Chapter 16

3.4K 253 27
                                    

UZUMAKI

Spa & Salon

Itu tertulis di bagian atas bangunan yang disinggahi Sasuke. Rumah spa yang pernah diceritakan Sakura, tempat Uzumaki Kushina berkreasi. Sakura pernah berencana membawanya ke sana, katanya, untuk mengamburkan uang Sasuke. Perawatan dari ujung rambut sampai ujung kaki yang terbaik ada di sana. Tetapi, dia menolaknya.

Hinata melirik Sasuke sekilas, kemudian menengok ke jok belakang. Segera dia mengerti apa yang ingin dilakukan Sasuke setelah melihat setumpuk dokumen tergeletak di sana.

Wajah Sasuke tampak menyesal. Semenjak ayah dan ibunya pergi berlibur dua bulan lalu, dia dibebani tanggung jawab berkali-kali lipat. Bisnis kakek dan juga bisnis ayahnya yang ada di mana-mana. Seharusnya dia tidak punya waktu untuk menjemput Hinata, tetapi dia memaksakannya. Setidaknya, dengan melihat Hinata, rasa rindu yang selama empat bulan ini menghukumnya berkurang seperempat.

"Maaf," kata Sasuke berbisik.

"Kau bisa pergi, tapi antarkan aku ke rumah ibuku." Pandangan Hinata menembus kaca jendela mobil, memperhatikan seorang wanita muda yang baru keluar dari rumah spa.

"Kau marah?" tanya Sasuke dengan wajah menghadap kepala Hinata yang enggan melihatnya.

Hinata memutar kepalanya, dia menatap Sasuke lekat-lekat. "Bukan karena kau sibuk," jawabnya, membenarkan sekaligus mengoreksi alasan kemarahannya. "Sekarang kau mulai berpikir untuk mengirimku ke tempat seperti itu."

"Ada yang salah dengan itu?" tanya Sasuke bingung.

"Untuk pria yang ingin menunjukkan pada semua orang bahwa dia memiliki istri yang cantik, tidak ada yang salah," jawab Hinata dengan nada sinis.

Sasuke mengambil jeda yang cukup lama untuk memahami maksud perkataan Hinata. Ketika dia mendapatkannya, dia tertawa, kemudian mencubiti kedua pipi Hinata dengan gemas. Setelah puas, Sasuke mengambil ponselnya dan mengaktifkan kamera depan. Dia menggunakannya untuk memantulkan wajah Hinata.

"Kau lihat itu," kata Sasuke. "Wajahmu kusam, rambutmu lepek. Aku yakin selama di sana, mandimu tidak benar. Bau hutan bahkan masih menempel di tubuhmu. Bukan cuma itu, otot-otot di seluruh tubuhmu pasti kaku. Kau membutuhkan perawatan, Hinata. Kau pasti stres. Setelah keluar dari sana, kau memang akan semakin cantik, tetapi bukan itu yang kuharapkan. Kau tahu pasti apa yang kuharapkan."

"Sasuke-kun …" Hinata menyebut nama Sasuke sambil menangis haru. Dia berpikir Sasuke mulai merasa malu dengan dirinya yang kurang cantik. Makanya dia dibawa ke tempat seperti itu untuk dipermak.

"Aku kan sudah bilang itu tidak penting. Tapi, masih saja hal seperti itu yang menganggu pikiranmu."

"Maaf."

©Rosetta Halim

©Masashi Kishimoto

Tiada hari tanpa rapat.

Itulah masalah Sasuke sekarang. Kuliahnya tertinggal demi mengurusi kekacauan yang ditinggalkan ayahnya. Orang lain mungkin menganggap itu warisan yang menggiurkan, tetapi tidak dengannya.

Empat proyek besar, ditambah lagi masalah korupsi di salah satu hotel ayahnya. Ayolah, bisnis kakeknya saja sudah sangat merepotkan. Kalau semua itu boleh dijual pasti langsung dia jual.

Setiap kali dia mengingat ayahnya yang kabur bersama ibunya, rasanya dia ingin mencekik keduanya. Apalagi kakaknya yang berpura-pura tidak tahu sambil menyebar pesan cinta ke seluruh dunia lewat akun-akun media sosialnya, mengajak orang lain untuk peduli satu sama lain. Pantaskah Itachi yang tidak peduli pada adiknya sendiri mengatakan hal konyol itu?

Tidak CocokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang