kening Sasuke mengerut dalam. "Oke," katanya pelan. "Tetapi, pertama-tama, sebenarnya apa yang membawamu kemari?"

"Kakakmu ini kan alumni terbaik jurusan seni musik di Hashirama. Aku baru dari sana untuk menghadiri acara penerimaan angkatan baru. Sebenarnya siang tadi aku sudah bisa pulang, tapi juniorku meminta waktu lebih, apalagi para gadis." Sejenak Itachi tertawa mengingat bagaimana semangat para juniornya. Mereka lebih tertarik pada ketampanannya daripada materi yang disampaikannya. "Terlalu malam untuk kembali ke Konoha. Lantaran aku ingat aku punya adik yang tinggal di sini, makanya aku di sini sekarang, mau numpang semalam."

"Pantas," gumam Sasuke. "Zaman sudah berubah. Kakakku yang sekarang tidak mungkin datang hanya untuk menemuiku."

"Sasuke, kita semakin dewasa. Baik aku ataupun kau memiliki jalan masing-masing. Aku akan memanfaatkan setiap kesempatan untuk menemuimu, jadi kita tidak usah membahas masalah itu lagi, atau menyinggungnya."

Itachi paham betul kerenggangan hubungan mereka masih mengganggu pikiran adiknya itu. Dia memang terlalu sibuk, tidak punya banyak waktu untuk memperhatikan adiknya itu, tetapi sejak awal dia berjanji, dia akan berusaha sebisa mungkin untuk sering menemui Sasuke. Kedatangannya malam ini pun salah satu usahanya. Dia bisa saja menginap di hotel yang paling dekat dengan Universitas Hashirama, lebih dekat daripada rumah adiknya itu.

...

Pukul dua dini hari, Hinata bangun untuk mengganti pembalutnya. Itachi duduk di dapur dengan senter di tangannya, sedang membaca buku tebal. Hinata memelankan langkahnya agar tidak mengganggu fokus Itachi.

Ketika Hinata keluar dari kamar mandi, lampu dapur telah menyala. Itachi tersenyum menyambutnya. "Kau mau menemaniku?" tanya Itachi sambil menyodorkan secangkir kopi susu.

Inginnya menolak, tetapi mana mungkin, ini pertama kalinya Itachi meminta sesuatu kepadanya. Dengan ragu Hinata mengulurkan tangannya, menyambut secangkir kopi susu yang dibuatkan Itachi untuknya, kemudian duduk di hadapan Itachi.

Tidak CocokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang