Chapter 3

2.6K 294 15
                                    

Bau asap rokok dan minuman beralkohol begitu pekat di tempat ini. Bau keringat pun tak mau kalah. Keringat itu diproduksi oleh tubuh-tubuh yang sedang menari di lantai dansa. Dengan gairah yang memuncak mereka bergerak liar. Beberapa pasangan di sudut-sudut ruangan sedang memadu kasih. Berciuman dalam kobaran nafsu yang seakan tak bisa dipadamkan lagi.

Di konter, sosok pemuda bermata merah rubi, menatap bartender yang sedang menunjukkan atraksi di depan para tamu. Dia mendecih pelan, menyaksikan kesia-siaan itu. Tidak ada gunanya mengocok-ngocok minuman dengan cara melempar-lempar atau memutar-mutar, seperti badut sirkus. Hiburan tak berarti.

Menyesal dia menganggap produser majalah New Age—di mana wajah dan tubuhnya sering muncul—berkelas. Nyatanya tempat produser itu merayakan ulang tahun adalah bar. Tak peduli meskipun bar itu milik koleganya. Sudah semestinya orang sekelas Danzou itu merayakan ulang tahun di rumahnya yang megah atau menyewa ballroom hotel. Bar cocok untuk manusia urakan, seperti Kakuzu, personil Akatsuki Band yang saat ini terlibat kasus narkoba.

Wine dalam gelas yang ia pesan, kini tinggal sepertiga. Hari ini dia malas minum minuman yang terlalu keras. Padahal Uchiha Obito tadi mengajaknya berlomba. Dia tersenyum meremehkan begitu mendengar tantangan itu tadi, namun dia memilih tak meladeni, dan membiarkan orang lain beranggapan bahwa dia takut. Persetan dengan imej hebat yang belakangan ini dilekatkan pada dirinya.

"Tumben sekali kau cuma duduk? Tidak mau menari denganku?" Perempuan berambut pendek dan ikal menghampirinya. Wanita itu duduk di sebelahnya, lalu meminta bartender mengambilkan segelas margarita untuknya. "Dan … apa ini? Anggur? Kemana vodka-mu?" Ia terkikik geli sambil menyelipkan rambutnya yang merah menyala ke belakang telinganya. Tampaklah beberapa tindik di daun telinga wanita itu.

"Hah, anggap saja aku bertobat," jawabnya acuh tak acuh.

Perempuan di sampingnya ini pernah menjadi pasangan one night stand-nya. Waktu itu dia ada pemotretan internasional untuk pertama kalinya. Dia dikontrak oleh The Guardian, perusahaan pernerbitan asal London yang paling terkenal di daratan Eropa, untuk majalah mereka edisi Januari lalu dan edisi Nopember mendatang.

Setelah malam panas mereka, Ginger, nama wanita itu, terus mengejar-ngejarnya. Memintanya mengabari wanita itu jika saja sedang di Eropa. Gara-gara ia tak kunjung datang, Ginger sampai menyusulnya ke Jepang, dan mencoba menjadi model di negeri Sakura ini. Di Konoha, dalam waktu beberapa bulan saja, Ginger berhasil menjadi model kesayangan New Age.

Kehadiran wanita itu di Konoha sebenarnya membuatnya merasa terganggu. Setiap ada kesempatan, Ginger selalu berusaha mengajaknya kembali ke malam panas mereka di London pada pertengahan Desember lalu. Padahal Ginger lima tahun lebih tua darinya. Meskipun sepengetahuan wanita itu dia hanya lebih muda dua tahun.

"Ah, wanita mana yang membuatmu bertobat?" Ginger mengujarkan pertanyaan dengan nada main-main, seolah tobatnya ini merupakan permainannya.

"Kau tak perlu tahu." Dia berusaha meninggalkan acara ulang tahun ini. Hatake Kakashi, ayah angkatnya merangkap manajernya, entah ada di mana. Janji pria itu tadi, setelah selesai pemotretan mereka langsung pulang, Kakashi menipunya. Semestinya pria itu membaca pesan singkatnya.

"Haha, wanita baik-baik tak cocok untukmu. Wanita sejenis itu tak akan sanggup mengimbangi permainan ranjangmu. Bisa-bisa …." Ia tak memedulikan apa pun yang dikatakan Ginger. Kembali dia mengirim pesan singkat pada Kakashi.

Pulang sekarang, atau aku pulang sendiri dan besok ibuku menghentikan karierku secara paksa.

Tak sampai semenit setelah pesan itu terkirim, Kakashi muncul menginterupsi obrolonnya dan Ginger. Ancaman semacam itu memang selalu berhasil membuat Kakashi tunduk. "Maaf, ya, Jinjaa, aku harus membawa bocah ini pulang, kalau tidak ibunya akan menggorok leherku," ujar Kakashi, penuh penekanan, apalagi dimulai dari kata 'ibunya'.

Tidak CocokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang