Bonus & Epilog

4.7K 323 34
                                    

Enam setel piama satin berwarna merah muda pagi ini sampai di kediaman Uchiha, dikirim langsung dari kediaman Uzumaki.

Hari keempat bulan Mei nanti, anak sulung Naruto dan Sakura merayakan ulang tahun yang ketujuh. Dress code untuk pestanya adalah piama. Warnanya apa saja boleh. Tetapi, Sakura masih senang melakukan keisengan pada Sasuke. Entah kenapa wanita itu dendam setengah mati pada Sasuke sampai sekarang.

Tanggal empat nanti akan menjadi hari bersejarah.

Dengan mata berkaca-kaca, sebulan yang lalu, Sakura memohon bantuannya untuk membujuk Sasuke mengenakan piama merah muda, warna yang paling dibenci Sasuke. Lagi-lagi agar Sasuke terlihat tolol.

Setelan untuk Sasuke secara khusus dihias motif bunga-bunga merah, tampak perempuan sekali, sementara piama untuknya dan keempat putranya polos.

Dia tahu, setelah mengirim piama yang dijanjikannya, Sakura pasti sedang tersenyum jahat, lalu terkikik-kikik sambil membayangkan wajah tolol Sasuke saat mengenakan piama satin bermotif bunga-bunga.

Yang paling buruk, khusus tahun ini, Sakura mengadakan acara ulang tahun putrinya di mal terbesar di Konoha.

Sebulan yang lalu, Hinata yakin dia bisa membujuk Sasuke. Tetapi sekarang?

Dia mendesah.

Genap tiga minggu Sasuke mendiamkannya. Ucapan selamat pagi darinya pun tidak pernah dibalas apalagi kalau dia membicarakan pesta ulang tahun. Sasuke pasti pergi begitu saja.

Dari tiga minggu pria itu menginap di kantor sepuluh malam. Saat pulang ke rumah, Sasuke pasti tidur di kamar putra sulung mereka atau di kamar tamu.

Hinata rindu Sasuke, tetapi akalnya menolak untuk mengalah. Dia pikir sebentar lagi Sasuke sendiri yang datang padanya.

©Rosetta Halim

©Masashi Kishimoto

Hari itu, tepat tiga minggu yang lalu, untuk pertama kalinya Sasuke menyiapkan sesuatu yang luar biasa romantis untuknya. Pagi hari dia dikirim ke spa, diperlakukan layaknya ratu. Usai dari spa, Sasuke membawanya ke pulau pribadi yang tak jauh dari Suna. Dia mengenakan gaun malam merah hati yang dipilihkan Sasuke.

Mereka sampai di pulau itu saat jam makan malam tiba. Keluarga yang tinggal di rumah pantai untuk mengurus rumah itu diungsikan entah ke mana.

Hinata menutup mulutnya, menahan luapan kebahagiaan yang hendak tersalur lewat bibirnya yang dipoles gincu semerah kelopak mawar yang segar.

Rumah pantai milik keluarga Uchiha di Pulau Tajima, malam itu dihias sedemikian rupa, seakan mereka akan melangsungkan bulan madu untuk pertama kalinya. Lilin menyala di mana-mana ditemani berbagai jenis bunga. Hidung Hinata yang cukup tajam sangat meyukai aroma yang menguar di tempat itu.

Lumayan sering mereka berpergian ke rumah pantai itu, peninggalan Uchiha Tajima, ayah dari kakek mertuanya. Tetapi, itulah kali pertama Hinata melihatnya begitu cantik.

Hinata menurunkan tangannya yang menutup mulutnya ke dada, merasakan jantungnya berdebar-debar. Dia berputar, menengok Sasuke yang sedari tadi berjalan di belakangnya.

"Kau suka?" tanya Sasuke.

Hinata menghambur ke pelukan Sasuke sambil berkata, "Aku mencintaimu!"

Romantisme yang susah payah dibangun Sasuke hancur usai makan malam. Keinginan tersembunyi yang dia lontarkan tidak ditanggapi dengan baik oleh Hinata.

"Lima tahun lalu kau berjanji padaku itu yang terakhir. Lihat dirimu sekarang, lagi-lagi kau meminta hal yang sama." Hinata berjalan semakin menjauh dari rumah pantai, menuju helipad. Dia melangkahkan kakinya lebar-lebar. Dia mau pulang.

Tidak CocokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang