Chapter 15

2.7K 205 8
                                    

Sasuke masuk ke sebuah bar di pusat Kota Naruto. Seperti biasa, pengunjung wanita memusatkan perhatian mereka padanya untuk beberapa menit. Jika dia Sasuke yang dulu, sudah pasti dia akan langsung menghampiri wanita yang paling cantik, sedikit berbasa-basi, kemudian kencan sepanjang malam di ranjang. Namun, Sasuke yang sekarang tidak sudi melakukannya. Belum lagi itu sangat berisiko.

Pemuda berambut coklat panjang duduk membelakangi konter sambil memelototi kedatangannya. Pria itu dengan cepat memutar arah duduknya, kemudian bersungut-sungut.

Sasuke mendecih ketika melihat Sasori menepuk punggung Neji untuk menenangkannya.

Dua orang itu lah yang menjadi risikonya. Segala tindakannya akan selalu diawasi kedua orang itu. Parahnya, pengawasan berlebihan itu dimulai sejak Kepala Kepolisian Shimane tewas dalam insiden baku tembak beberapa minggu lalu. Sasori mengambil kesempatan itu, mengajukan diri, pindah tugas dan mengacaukan hari-hari tenangnya. Diikuti Neji, dengan alasan numpang di rumahnya karena melakukan penelitian untuk skripsinya di salah satu cabang Nara Industries di Shimane. Sasuke pikir dosen Neji di London sana terlalu memanjakan Neji.

"Kau lama sekali, Penipu!" umpat Neji.

"Semua bukti yang kalian butuhkan," balas Sasuke sembari melempar tas kertas yang berisi barang bukti. Kemudian Sasuke meminta bartender mengambilkan sebotol martini untuknya. Sasuke duduk di sebelah Neji sambil tersenyum tipis, terkesan meremehkan.

"Bagaimana ….?" Neji menatap isi tas itu tak percaya.

Sasori mendecih. Dia merasa kalah dan tak berguna. Tetapi, itu memang bukan persoalan yang mudah. Sasuke saja yang terlalu berlebihan.

"Dia pasti mendapatkannya dengan cara paling kotor yang tak mungkin bisa kaubayangkan, Neji." Dalam pikirannya, Sasori membayangkan Sasuke menangkap seseorang dan menerapkan interogasi terlarang untuk mendapatkan semua itu.

"Tidak ada yang kotor bagiku. Lagipula, sebagian Paman Hiashi yang mendapatkannya."

Seringai setan terbit di wajah Neji. Dia tidak peduli bagaimana, yang terpenting dengan semua bukti itu, dia bisa memenjarakan Hyuuga Hideki. Bukti-bukti pembunuhan berencana yang dilakukan pria tua itu pada ayahnya pun ada. Kakek sialannya itu benar-benar akan dikenakan pasal berlapis. Pengacara sehebat apa pun tidak akan sanggup menyelamatkannya.

"Bahkan menantu kesayangannya, Hyuuga Hinami itu pun akan terseret ke dalam penjara," kata Neji, penuh dengan kepuasan. Lalu dia tertawa sambil menepuk-nepuk punggung Sasuke. "Kerjamu bagus, Adik Ipar."

"Kau tidak bisa melupakan Ginger, Neji. Wanita itu tidak jelas keberadaannya," kata Sasori kala menyadari perubahan Neji. Bukannya kesal karena cemburu, hanya saja Sasuke masih belum bisa dipercaya. Ada begitu banyak kesempatan untuk mendatangkan bahaya melalui Sasuke.

"Sudahlah, Sasori-nii, kita tak perlu mencemaskan Hinata lagi."

"Aku mengerti kecemasanmu, Kepala Merah. Karena itulah … aku memerlukanmu untuk menyelesaikan sisanya."

Sasori menyipitkan kedua matanya. "Sisanya? Kupikir kau tak memerlukan bantuan polisi."

"Lebih baik kau yang tangani. Orangku menemukannya di Florence. Dari sana dia berencana kabur ke Provence."

Sasori terkekeh. "Lucu!" serunya, lalu terkikik, bahkan sampai nyaris tersedak. "Kupikir kau tipe yang langsung tembak di tempat."

"Awalnya niatku begitu. Tetapi, kasihan anak buahmu dan Kepolisian Inggris yang memburunya. Kalau wanita itu mati, semua usaha mereka sia-sia dan akan semakin sulit mencari keberadaan orang yang mengacaukan jaringan komunikasi Yamanaka."

Tidak CocokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang